31. Gara-gara Beauty

99 8 107
                                    

Sonu berjalan pelan-pelan memasuki rumah. Hal pertama yang tertangkap matanya adalah Jai kelihatan sibuk memperbaiki remote TV.

"Jai," panggilnya pelan.

"Hei manusia kad--- maksudku Sonu," sapa Jai sambil menepuk kursi sampingnya, pertanda mempersilakan Sonu duduk.

Sonu menatap sendu Jai, dia tidak bisa membayangkan jika Jai tahu yang sebenarnya-tentang rencana Rhea pada Arzoo dan Rishi. Akan bagaimana manusia datar itu? Pasti akan tambah datar, kan?

Sebelum minta maaf, Sonu menarik napas dalam-dalam, mencari kekuatan untuk melancarkan permintaan maafnya itu. Karena, ya, kata 'maaf' memang sangat sulit diucapkan secara langsung-terlebih pada orang terdekat.

"Jai, maafkan aku, sikapku akhir-akhir ini sangat buruk padamu. Sekarang aku mengerti, ini semua hanya kesalahpahaman, kau dan Mia... di antara kalian berdua tidak ada apa-apa."

Jai menoleh, memastikan itu benar-benar keluar dari mulut Sonu. Dua detik setelahnya, Jai menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu, aku kira kesalahpahaman ini tidak akan pernah berakhir."

"Akan berakhir, secepatnya. Aku janji, akan membantumu meluruskan kesalahpahaman Arzoo, kau dan Arzoo akan kembali lagi seperti dulu. Semuanya salahku, jadi aku harus bertanggung jawab untuk itu."

Jai tersenyum, senang dan bangga. Akhirnya masalah ini menemukan titik terang. Walau cuma sedikit kesalahpahaman, akibat yang ditimbulkan tidak bisa dikatakan sedikit.

"Terima kasih, Kawan," Jai memeluk Sonu, yang langsung disambut dengan senang hati oleh Sonu.

"Maafkan aku, Jai ...."

"Tidak pa-pa, maafkan aku juga, ya."

Satu minggu perang dingin, keduanya sudah seperti sangat lama terpisah. Tentu saja, karena selama ini mereka sangat dekat.

"Sudah satu minggu aku tidak makan masakanmu, sekarang buatkan sesuatu untukku," pinta Sonu seraya melepas pelukannya.

Jai terkekeh, "Aku tahu masakanku ini sangat enak, ayo, kita memasak."

---

TV menyala menonton Rhea yang sibuk bermain ponsel. Sesekali bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman, dan wajahnya mengisyaratkan dia sangat bahagia.

Di sisi lain, Arzoo dan Radha mengintip tak suka dari balik pintu. Si penyihir Bibi Neetu telah berhasil membuat emosi kedua gadis itu naik. Katanya, Rhea sedang chattingan dengan si Raj itu. Tentu saja Arzoo dan Radha langsung geram.

Dengan gerakan matanya, Arzoo menginstruksikan Radha untuk mengikutinya.

"Kakak!" sapa keduanya sambil mengambil tempat duduk di samping kanan dan kiri Rhea.

"Kak, boleh pinjam ponselmu?" tanya Radha.

Belum sempat Rhea menjawab, tangan Radha sudah bergerak maju untuk mengambil benda itu dari Rhea dan menyembunyikan di belakangnya.

"Ada apa?" tanya Rhea bingung.

Arzoo dan Radha menyengir lebar. "Kak, ayo kita bermain di luar," ajaknya.

"Iya, Kak, sudah lama kita tidak pernah bermain bersama," lanjut Radha.

"Bermain apa? Kalian ini kan sudah besar," kata Rhea.

"Hey! Kami ini tetap adik kecilmu. Ayo kita bermain!" Radha menarik tangan kanan Rhea, sedang Arzoo tangan kirinya.

Arzoo dan Radha tidak sungguhan ingin bermain. Mereka hanya tidak ingin Rhea dekat-dekat dengan putra teman si penyihir itu.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang