Halo semuaa kita ketemu lagih Sobat Dei!
Banyak yang aku revisi, ada bagian yang diilangin dan juga bagian baru. Pokoknya Sobat Dei baca aja deh ya
JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT YAH
Selamaaat Baca semuaa...
********************************>>>>>>>>>>>******************************
Elang memakirkan sepedanya di halam Fakultas Ilmu Hukum. Aktif menjadi relawan peduli lingkungan mempengaruhi hidupnya. Sebagai upaya mengurangi polusi memilih menggunakan sepeda sebagai transportasi selagi jarak ditempuh dekat.
Koridor Fakultas Hukum cukup ramai hari ini. Jam tangan Elang menunjukkan pukul tiga sore. Elang membenarkan ransel digendong sebelah, satu tangannya yang lain tenggelam dalam saku. Ia dipanggil Dosen Fakultasnya mengenai masalah demonya kemarin.
Pulang dari sana Elang bergegas pergi. Tiba-tiba ponsel Elang bergetar. Kaki kembali turun urung mengayuh sepeda. Jarinya segera menggeser tanda hijau di layar.
"Halo! Kau dimana?!"
Suara keras seseorang di seberang telepon membuat Elang segera menjauhkan ponselnya dari telinga. Suara Risvan ini tidak ada bedanya dengan TOA. Di rasa diam Elang mendekatkan kembali ponsel lagi menjawab datar.
"Di Parkiran Fakul. Kenapa?"
"Udaaa."
Mendengar bahasa minang bersuara ngondek lebay lelaki itu ingin sekali Elang menimpuk mulutnya jika ada dihadapannya sekarang.
"Apa?" ketus Elang.
"Jutek bener Lang! Lagi PMS lo?" Suara Risvan kembali normal.
"Lo mau apa?!"
Elang mulai tidak sabar padahal suara Risvan sudah kembali normal. Pasalnya suasana hatinya sedang tidak bersahabat. Jadilah sahabatnya bahan pelampiasan. Tapi kalau menyerah bukan Risvan namanya. Ia semakin gencar merayu.
"Tolong bantu Urang, Udaa! Ambilkan proposal di Sekret!"
"Ambil sendiri!"
"Siko lah (Kesini lah)! Gue udah di Rektorat nanggung kalau balik lagi! Sekalian-" terang Risvan kembali serius.
"Onde mande... Dasar ini orang nggak bisa diajak kompromi. Main dimatiin aja! Untung sahabat," decak Risvan di seberang sana. Belum sempat meneruskan kalimatnya Elang mematikan teleponnya sepihak.
Elang memasukkan ponsel dalam saku celana. Melajukan sepedanya menuju Sekret. Tidak tahu Risvan sedang menahan kesal disana.
Disisi lain, Ifa turun dari bis kuning entah dimana kakinya berpijak sekarang. Ia terlalu larut dalam pikirannya sendiri tak memperhatikan. Tidak memperhatikan berapa gedung fakultas terlewati. Kini ia menyusuri Taman menenangkan diri menendang kerikil-kerikil kecil. Entah, kemana kaki menutun sesekali menatap rimbunan pohon tertiup angin.
"Dasar Edaaan! Wong Edaaaaan! Songong, belagu, begu!" racau Ifa tak jelas tanpa jeda napas menendang keras kerikil. Siapa suruh yang menghadang jalannya! Jadilah bahan pelampiasannya.
"Wooi! Ini siapa yang nimpuk gue!!!" teriak seseorang melirik kanan kiri mencari pelakunya. Matanya memolotot melihat satu cewek berdiri tak jauh dari tempat duduknya. "Eh! ELO lagi!!!" sentaknya beranjak dari tempat duduk menunjuk ke arah Ifa.
Mata Ifa membulat saat tahu kerikil itu mengenai Ivan. Olih cobaan apa maning? Ganing kampus seamba kie biso ketemu wong kie (Dapat cobaan apalagi ini. Kenapa kampus seluas ini bisa ketemu orang ini), Ifa berteriak dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Orasi Cinta
Подростковая литература"Nggak panggil Kak lagi, nih?" "Maaalleees." Ifa memutar bola matanya. "Dulu aja suka panggil Kak teruuus..," goda Elang tersenyum tengil. "Sebelum lo ngeselin!" "Gue ngeselin tapi ngangenin kan?" "Idiiih... Loken (masa)? Pede buaanget!" Ifa menge...