Hari ini adalah hari senin and you know what? I hate this day. Gue bukan orang yang suka sarapan pagi jadi lo tau lah rasa pusing dan mualnya gimana. Kalo lo kira gue si anak pinter ini bakal suka sama hari ini itu adalah kesalahan besar. Gue emosi banget sama amanat yang selalu diulang-ulang dan berakhir harus berdiri berjam-jam. Gue sebenernya anak PMR tapi sialnya hari ini bukan jadwal gue jaga UKS. Gue berdiri disini sambil bayangin tidur dikasur UKS. Ah, rasanya pengen lari gue dari sini.
Gue sedikit terusik sama obrolan Sabian sama Wisnu. Ya gimana gak terusik, Sabian berdiri disamping gue dan Wisnu dibelakangnya. Nyari Galang sama Kiara? Dia dipaling belakang. Kiara maksa baris dibelakang pake alesan Galang minta ditemenin. Cih, sejak kapan Galang mau ditemenin? Gue ajak Kiara kenalan ulang waktu itu bukan berarti gue udah terima dia didalam lingkup pertemanan gue, ini cuma demi Wisnu sama Sabian. Liat senyum mereka bikin gue ngerasa harus ngelakuin itu. Gue ngeliat Bu Sari, wali kelas kita ngeliat kearah Sabian sama Wisnu yang cekikikan. Anak-anak bodoh ini kalo bercanda gapernah liat tempat dan keadaan. Tatapan Bu Sari seakan ngasih tau gue buat nyuruh mereka diem. Gue senyum takut sambil ngangguk.
"Eh Sabian Sabian" Bisik gue.
"Kenapa, Lun?" Sabian nengok kearah gue dengan muka yang kaget.
"Dih? Lo kenapa gitu mukanya?"
"Eng-engga. Lo kenapa manggil gue?"
"Itu lo sama Nunu di liatin terus sama Bu Sari."
"Oh"
"Iya, udah jangan bercanda, nanti aja dikelas."
"Iya bawel."
"Heh lo berdua asik banget ngobrolnya, ajak gue dong." Tiba-tiba kepala Wisnu muncul di tengah-tengah gue sama Sabian.
Gue cuma muter bola mata gue males. Gue denger Sabian jelasin ke Wisnu buat jangan berisik dan Wisnu jawab ohhhh kenceng banget yang buat semua orang ngedesis kearah Wisnu.
Author pov
"Luna ngomong apa ke lo?"
"Tuh Bu Sari mantengin kita, Luna nyuruh kita diem."
"Ohhhh"
"Nu-Nu!" Panggil Sabian.
"Apaan?"
"Luna pucet banget mukanya." Ucap Sabian.
"Masa?"
"Oi, Lun." Wisnu yang berada di belakang Sabian membalik badan Luna dengan paksa. "Eh iya." Lanjutnya.
"Apasih bodoh! Diem ah." Sahut Luna memukul topi Wisnu.
"Bocah lagi sakit aja galak banget."
Luna menunduk membuat Sabian makin khawatir. Tidak lama kemudian Luna berjongkok berpura-pura mengikat tali sepatunya. Ketika hendak berdiri Luna sedikit kehilangan keseimbangan dirinya dan refleks Sabian menangkap bahunya.
"Lo kalo sakit ke uks aja."
Luna melepaskan tangan Sabian dari bahunya berkata. "Gue gapapa."
"Lo udah pucet banget."
Luna memanang datar Sabian.
"Lo mau tahan sampe pingsan?"
"Gue bilang gue gapapa." Jawab Luna emosi.
"Ssstt diem, nanti kelas kita dihukum." Ucap ketua kelas.
"Diem-diem, temen gue lagi sakit lo suruh diem."
"Sssttt." Desisan terdengar dari banyak orang.
"Bi, udah diem aja." Luna mencoba menahan emosi Sabian.
Sabian mendesah kesal.
"Gak gitu caranya kalo mau ngajak Luna ke uks. Nih liat gue." Bisik Wisnu ke Sabian.
Tanpa aba-aba Wisnu menarik paksa tangan Luna keluar barisan. Luna yang terkejut sedikit menyeimbangkan langkahnya. "Wisnu sinting." Bisik Sabian sambil berusaha mengikuti Wisnu dan Luna ke barisan belakang. Setibanya dibarisan belakang Wisnu berhenti.
"Lang, liat komuknya." Menunjuk kearah wajah Luna.
"Apa? Muka gue kenapa?" Ucap Luna memukul tangan Wisnu.
"Muka lo pucet banget, Lun." Sahut Kiara. Luna menatap Kiara tidak suka.
"Sana ke UKS." Jawab Galang.
"Tapi, Lang"
"Nanti gue nyusul."
Luna menatap tajam kearah Wisnu. "Tanggung jawab, gendong gue ampe UKS."
Wisnu membungkukkan badannya bersiap menggendong Luna.
"Mereka emang sedeket itu?" Bisik Kiara kepada Sabian yang dari tadi berada disampingnya.
"Namanya juga abang-adek. Kenapa lo? Cemburu?"
"Engga-engga!" Teriak Kiara.
"Sttttt" Kiara mendapat banyak desisan yang membuatnya meminta maaf berulang kali.