- Waktu bukanlah obat yang terbaik. Kau harus sadar bahwa dirimu sendirilah obat paling ampuh.-
- Orang mengatakan bersahabatlah dengan masa lalu. Kenapa aku harus bersahabat dengan sesuatu yang abstrak? Jika ada dirimu?. Kau juga memiliki masa lalu denganku bahkan aku bisa melihat ada dua masa lagi.
Apartemen Seokjin (Seoul, Samsung-Dong, Gangnam)
11.00 PM
Apartemen mewah itu masih terlihat sedikit berantakan dengan sisa kaleng-kaleng bir juga bungkusan snack yang tergeletak begitu saja di lantai. Meja makan masih terdapat dua porsi makanan yang tersisa lumayan banyak. Bahkan, dapat disimpulkan dengan sekali lihat jika dua orang yang sebelumnya sedang menikmati makan malam pergi terburu-buru, karena ada beberapa lauk yang terlihat mengotori meja makan dan pecahan gelas terlihat di kaki kursi. Mungkin saja kedua orang ini lebih dari sekedar pergi terburu-buru.
"Hahh. Ckk." helaan nafas berat diikuti decakan terdengar dari sosok pria yang sibuk melepas jaket yang ia kenakan dan melemparnya asal ke sofa yang tersedia. Dia tampak kesal karena menempuh perjalanan yang cukup dingin untuk menuju tempat ini. Pria itu mendudukkan diri di sofa sembari memijat pundaknya yang sedikit kaku, lalu kedua matanya mengedarkan pandangan ke sekitarnya mencari-cari sosok yang menjadi alasan dia rela mengemudikan mobil malam-malam begini.
"Aishhh!!" lagi-lagi mulut pria itu mengeluarkan desisan sebal sembari memutar kedua bola matanya malas, dia kemudian melangkahkan kaki mendekati objek yang membuatnya ingin mengumpat di malam hari ini.
"Aishhh mereka harus menaikkan gajiku!!" omel pria itu dengan menggerakkan kedua tangannya untuk mengambil kaleng bir yang berserakan di dekat sofanya. Pria itu rupanya baru menyadari keadaan berantakan apartemen ini. Dia membersihkan kaleng-kaleng itu dan mengumpulkannya jadi satu, kemudian dirinya melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil kresek sampah. Tapi, langkahnya terhenti ketika mendengar ponselnya berdering.
"Apa?!" ujar pria itu sedikit dengan bentakan, karena saat melihat nama siapa yang memanggilnya tiba-tiba dia merasakan bahwa itu akan berisi percakapan yang tidak baik untuk moodnya malam ini.
"Yakk!! Kau tidak sopan padaku bocah!! Kau di mana? Aku di apartemen kakakmu sejak tiga puluh menit yang lalu!! Dan aku tidak menemukan tanda-tanda kehidupan!!" suara di seberang sana terdengar begitu menggerutu.
"Lisaa noona~~, hyungku sedang pergi menemui Cha Eunwoo. Entah kenapa dia menghubungi hyungku malam-malam begini!! Dan kenapa kau berada di apartemen kakakku malam-malam begini?!" protesnya.
"Taehyung~a.. awalnya aku hanya ingin mengajakmu pergi menemui Jungkook atau Seokjin aku tidak bisa tidur memikirkan mereka. Tapi, apartemen kalian kosong."
"Kau punya ponsel bukan? Kenapa kau tidak menghubungiku saja, aku bisa menjemputmu! Perlu kuingatkan berapa kali jika kau itu perempuan! Tidak baik keluar malam sendirian." ucapnya memijit dahinya pelan, karena mengingat kelakuan Lisa yang terkadang tidak bisa dia duga.
Terdengar tawa kecil dari seberang sana "Uhh..manis sekali, kau mengkhawatirkan noonamu ini ya?! Tenang saja aku bisa menjaga diri. Kalau begitu jemput aku dan kita ke apartemen bayi-bayi kita"
"........"
"........"
"Tae~aaa?"panggil Lisa di seberang sana, karena dia merasa tidak ada sahutan.
"Yakk!! kau tidur?! Kau ada di mana??!dari seberang telepon.
"Tidak perlu berteriak!, Kau tidur saja di kamar kakakku! Istirahatlah!." jawab Taehyung dengan suara yang cukup rendah seolah dia sedang menahan amarahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth and Choice (END)
Fiksi PenggemarHidup kita berjalan terkadang hanya karena kebenaran yang ingin kita dengar dan memilih sebuah pilihan yang wajib kita pilih sampai mengabaikan apa yang sesungguhnya ingin kita raih