25 -

82 16 4
                                    

"Silva," panggil Dante dibalik pintu, mencoba 'tuk memanggil wanita itu agar keluar dari kamar.

Namun sangat disayangkan bahwa Silvanna tidak kunjung keluar sampai kaki Dante pegal, tak aneh karena ia sendiri sudah berdiri di depan pintu selama 10 menit. Dari situ Rubick pun menghampiri. "Aku sudah berbicara dengan Zarvakko kalau aku akan jalan-jalan sebentar. Aku akan menunggumu diluar, oke?" ucapan tersebut tentu saja untuk Dante.

Ah, berpikir logis mungkin tidak membantu, lagipula Dante cukup khawatir apabila Silvanna ditinggal tanpa pamit. Tapi apa boleh buat.

Yah, meski begitu Dante tetap tidak bisa membiarkannya. "Aku akan keluar, dan kuharap aku bisa kembali lagi kesini dengan cepat." ia berbicara, menaikkan nada suaranya agar Silvanna bisa mendengar.

Dante pun melangkah menjauhi pintu kamar tersebut. Sementara itu Silvanna berdiri di balik pintu sambil bersandar, ia mendengar apa yang baru saja Dante katakan, dan secara sengaja ia tidak membuka pintu karena.. yah mungking alasannya cukup kekanak-kanakan hanya karena "sebal".

Silvanna tidak perlu khawatir lagi, dan ia juga tidak mau terus-terusan membuat Dante cemas hanya karena dirinya. Silvanna bisa menjaga diri sendiri, dan Dante pun harus bisa memikirkan hal itu.

"Aku pasti akan terus menunggumu, Dante. Kita akan pergi ke dunia luar dan mencari tempat tinggal yang aman tanpa adanya... pertumpahan darah." ia tersenyum seraya merebahkan tubuhnya di atas kasur, membiarkan Dante pergi tanpa alasan yang pasti.

Diluar gereja,
Dante berjalan menghampiri Rubick, sepertinya pria hijau itu menunggu sambil memperagakan sesuatu agar Lunox terhibur.

"Lihat, ini namanya poker, dan aku sangat handal memainkan kartu ini." kata Rubick kepada si gadis kecil.

Disitu Lunox cuma bisa tersenyum lebar, menunjukkan ekspresi yang begitu excited untuk melihat aksi sulap Rubick. Dan apa yang membuat Rubick paham akan wajah itu merupakan satu cahaya yang bersinar—menandakan bahwa Lunox adalah satu-satunya penyeimbang dunia.

Meski begitu..
Setelah memperhatikan wajah Lunox lebih dalam, Rubick pun telah melihat masa depannya, dimana gadis kecil tersebut suatu saat akan menerima banyak sekali cobaan dan juga masalah. Hal ini tidak selalu tertuju pada Lunox, melainkan orang luar yang nantinya akan singgah ke dalam kehidupannya. Rubick.. sudah tahu.

"Aku sangat menantikan itu. Satu-satunya jalan untuk melindunginya dimulai dari satu orang yang nanti akan kau temukan. Karena itulah aku akan memberitahu semua rekanku untuk mengawasimu." batinnya berbicara, sambil menggerakkan kedua tangannya dalam sulap yang ia mainkan.

"..Aku bukan orang penting bagi dia, tapi satu hal yang harus kupastikan adalah mengawasinya karena.... akan ada satu temanku yang akan mencampuri urusanmu, Lunox."

Ditengah keasyikan mereka, Dante pun menyapa tanda ia sudah bersiap untuk pergi. "Rubick, sekarang aku akan pergi ke neraka. Dan aku—"

"Ya-Ya, aku tahu. Kau tidak bisa membuka portalnya karena kau sudah tidak mempunyai kekuatan iblis, benar begitu?"

"...Kenapa kau bisa tahu?"

"Lupakanlah, mari kita pergi, akan kubuka portalnya sekarang."

Dante langsung dibuat keheranan pada sikap Rubick yang seolah-olah ia bisa membuka portal tersebut. Banyak sekali pikiran terlintas (bagaimana) bisa ia tahu tentang portal neraka, dan kenapa dia bertindak seperti orang yang benar-benar bisa membukanya.

Sebenarnya siapa Rubick? Ya itulah yang ada di pikiran Dante saat ini.

"Jangan bergerak dan lihat saja." kata Rubick seraya mengulurkan satu tangan ke depan.

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang