his polar bear.

1.1K 128 6
                                    

Seorang pria menatap jam dengar gusar. Fokusnya hanya pada jam tersebut. Bahkan ia yakin dirinya mampu mendengar jelas suara detikan jam setiap saat. Namun ia geram bukan main.

“Ya! Apa tidak bisa lebih cepat?! Kepalaku sakit! Aku ingin cepat pulang!”

Pria dengan pipi chubby itu memekik marah. Kesabarannya mudah terkikis karena kurang tidur. Semua hal menjadi salah menurutnya, membuat staff juga sang managernya kerepotan mengurus si pipi chubby itu.

“Seungkwan, tenanglah... 5 menit lagi kita akan berangkat.”

Sang manager berusaha menenangkan pria yang dipanggil Seungkwan itu. Ia mengusap lembut bahu Seungkwan, berharap amarah pria manis itu menguap. Yang sayangnya tidak berhasil sama sekali.

“5 menit itu terlalu lama! Aku pulang sendiri saja!”

Tangannya bergerak membuka pintu ruangan dan menutupnya dengan kasar, membuat manager serta staff lain mengejarnya keluar dan berusaha menahannya.

“Dengar. Aku akan pulang sendiri. Jangan mencoba untuk menghubungiku sampai hari senin tiba. Aku bersumpah akan kuhabisi kalian. Dan ya, bertemu lagi dalam rapat hari senin. Akan kubuat perhitungan untuk kalian semua.”

Setelah mengatakan semua itu, Seungkwan berjalan melewati staff dan managernya. Ia mengambil masker dari sakunya, lalu memakainya. Berharap tak ada yang mengenalinya, karna ia sudah cukup lelah dengan konser world tour terakhirnya dan tidak ingin ada gangguan lain dalam perjalanan pulang.

Ia baru saja kembali dari Manila, tempat terakhir dari rangkaian konser world tour miliknya sebagai soloist. Jujur saja, ia kurang tidur hingga menjadi seseorang bersumbu pendek. Belum lagi lelah menguasai tubuhnya.

Sesampainya di agensi, ia harus menghadapi staff dan managernya. Mereka sangat menyebalkan, menurut Seungkwan. Dirinya sudah sangat lelah, dan mengantuk. Bahkan kepalanya terasa sakit.

Sesampainya di halte bus, Seungkwan menaiki bus yang datang 3 menit kemudian. Memilih kursi dipinggir, ia menyandarkan kepalanya pada jendela, lalu memejamkan mata— berusaha untuk tidur. Yang ternyata sama sekali tidak membuatnya terlelap.

Ia menghembuskan nafas kasar. Terpaksa ia harus menunggu sampai ia tiba di apartemennya untuk tidur.

15 menit kemudian, Seungkwan turun di halte yang dituju. Kakinya menuruni bus dan sedikit berlari menuju taman di seberang apartemennya.

Pikirannya kembali melayang soal apa yang harus ia lakukan pada manager dan juga staffnya nanti. Ia akan membalas mereka. Ia pastikan itu.

Seungkwan berhenti melangkah. Ia sampai di taman dan hanya perlu menyebrang untuk sampai di gedung apartemen miliknya.

Setelah sampai, Seungkwan langsung menekan password dan masuk kedalam ruangan apartemen miliknya. Tak lupa, ia melepaskan sepatunya dan melempar asal topi juga maskernya. Ia mendengar gemuruh langkah kaki mendekatinya.

Menoleh, suara gonggongan anjing menyapanya. Itu bookkeu. Anjing kesayangan Seungkwan. Berlari mendekati sang tuan. Jelas saja Seungkwan langsung menunduk dan merentangkan tangannya.

Menangkap bookkeu yang melompat kearahnya lalu memeluknya dengan erat.

“Aaa! Bayi kecilku! Aku merindukanmu.”

Bookkeu menjilati wajah Seungkwan yang juga sedang mengecupi wajah mungil anjing itu.

“Kau tidak merindukanku juga, Boo?”

Fokus Seungkwan teralihkan pada sang anjing manis, hingga tak menyadari bahwa seseorang kini berdiri dihadapannya. Wajahnya datar. Bahkan ia tak menyadari ada alas kaki lain yang bukan miliknya.

“Hansol?” Seketika Seungkwan teringat tujuannya pulang dengan cepat. Ia butuh tidur, dan beruntung ada Hansolnya disana untuk membantunya tidur.

Come here, baby.

Dengan cepat Seungkwan menurunkan bookkeu, lalu berlari mendekati Hansol─ sang kekasih, dan mendekapnya erat. Hansol tersenyum tipis, menyadari kalau kekasihnya begitu merindukannya. Terbukti dari dekapannya yang sangat erat.

Hansol sendiri membalas pelukan itu, dan mengusap punggung Seungkwan dengan lembut. Berusaha menyalurkan rasa aman dan nyaman. Seungkwan melepas pelukannya, sedikit berjinjit dan memberikan sebuah kecupan manis pada bibir Hansol.

Kini keduanya berada dikamar, saling berpelukan. Tangan Hansol tidak berhenti mengusap surai merah milik kekasihnya. Sejujurnya, ia cukup terkejut menemukan Seungkwan sudah berada di apartemen mereka.

Belum lagi penampilan pria itu terlihat cukup mengenaskan. Rambut yang kusut, baju yang lecek, wajah kusam, kantong mata yang hitam. Hansol mengerti kalau kekasihnya ini bekerja dengan keras selama world tour.

“Hansol? Kenapa ngelamun?”

Usapan di kepala Seungkwan berhenti sebentar, lalu tangan itu kembali bergerak.

Nope.” balas Hansol sambil menggeleng. “Cuma penasaran kenapa kamu udah nyampe dan aku ga dapet kabar apa - apa.”

Seungkwan meringis, mengingat kembali hal yang terjadi.

“Tadi aku ribut sama staff sama manager. Aku cape, kurang tidur, gabisa tidur, dan mau tidur. Kepalaku sakit.”

Usapan berubah menjadi pijatan lembut. Membuat amarah yang sempat menguasai Seungkwan kembali menguap.

“Yaudah, aku pulang naik bus. Mau cepet - cepet ketemu kasur sama kamu. Mau tidur.”

Hansol yang mendengarnya hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol kekasihnya. Ia tau pasti kalau kekasihnya itu akan─

“Hari senin nanti, aku balas mereka.”

Kan. Sesuai dugaan Hansol. Kekasihnya itu pasti akan membalas.

“Haha iya, yaudah. Sekarang tidur ya?”

Seungkwan mengerucutkan bibirnya. “Ayo ganti baju dulu, Hansol-ie..” rengeknya. Jelas saja Hansol merasa gemas, kemudian mengangguk setuju.

Setelah keduanya berganti dengan piyama, Seungkwan tidur diatas tubuh Hansol. Menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang kekasih. Hansol sendiri memeluk pinggang Seungkwan dengan erat. Takut - takut kekasihnya itu terjatuh dari atas tubuhnya.

Hansol hafal benar tabiat Seungkwan. Pria manis itu tidak bisa tidur tanpa dirinya. Bahkan saat membuka lemarinya, sekotak parfum juga beberapa baju miliknya hilang. Siapa lagi kalau bukan ulah Seungkwan.

Tapi sepertinya, itu tidak cukup membantu, sampai - sampai ia harus mendekap pria manis itu layaknya seekor induk koala.

“Aku.. gabisa tidur.. karna ngga ada Hansol..”

Seungkwan mengusalkan wajahnya pada leher Hansol, menghirup harum kekasihnya. Tepukan lembut diberikan Hansol pada punggung Seungkwan, berharap hal itu dapat membantu kekasihnya tidur.

“Sekarang, aku mau tidur.. Because my polar bear is already here. And i can sleep now..

Mata bulat itu mulai terpejam karna mengantuk, hingga akhirnya terlelap sempurna dalam pelukan sang polar bear itu sendiri.

cuddle and sleep. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang