Hari kelima Lea pergi ke Inggris. Dia tak henti-hentinya menelpon ku setiap malam. Dengan curhatan betapa muak dia melihat wajah ibu tirinya. Membuatku tak bisa tidur karena harus siaga mendengar cerita gadis bermata besar itu
Iya gadis mata besar. Aku menamainya mata besar karna penglihatannya yang tajam bisa membaca sifat orang yang dilihat melalui penampilan.
Walau begitu kurasa Lea memiliki bakat menjadi pembantu seorang detektif untuk menangkap musuh yang menyamar. Aku benar tidak salah kira dia pasti bisa. Bagaimana tidak disekolah Lea di dijuluki sebagai gadis detektif karna berhasil membantu ibu kantin menangkap orang yang dijuluki kucing liar.
Yaa aku termasuk orang yang dipaksa untuk membantu.
Lea pasti sangat gila saat itu. Dia menyuruhku pergi awal jam 4 pagi dan bersembunyi di kolong meja kantin untuk menjebak si kucing liar. Ibu kantin, dia sudah menyiapkan jaring net yang di ambil di gudang sekolah untuk menangkap si kucing liar itu.
Ah, rasanya aku merindukan seseorang.
Sekarang aku sedang mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk di kamar bunda. Untung saja bunda pergi ke luar kota.
Ah jika saja aku bisa menceritakan masalah ini pada Lea dia pasti bisa mencari sesuatu yang menjadi pentunjuk itu.
Tapi aku harus merahasiakan nya karna jika bunda tau aku pasti akan di usir lagi.
Huh, aku harus cepat menemukan petunjuk sebelum bunda pulang.
Ceklek
Brak
"Alesa ngapain kamu di situ"
Astaga. Baru saja di bicarakan sudah pulang saja.
"Ah emm i-itu bunda tadi cuman ma-mau bersihin kamar aja" semoga alasan ku ini mempan
Percaya lah bunda. Ku mohon percayalah
"KELUAR!. Apa kau pikir aku tidak akan tau bahwa kamu sedang mencari petunjuk Alesa." Bunda menatap ku tajam
Rasanya tak tahan lagi. Aku sangat ingin tau tentang ayah ku. Kenapa aku di perlakukan begini, hanya karna ingin tau siapa ayah ku.
Plis lesa jangan nangis. Rasanya mata ku panas dan berair
"APAKAH KAU TAU BUNDA. BAGAIMANA RASANYA DI ASING KAN" cukup sudah aku harus mengeluarkan isi hati ku. Rasanya sesak jika ku tahan
"SAAT KAU MENAMPAR KU HANYA KARENA AKU BERTANYA SOSOK AYAH. KAU MENGASINGKAN KU. KAU YANG DULU PENUH KASIH SAYANG. KINI PENUH KEHANCURAN BAGI KU"
"Bisakah. Bisakah kau menghentikan ini bunda, aku tak bisa menahannya lagi. Bunda setidaknya berikan aku aku alasan mengapa kau begini"
Ah, aku benci air mata. Tapi hidup dengan penuh rahasia yang ku ketahui rasanya seperti di asing kan.
Bunda telah berubah. Saat itu, saat umurku 12 tahun. Aku penasaran dengan sosok ayah yang tak pernah ku lihat dan ku dengar tentangnya dari bunda.
Setelah bertanya dengan kepercayaan diri. Bunda menampar ku, dia mengurung ku di kamar. Setelah saat itu bunda sangat sering keluar kota tanpa alasan yang diberi padaku.
Tapi aku tetap menyayangi bunda. Karena saat ini hanya dia keluarga yang aku punya, orang pernah memberi kasih sayang walau sementara
"DASAR ANAK TAK TAU UNTUNG"
Plak
"Apa kau gila. Berani-beraninya kau menanyakan tentang itu lagi"
Bunda menyeret ku. Seperti saat terakhir kali ku bertanya tentang ini juga, aku pasti akan di kurung.
"Akh. Bunda"
Brak
"Kau bertanya tentang ayah mu. Sama dengan kamu mencari bahaya Alesa. Jangan harap kau bisa mudah keluar seperti dulu dari sini" mata bunda memerah
Blam
Bunda menangis. Kenapa bunda menangis. Dulu saat mengurung ku bunda tidak pernah menangis begitu.
Apa matsudnya bahaya karna aku bertanya ayah?. Apakah terjadi sesuatu. Kenapa bunda begini. Apa aku anak yatim?. Bunda aku tak tahan lagi dengan mu. Ku rasa kasih sayang mu dulu itu adalah palsu.
"Bunda"
Hiks
"Maaf sepertinya aku membencimu"
**
15.30 Sabtu, 5 Desember