𖣌01

13.2K 1.6K 388
                                    

𖡼໋᳝֘  Insomnia Girl 𖡼໋᳝֘ 

.
..
.

Tangan Yuta membuka dasi yang membelit lehernya. Menghirup udara dengan bebas dan langsung menghela nafas.

Gugup, Yuta tahu perempuan yang baru saja menyandang gelar sebagai istrinya itu tengah menatap Yuta tajam.

"Mau mandi dulu?" tanya Yuta gugup.

Sampai sekarangpun Yuta meragu bisa akrab dengan adik mantan tunangannya yang sudah lama meninggal. Yuta merenggut, dia sedikit menghawatirkan hubungan keduanya jika (y/n) masih saja membencinya.

(Y/n) sendiri berlalu melempar mantel bulu keatas kasur hotel yang disewa keluarganya untuk perayaan pesta pernikahannya. Tangannya mengambil tas lusuh berwarna hitam yang ada disudut kamar dan membawanya kedalam kamar mandi.

(Y/n) yang menutup bibir rapat-rapat lebih menakutkan dari pada dia yang biasanya berteriak keras menyuruh Yuta menjaga jarak sejauh sepuluh meter.

Yuta mengusap wajahnya, frustasi dengan tingkah masam (y/n) padanya. Gadis itu tanpa takut atau segan menunjukkan ketidaksukaannya pada Yuta.

Satu jam (y/n) dikamar mandi membuat Yuta kelimpangan. Tangannya mengetuk pintu kamar mandi dengan sabar, takut menganggu gadis yang tengah berada dititik terbawah kesabarannya.

"(Y/n)," panggil Yuta. Yuta semakin panik ketika tidak mendengar jawaban selain suara air yang mengalir deras.

Tangannya semakin mengetuk pintu dengan cepat. Tapi kemudian berhenti ketika suara keran sudah mati.

Pintu kamar mandi terbuka lebar menampilkan (y/n) dengan baju kaus kebesaran berwarna hitam dengan celana jeans. Juga sepatu flip-shoes ungu tua dan rambut yang dicepol tinggi.

Wajahnya terlihat menatap Yuta kesal, "apaan sih?!"

Yuta sedikit gagu, "aku pikir ada sesuatu didalam–"

"Aku sedang mandi!" potong (y/n) kesal. Tangannya menaikkan poninya dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya mendorong Yuta menjauh dari pintu.

Yuta bisa melihat warna merah pada bawah mata gadis itu. Sudah jelas, (y/n) menangis tadi didalam kamar mandi.

.
.
.

"(Y/n), mau kemana?" tanya Yuta.

Yang ditanya hanya mendelik kesal berjalan menuju arah pintu. "Pulang."

Yuta menghela nafas sekali lagi, mencoba bersabar dan tidak ikut terpengaruh amarah (y/n). Tangannya menyentuh bahu (y/n), "pulangnya besok saja." ucapnya pelan. "Pintu kamar kita terkunci. Sepertinya ada yang menguncinya dari luar."

(Y/n) mencebik melepas gagang pintu dan duduk diatas sofa. "Ya sudah sih, tidak usah sok dekat seperti itu."

Yuta hanya menanggapi dengan senyuman tipis. "Kamu tidurnya dikasur, aku aja yang disofa."

Tanpa diiyakan pun, (y/n) tak sudi tidur disofa. (Y/n) lebih memilih tidur dikasur empuk nan luas dibandingkan sofa kecil.

Tangan (y/n) mengambil ponselnya. Selimut yang ada dia gunakan untuk bergelung dibawahnya.

Yuta terpekur, merebahkan diri disofa dan kembali memikirkan betapa mengkhawatirkan pernikahannya.

Yuta kembali diingatkan bahwa (y/n) membencinya karena satu alasan. Keluarga Orimoto menjadikan (y/n) sebagai pengganti Orimoto Rika yang telah lama tewas dalam sebuah kecelakaan.

Wajar saja gadis itu membenci kedua pihak, baik pihak Yuta maupun pihak keluarganya sendiri.

Dicampakkan lalu dijadikan alat pengganti.

(Y/n) sudah seperti barang saja dikeluarganya.

.
.
.

(Y/n) menutup lalu membuka matanya sembari menunggu pagi datang. Dia sama sekali tidak mengantuk, sepertinya insomnianya kembali kambuh hingga membuatnya tidak bisa tidur sama sekali.

Siapa juga yang bisa tidur setelah berjumpa dengan asal muasal mimpi buruk mereka?

(Y/n) bangkit dari kasurnya, menatap Yuta yang tengah tertidur lelap diatas sofa. Sepercik rasa bersalah bersarang tak sampai dua detik dihatinya. Untuk apa dia merasa bersalah pada laki-laki itu.

(Y/n) membenci Yuta.

(Y/n) berjalan meninggalkan Yuta menuju pintu kamar. Tapi ternyata masih terkunci dari luar.

Menghela nafas, satu-satunya tempat yang bisa dia merenung hanyalah balkon kamar hotel itu.

Udara dini hari yang dingin membuat gadis itu memeluk erat tubuhnya yang hanya mengenakan kaos dan celana jeans.

Duduk dibangku besi, (y/n) memeluk lututnya dengan erat sembari jemarinya berputar pelan diudara.

Seekor kucing berbulu hitam pekat muncul dan mengeluskan kepalanya pada jemari (y/n).

(Y/n) mengulas senyum tipis, satu-satunya yang bisa dia anggap sebagai teman hanyalah arwah kucing yang bergentayangan ini.

"Terimakasih," ucapnya pelan mengelus kepala dan leher kucing itu. "Sudah mau menjadi temanku."

.
.
.

T
B
C

Ada beberapa pertanyaan dichapter ini:
1. Kenapa (y/n) benci yuta?
2. Kenapa (y/n) bisa ngeliat arwah gentayangan?
3. Apa yg buat (y/n) insomnia?

🌚🌚🌚

Jawabannya bakalan dijawab satu" dibuku ini 🌚👌🏻

.
.
.

Note: jangan terlalu berharap ada adegan +18 diawal" buku ini ya kayak buku yang lainnya, perjalanan +18 mereka cukup jauh soalnya 🌚👌🏻

.
.
.

See you next chapter 😌👌🏻

4 Desember 2020

✔ ❝Wife❞ (Okkotsu Yuta X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang