Note : saran aja dari saia, buat antisipasi siapin tissue :))
✧༺♥༻✧
•~•~•
✧༺♥༻✧
Duduk di kursinya seraya memainkan ponsel di genggaman, Jaehyun meraih cangkir berisi teh di mejanya kemudian menyesapnya perlahan. Menikmati hangatnya cairan coklat tersebut menyapu tenggorokannya.
Pandangannya masih tertuju pada layar ponsel yang menampilkan berita-berita terbaru mengenai perkembangan umat manusia setelah perang. Tak sedikit pula yang menyebarkan berita tentang kemunculan dua Noble saat perang—mengundang banyak antusias dari warga.
Wajar saja mereka merespon demikian. Selama ratusan tahun lamanya sang Noble tidak pernah lagi menampakkan dirinya. Kini, sekali sang Noble muncul—bersamaan dengan Noble baru yang telah terlahir ke dunia. Bayangkan sebaik apa antusias para warga saat mengetahui hal tersebut. Tentu mereka merasa senang. Ada dua kesatria yang akan melindungi mereka.
Namun dibalik itu semua—karena kini zaman sudah berubah dan akibat dari ketidak munculan sang Noble selama ratusan tahun silam, membuat pengetahuan para warga mengenai bangsa penyihir menjadi minim.
Bahkan tak sedikit yang tidak percaya dengan keberadaan sang Noble sendiri. Mayoritas percaya bahwa bangsa Noble hanyalah mitos. Bangsa Noble tidak nyata, itulah yang mereka yakini. Dan lagi, tak banyak yang mengetahui takdir dari seorang Noble sendiri. Mengenai pengorbanan mereka untuk penerusnya dan demi kelangsungan hidup di masa depan.
Jaehyun menghembuskan nafasnya ringan. Ia menyimpan ponselnya di atas meja, kemudian menumpu wajahnya dengan tangan. Rasanya berat sekali harus menjalani kehidupan kini. Padahal, bencana sudah dilewati. Namun rasanya beban Jaehyun tidak berkurang sedikit pun. Ia terlalu khawatir pada Jeno—terutama pada Jaemin. Ia tidak tahu hal apa yang tengah kedua Noble tersebut bicarakan saat ini. Namun Jaehyun berharap, mereka dapat menemukan jalan keluar yang terbaik.
Suara ketukan di pintu menyadarkan Jaehyun dari pikirannya. Ia menimpali dengan mengizinkan seseorang yang hendak menemuinya untuk masuk. Sekolah masih diliburkan dalam satu atau dua pekan ke depan. Karena tidak sedikit para guru dan siswa tingkat tinggi yang masih dalam masa pemulihan. Maka dari itu, sekolah diliburkan untuk sementara waktu.
Dari balik pintu, Jaehyun melihat Taeyong yang masuk. Pria bermarga Lee tersebut mengenakan pakaian kasual dengan warna cerah. Jaehyun menyambutnya dengan senyuman. Pakaian yang dikenakan Taeyong saat ini adalah pemberian darinya. Ia hanya ingin melihat Taeyong mengenakan pakaian yang berwarna cerah. Biasanya, Taeyong selalu memakai pakaian dengan warna gelap seperti hitam atau biru navy.
"Kenapa kau menatapku begitu?" Merupakan salam pertama Taeyong pada Jaehyun yang masih memoles senyum padanya.
"Tidak ada. Aku hanya senang kau memakai pakaian pemberian dariku. Warnanya sangat cocok untukmu," Jaehyun berujar masih disertai senyum.
Taeyong mengalihkan pandangan. Ia menoleh ke samping kanannya dan berdeham kecil. Jaehyun baru saja memujinya dan itu adalah pertama kalinya ia mendapat pujian semacam itu. Taeyong cukup merasa tersanjung mendengar pujian dari pria itu padanya.
"Ekhm, aku—um.. ada urusan denganmu," Taeyong berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari objek yang tengah ia lihat kini. Ia tak ingin menatap Jaehyun. Pria itu masih saja tersenyum dan ia sedikitnya merasa kurang nyaman dengan itu.
"Mengenai adikku, aku akan mendaftarkan Jisung untuk bersekolah di sini," lanjutnya—masih tanpa menoleh.
Jaehyun mengangkat kedua alisnya bersamaan, "baru saja aku akan menyampaikan hal itu padamu." Jaehyun bersandar pada kursinya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. Magie De L'univers : Le Début Du Destin a Changé
Fantasy- SUDAH DIBUKUKAN - BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS DAN HANYA ADA DI DALAM VERSI CETAK > > ✨-Sihir alam semesta hanya dianugerahkan kepada satu dari berjuta-juta umat manusia di seluruh dunia dan hanya diberikan kepada bayi manusia murni yang lahir seti...