── 11

348 69 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Selepas kejadian Aruna yang ditakut-takuti oleh 'sesuatu yang entah apa itu wujudnya tak mau tahu pokoknya menyeramkan' tadi, kini Reksa meledeknya mati-matian.

Pemuda Adhyasta itu sibuk tertawa sendiri sebab otaknya tak lepas memutar memori kejadian saat Aruna berlari bak dikejar anjing paling mematikan dan menyeramkan di dunia. Bahkan kini dahi sang gadis penuh dengan peluh yang membanjir tak henti-hentinya.

Aruna kini sedang duduk sembari melahap ice cream-nya dengan wajah yang ditekuk sebal karena ditertawakan terus menerus. Emang kurang ajar, Reksa ini.

Sudahlah ditakut-takuti makhluk nggak jelas, hampir tertabrak truk bermuatan besar, setelah itu ditertawakan pula. Memang ada saja yang bikin emosi sih. Sejak jalan di depan rumah dengan Reksa saja Aruna sudah mulai emosi sendiri. Memang ada baiknya tadi ia tak usah ada niatan untuk pergi ke minimarket.

"Apa ketawa-ketawa?!" tanya Aruna sinis. Jelas kalau Aruna sudah sinis begitu, Reksa pasti akan tertawa makin keras.

"Kaya buldog." Jawab Reksa masih setia dengan mulut yang tak berhenti menertawakan gadis disebelahnya ini lalu setelahnya menatap ke arah sang gadis dengan wajah meledek setengah mati.

Sayangnya wajah meledeknya tak bertahan lama sebab setelah dilihat, Aruna kini benar-benar dalam wajah datarnya seakan kalau dihitung beberapa detik lagi, gadis ini akan meledak sekencang-kencangnya. Tentu saja Reksa sebagai pemicu ledakan dan satu-satunya orang yang ada disana, akan menjadi korban ledakan

"m-maksudnya,, lo kaya dikejar buldog. Bukan lo yang kaya buldog. Suudzon banget." Kata Reksa panik sendiri. Pasalnya manusia yang sedang dalam masa kedatangan tamu bulanan satu itu garang sekali sih. Reksa bagai dihadapkan dengan serigala buas yang siap menyergap mangsa kapan pun ia mau.

"Muka gue emang begini kok?! lo aja yang kepedean. Mau banget lo gue suudzonin?!" ucap Aruna penuh luapan emosi yang membara. Ice Cream yang ia pegang sebentar lagi sudah meleleh terkena udara luar yang tak cukup dingin layaknya di mesin pendingin khusus.

"Yakali Tuhan setting muka lo khusus buat suudzonin gue. Tapi kalo iya, berarti parah sih"

Tuhan, kalau Aruna ijin untuk sekali ini saja menghabisi Reksa di tempat, apakah akan diperbolehkan? manusia yang satu ini berhak untuk dihabisi sekarang layaknya setangkai ice cream yang Aruna makan saat ini. Kantung kresek putih berlogo minimarket itu tergeletak terlantar di atas meja dan siap untuk menjadi saksi bisu jaga-jaga kalau Aruna benar-benar membuat Reksa tergeletak tak berdaya di halaman depan minimarket.

"Terserah." Kata Aruna final. 

Tubuhnya ia bawa berdiri untuk membuang sampah bungkus miliknya. Tangan kirinya yang tak menggenggam apa-apa, ia gunakan untuk membawa kantung kresek berisi 'kamu pasti tahu lah.'  miliknya. Bahkan tungkainya kini sudah dibuat siap untuk menyebrangi jalanan untuk jalan pulang ke rumahnya. Kalau saja ia tak ingat bahwa tadi ia ditakut-takuti oleh makhluk tidak jelas di rumah milik tak tahu siapa juga itu, Aruna hampir saja pulang sendirian.

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang