10

8 2 0
                                    

Author pov

Sabian dan Galang berdiri di ruang kepala sekolah sekarang. Ya mereka akan selalu berada di ruang kepala sekolah jika ada kejadian seperti ini. Karna ruangan BK tidak akan membuat mereka jera dengan cepat.

"Apa lagi yang kalian lakukan?" Ucap Pak Bimo memijat dahinya.

"Saya yang salah, Pak." Jawab Sabian.

"Selalu, Sabian yang salah dan Galang yang tersulut emosi. Bukan begitu?"

Mereka saling memandang dan mengangguk bersamaan.

"Kami minta maaf, Pak."

"Saya gak mempersalahkan kalian jika kalian berkelahi tapi ada Luna ikut terluka karena kalian." Sahut Pak Bimo sendu.

Luna termasuk anak yang berprestasi di sekolah dan berhasil mengambil hati Pak bimo karena memang Pak Bimo kebetulan tidak memiliki anak perempuan dan ayah Luna pun memang teman baik Pak Bimo sejak sekolah dulu.

Pak Bimo kembali menatap mereka. "Luna gak akan suka kalo saya memarahi kalian, tapi kalian harus tetap dihukum. Bersihkan semua toilet yang ada baru kalian bisa masuk ke kelas."

Sabian dan Galang terkejut bukan main karena biasanya mereka hanya akan disuruh berdiri dihadapan tiang bendera.

"Tapi, Pak..."

"Karena kalian membahayakan orang lain."

Mereka mengangguk pasrah. "Baik, Pak."

Luna pov

Sebenernya udah lama gue sadar tapi sengaja masih merem karena males ketemu orang-orang dikelas. Gue samar-samar denger ada suara Wisnu sama Jessica ngobrol sama bokap gue, Pak Heru.

"Gimana keadaanya?"

"Luna baik-baik aja, Pak. Cuma ya..."

"Saya harus ke ruang kepala sekolah."

"Baik, Pak."

Jessica belum nyelesaiin kata-katanya dan bokap gue motong seenak jidat dan gue gak peduli. Gue ngambil posisi ngebelakangin pintu buat lanjutin tidur. Kesempatan emas biar gak belajar. Tidur gue ke ganggu karena Wisnu yang tiba-tiba ikut tiduran ngebelakangin gue.

"Lo ngapain sih, Nu?" Gue nanya dengan mata yang masih ketutup.

"Tempat tidur sebelah dipake Jessy."

"Ya, lo sama dia aja. Kan gue lagi sakit."

"Gak ah. Bukan muhrim."

"Oh..." Wait what? Gue denger dia cekikikan dibelakang gue. Sialan. Maksudnya apa? Sama Jessy bukan muhrim tapi dia ada di sebelah gue sekarang?

"Nu..."

"Kan lo laki."

Bugh.

"Aw!"

"Mampus!"

"Jahat banget sih lo dorong gue, Lun."

Gue gak jawab perkataan Wisnu dan tidur telentang ngelebarin tangan sama kaki gue biar Wisnu gak bisa tiduran lagi. Gue denger dia misuh-misuh sambil buka-buka lemari. Setelah itu hening. Gue liat kearah Jessy yang ada dikasur yang sebrangan sama kasur gue dan Wisnu dilantai pake alas selimut. Awh... Sorry, Nu.

Gue berusaha buat tidur lagi tapi mata gue nangkep ada Sabian dibalik jendela UKS kayak lagi nyari orang. Dan dibelakangnya ada Galang yang jalan santai ninggalin Sabian.

"Jess? Wisnu?" Panggil Sabian sambil berusaha buka pintu UKS yang dikunci dari dalem.

"Buka dong bentar. Gue pengen ngomong."

Wisnu yang denger langsung bangun mau buka pintunya tapi tangan gue narik Wisnu buat gak pergi.

"Please, Nu. Gue lagi gak mau ketemu mereka."

Wisnu natap gue lama sebelum mutusin balik tiduran di lantai lagi. Gue menghembuskan napas lega. Dan lagi sebelum gue ada di dunia mimpi.

"Lun, gue minta maaf..." Bisik Sabian dibalik pintu.

"Ngapain lo nangis di pintu? Masih ada 4 toilet lagi yang belom kelar, gausah banyak drama." Suara Galang.

Author pov

Setelah menyelesaikan hukumannya Sabian dan Galang pergi ke UKS untuk melihat keadaan Luna sekaligus mengobati wajah mereka yang sudah tidak karuan. Setibanya di UKS mereka hanya melihat Wisnu dan Jessica.

"Akhirnya dateng juga dua serigala." Ejek Wisnu.

"Gue gak pengen mukul orang lagi, Nu." Jawab Galang.

Sabian hanya diam. Pikiran nya bertanya-tanya dimana keberadaan Luna. Apa Luna udah masuk kelas? Batinnya.

"Kenapa lo bengong gitu?" Tanya Jessica.

Sabian menatap Jessica sebentar. "Obatin gue deh, ngilu nih."

"Sakit juga lo bikin sendiri, Bi."

Sabian membalasnya dengan senyum kecut.

"Lo berdua kenapasih?"

"Tumben banget gabisa ngontrol emosi."

"Lo juga, Lang. Kayak orang kesetanan." Tanya Wisnu tanpa jeda.

Galang menatap Sabian tajam.

"Gue yang salah." Sahut Sabian.

"Kenapa?"

"Gue ngerendahin..."

"Luna dimana?" Potong Galang.

"Disuruh balik sama Pak Bimo. Suruh istirahat." Jawab Wisnu sambil menyerahkan obat kepada Galang.

"Gimana keadaanya?" Tanya Galang lagi.

"Gapapa. Dia masih bisa dorong gue dari kasur tadi."

"Syukur deh."

Hening.

"Bentar ya, kebelet gue." Mereka hanya memandang Wisnu. "Ijin ama batu gue."

"Lo berdua utang cerita sama gue." Ucap Jessica menekan luka Sabian.

"Awh..." Ringis Sabian.

still forever. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang