"Masa lalu bukan untuk dikenang namun Masa lalu untuk pembelajaran agar tak mengulangi hal yang sama dikemudian hari."
-Didalam Do'aku
•••••
"Mbak.." Pika merasa ia dipanggil.
"Iya, ada apa ya bu?"
"Ini mbak dompetnya jatuh" ibu itu mengembalikan dompet Pika yang jatuh.
"Makasih ya Bu" ucap Pika terima kasih dan mengambil dompetnya.
"Iya, lain kali hati hati ya, saya permisi assalamualaikum" pamitnya.
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh"
"Alhamdulillah terima kasih ya Allah" batin Pika bersyukur karena masih ada orang yang baik.
Pika segera pergi ke rumah Fiya karena dia tak enak bila sahabatnya menunggu lama.
Tak lama Pika akhirnya datang di rumah Fiya.
"Assalamualaikum" Pika masuk kerumah Fiya dengan membawa satu tas plastik yang lumayan besar.
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh" jawab Fiya dan Arin bersamaan.
"Akhirnya lo datang juga pika, gue sama Arin udah nunggu lo dari tadi tauk" oceh Fiya kesal karena Pika lama.
"Iya maaf tadi dompet aku jatuh"
"Yaudah yuk ngerjain keburu sore" Arin melerai mereka sebelum bertengkar.
"Gassken" Fiya semangat.
Setelah beberapa jam mereka pun selesai mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan besok.
"Alhamdulillah udah kelar nih aku pulang ya Fiya" pamit Arin sambil membereskan bukunya.
"Iya Fiya aku juga pulang ya" imbuh Pika.
"Entaran Napa lagian masih jam 3" Fiya mencegah sahabat sahabatnya pulang.
"Maaf Fiya aku harus pulang soalnya dirumah cuman ada nenek, adik sama bibi, kasian bibi kalo harus ngurus dua orang" Ucap Arin panjang.
"Lo emang orang tua Lo kemana?" Pertanyaan Fiya membuat Arin bingung harus menjawab apa.
"Aku pulang dulu ya Fiya Oma, sama adikku pasti udah nunggu, assalamualaikum" Arin menghindar dari pertanyaan Fiya dan pamit pulang.
"Eh.." Fiya heran dengan Arin.
"Yaudah Fiya aku juga ikut pulang ya assalamualaikum" pamit Pika ikut.
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh" jawab Fiya sambil mengantar Pika keluar rumahnya.
•••••
Arin pulang dengan taxi namun ia tak langsung kerumah, ia mampir ke taman yang biasa dia hampiri. Arin duduk dengan tatapan kosong, dia bingung bila mana adiknya nanti menanyakan tentang sang papa dan mama dia harus menjawab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didalam Do'aku
Poésie"Dibalik senyum manis yang selalu terpancar di wajahnya ternyata begitu banyak luka yang ia tahan, begitu banyak beban ia panggul sendiri. Arin terlalu tertutup untuk menceritakan kehidupannya pada orang lain walau hanya sekecil debu. Anak yang sela...