Bab 33. Tak Ada Tempat untuk Lari

297 27 0
                                    


Bab 33. Tak Ada Tempat untuk Lari

Ternyata mereka tidak hanya berbagi ranjang yang sama tetapi juga selimut yang sama.

Penny dengan hati-hati mengangkat selimut dan masuk ke dalam tempat tidur sambil menjaga jarak dari Damien sejauh yang ia bisa.

Jika Penny bergerak lebih jauh ke kiri, ia hanya akan terjatuh di atas lantai marmer dimana tidak ada karpet.

Penny pernah tidur di tempat tidur ini sebelumnya, oleh karena itu ia memiliki ingatan yang baik tentang betapa lembutnya tempat tidur itu, tapi dengan vampir di sampingnya, ia ragu akan bisa tidur nyenyak.

Mengintip ke arah Damien, Penny melihat kacamata yang berada di atas hidung pria itu, Penny belum pernah melihat Damien dengan penampilan seperti ini sebelumnya.

Apa vampir berdarah murni punya kacamata? Aneh sekali.

Damien tidak berbicara dengan Penny lagi karena sibuk membaca bukunya dan ia tampak lebih waras dengan aura yang terlihat lebih tenang saat ini, Damien sedang berkonsentrasi, tidak mengganggu siapa pun.

Cahaya lilin dari lampu yang jatuh di wajahnya ditempatkan di sisi mejanya, memberikan tampilan penuh bayangannya dari tempat Penny melihatnya.

Siluet Damien tidak tampak aneh dan kasar, Damien bisa dianggap sebagai salah satu pria yang tampan dan layak di komunitas makhluk malam, tetapi sebenarnya tidak demikian.

Tanpa ingin mengganggunya, kepala Penny tenggelam lebih dalam ke bantal, menarik selimut ke dekat hidungnya di mana hanya matanya yang terlihat.

Dengan basah kuyup karena hujan dan makanan enak di perutnya, Penny perlahan mulai tertidur, matanya benar-benar tertutup, membawanya ke alam mimpi.

Damien selesai membaca buku dan menutupnya, meletakkannya di atas meja dimana kacamata transparannya ditarik menjauh dari wajahnya, diletakkannya di atas buku. Mata Damien menatap ke arah Penny yang wajahnya menoleh ke sisi ranjangnya.

Penny tertidur nyenyak, meskipun awalnya tampak terlihat jelas kegelisahan muncul di benak dan sarafnya, seperti hari itu, Penny tertidur lelap sekarang. Benar-benar tidak memiliki kesadaran diri di mana ia tidak memiliki kewaspadaan.

Bulu mata panjang gadis itu tersebar di bagian atas pipinya. Bibirnya sedikit terbuka selagi ia menarik dan membuang napas. Mata hijau gioknya itu tertutup dimana Damien selalu menyukainya atau semakin berusaha  memahaminya dimana hanya akan membuat Penny semakin menarik.

Mereka berbagi selimut dan jika Damien ingin menjangkau Penny, Damien yakin ia akan bisa mengapainya.

Tempat tidur itu memanas tidak hanya karena perapian tetapi juga orang yang tidur diatasnya. Salah satu tangan Penny terkepal tidak erat.

Penny tampak tak berdaya, seperti pertama kali Damien melihatnya. Kembali untuk melihat lampu di sebelahnya. Damien meniup lilin untuk meredupkan ruangan dan malam pun berlalu.

Penny yang berada di alam mimpinya bermimpi tentang ibunya yang sedang menyiapkan sesuatu di dapur kecil rumah mereka, Penny sendiri duduk di atas salah satu lempengan melihat ibunya memasak, Penny tidak punya orang lain lagi untuk diajak bicara kecuali ibunya sendiri.

Penduduk desa tidak menyambut mereka. Ada beberapa hal yang membuat mereka memusuhi ibu dan putrinya itu.

Pada titik tertentu, mimpi itu hilang, Penny terbangun karena seekor burung berkicau di samping jendela dan kemudian terbang menjauh.

Selagi matanya perlahan mulai fokus kembali ke ruangan. Penny merasakan beban tertentu di atas pinggangnya, membuatnya sulit bernapas.

Penny berhenti menghirup udara pagi, melihat ke langit-langit diatas tempat tidur hingga akhirnya mengalihkan pandangannya ke lengan yang melingkari pinggangnya. Mata Penny membelalak merasa akan keluar dari rongga matanya.

Young Master Damien's Pet (Bagian 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang