Bab 1.3 Masa itu takkan terulang

66 23 74
                                    

Bingung antara harus menyapa atau pura-pura diam seolah tidak gak sadar dengan sekeliling, dan alhasil aku memilih diam saat bertemu Hasbi di kampus.
Kalaupun nanya, bingung juga mau tanya apa saat itu.

Dalam kerumunan teman-teman lelakinya Hasbi menatapku diam-diam saat aku berjalan bersama ke empat sahabatku, aku tau itu, karna akupun begitu. Bukan memperhatikannya, melainkan hanya curi-curi pandang.

Konyol memang, tapi aku tidak punya alasan untuk itu, mungkin aku sama seperti ke empat sahabatku yang kini mengagumi dirinya, bedanya aku mengagumi Hasbi secara diam-diam, tidak terang-terangan seperti mereka.

Sudah beberapa minggu aku dan Hasbi saling mengirim pesan, tentunya tanpa teman-temanku ketahui, dan itupun obrolan biasa atau sekedar sharing, Tidak lebih. Bahkan Hasbi orang yang pertama memberi tahuku tentang jadwal kuliah.

Jam kelaspun sudah di mulai, saat itu Dosen meminta kami semua untuk berunding dan membuat struktur organisasi secara mandiri.

Entah kenapa seisi kelas histeris menunjuk Hasbi untuk menjadi ketua, terkecuali aku.
Bukan Karna aku tidak menginginkan dirinya menjadi ketua kelas, karna memang aku gak mau ikut campur untuk urusan itu.
Hasbi mau jadi ketua atau bukan, tidak akan ada untungnya untukku,kan. Lagi pula dia sudah terkenal smart dari teman-temannya terdahulu yang satu kelas dengannya di bangku SMA.

Yah jelaslah tidak ada untungnya, sampai akhirnya Hasbi menujukku untuk menjadi sekretarisnya, sontak saja lamunanku terpecah karna suaranya yang di ulang-ulang ketika memanggil namaku.

Dan itu sontak membuatku benar-benar terkejut dibuatnya, bagaimana bisa dia menujuk diriku, bahkan aku tidak pernah jadi seorang sekertaris sebelumnya.

Akupun menggeleng-gelengkan kepala, sebagai unjuk  penolakan keras.

"Aku ingin Hana yang jadi sekretarisnya, jika kalian tetap bersikukuh menginginkan aku sebagai ketua," kata Hasbi yang saat itu menatapku.

Aku sedangkan aku sendiri bersikukuh juga menolaknya, bagiku akan lebih damai ketika kita tidak menjabat apa-apa di kelas.

"Ayo Han... mau aja! Hasbi tau yang jadi ketuanya," kata Viji yang saat itu merayuku.

"Apaan sih Vi, aku gak mau," jawabku yang kembali pada prinsip awal.

"Tau ih Hana, kapan lagi bisa sering-sering berduaan sama Hasbi," timpal Cici.

"Aku juga pengen Han, tapi sayang Hasbi malah nunjuk lo," timpal Ima merajuk.

"Ya udah... kenapa gak kalian aja," kataku menatap ke arah mereka.
Karna aku fikir, Hasbi pasti mau memiliki sekertaris dari salah satu temanku, yang menurutku sangat cocok jika di jadikan patner di dalam organisasi.

"Kan dia pengennya lo Han!" kata Tiara mencoba menegaskan.

"Aku gak mau," kataku kembali menegaskan. Sampai akhirnya Hasbi beranjak dan menghampiriku.

"Han...!" seru Hasbi menatap wajahku, yang kubalas tatapan ke arah Viji.

Ini pertama kalinya Hasbi menghampiriku, bukan tidak mau menatapnya, melainkan aku takut kalo sampe salah tingkah saat melihatnya.

"Iya."

"Si Hasbi di sebelah sana, kenapa lo malah liat ke gue," timpal Viji mendekap wajahku dengan kedua tangannya sampe akhirnya mengarah ke Hasbi.

"Viji...!! Ngeselin banget sih lo," batinku kesal.

Aku yang saat itu berhadapan dengan Hasbi tidak mampu berbuat apa-apa selain menekuk wajahku kebawah agar tak terlalu fokus pada Hasbi.

Kenapa rasanya wajahku terasa memanas, Mungkinkah saat ini wajahku memerah?
Bagaimana bisa, ini benar-benar memalukan.

"Han! Mau yah jadi sekretarisku?" Pinta Hasbi yang membuatku bingung.

"Udah mau aja!"
"Iya Hana, mau aja."
"Si Hana pake lama, tingal bilang YA doang!"
"Walah, Hasbi... lo udah kaya nembak cewe aja."

Ucapan teman-teman di dalam kelas seolah menyudutkan saat itu, yang membuatku tak mampu berkata-kata.

"Yah... aku mau."

Perkataanku sontak membuat seisi kelas bergemuruh.

"Makasih," ucap Hasbi memberikan senyuman khasnya.

Kalimat singkat yang kukenal ketika kita usai bercakap-cakap di handphone.

Yah, Hasbi sering kali mengucapkan terimakasih di telepon saat kita mengakhiri obrolan, dan pesan. Dan kali ini aku mendengarnya secara langsung dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

Bersambung....




Mengejar Bunga Kampus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang