Satu; payah

21 3 0
                                    

     Samar-samar didengarnya suara Bu Waldine yang sedang menjelaskan materi. Tak mau pusing dengan ocehan beliau, Casi menaikkan volume musik di handphone. Kedua headset sudah bertengger di daun telinganya sejak guru Sains itu mengajar di depan. Mood Casi mendadak turun, tidak tertarik untuk melakukan apa pun yang memaksanya berpikir. Ia hanya berharap bel pulang sekolah segera berbunyi.

Mama :

Kak, pulang sekolah ke rumah dulu, ya. Papamu ada info penting! :))

     Demikian pesan tertulis di sana. Casi menutup paksa matanya, berusaha memendam rasa kesal. Gadis itu tidak suka setiap kali orang tuanya meminta bertemu. Selama 4 bulan ini mereka terus-terusan mengabaikannya, kecuali memang ada hal penting yang ingin mereka sampaikan. Casi tidak tahu kenapa, dan baginya itu menyebalkan.

     Bel pulang sekolah berbunyi tepat di 1:03 PM CET. Bu Waldine pun mengakhiri kelas dan semua siswa langsung bergegas pulang, begitu juga dengan Casi. Merelakan kumpul-kumpul dengan temannya—seperti yang sering dilakukan—gadis pirang berponi itu menaiki bis kota untuk segera tiba di rumah. Sesampainya di rumah, siluet kedua orang tuanya yang sedang sibuk menyantap makanan terlihat dari balik jendela kaca. Dengan tidak niat ia menghampiri meja makan.

     "Nah. Kemari, duduklah," ajak Mama yang terdengar datar di telinga Casi.

     Ugh. Ia pun terpaksa menurut.

     Terlihat Mama dan Papa mencoba menelan makanan mereka sebelum berbicara.

     "Papa akan pindah tugas ke Leipzig. Kita akan buat perayaan, dan kamu, kali ini harus ikut." jelas Mama dengan beberapa penekanan. Casi mengerutkan kening,

     "Hah? Kenapa harus? Aku tidak mau," jawab Casi tegas. Mama melirik Papa yang sedang meneguk kopi untuk mengambil alih pembicaraan. Papa menegakkan duduknya,

     "Yahh... Memang kami berdua berpikir bahwa ini sesuatu yang harus dirayakan, karena kamu tahu sendiri kan—"

     "Tidak mau," potong Casi tak peduli. Papanya menekuk alis,

     "Dengar dulu penjelasan—" Lagi-lagi gadis itu menyela ayahnya,

     "Biasanya juga hanya kalian berdua, kenapa aku harus? Bagaimana dengan sekolahku? Aku harus mencari teman baru lagi? Kalian kira mudah cari teman? Aku lelah sendirian, diatur-atur. Kalian selalu seperti itu. Memaksakan kehendakku, kalian pikir aku suka??" tanyanya dengan raut wajah semakin mengerut.

     Mama berusaha menenangkan Casi, tetapi ia menghiraukannya.

     "Kalian egois! Apa yang kalian lakukan padaku selama ini? Kalian cuek. Ah, sudahlah. Memang kalian tidak peduli padaku, 'kan?"

     "CASI!!" Papa tiba-tiba berdiri dan menggebrak meja, sementara Mama nampak terkejut. Bukan gentar atau takut, mulut Casi berdecak. Kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun. Ia lantas ikut beranjak dari bangku.

     "Hah, terserah! Aku memang ada di keluarga yang payah."



>>

Catatan kaki.

1. CET = Central Europian Time. Zona waktu negara Eropa dan Afrika utara.

2. Leipzig = Salah satu kota di Jerman. Terkenal dengan biaya sewa rumah yang murah dan banyak bangunan tua yang cantik.

Beyond (+ Acrimonious) | SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang