Hari ini pertempuran dimulai. Shani berdiri di barisan depan dengan senyum sinis yang menghiasi wajahnya. Dia tidak membawa senjata apapun alias hanya dengan tangan kosong.
"Riel!! Dah siap belum?!" Teriak Shani.
"Kapan gue nggak siap?!" Ariel bertanya balik.
Shani mengangkat tangan kanannya dan menggerakkannya ke depan. Kode untuk menyerang. Pasukan Shani langsung menyerang, tidak jauh berbeda dengan pasukan Ariel.
Pertempuran itu akan memakan waktu beberapa hari. Shani berjalan ke depan dengan kedua tangan berada di saku celananya. Beberapa orang menghadangnya, tapi dengan mudah Shani singkirkan.
Sampai akhirnya Shani berhadapan dengan Ariel. Mereka sama-sama tersenyum, tanpa gerakan api langsung menyelimuti tubuh mereka.
"Mau berapa hari nih?" Tanya Ariel sambil melancarkan serangan ke arah Shani.
"Nggak usah lama-lama ah, nggak kangen pacar lo?" Kekeh Shani.
"Sorry aja ye, gue nggak sebucin lo." Ejek Ariel.
Dan masih banyak obrolan lain selama mereka saling memberikan serangan. Pertempuran dihentikan ketika hari menjelang malam, kedua bagian beristirahat untuk menyusun rencana.
Shani sedikit menjauh dari teman-temannya dan mengeluarkan hpnya. Dia mencoba untuk menelepon kekasihnya, Gracia.
Sedangkan di rumahnya, Gracia dengan iseng menolak panggilan Shani beberapa kali. Panggilan ke-9 barulah Gracia mengangkatnya. Dengan tertawa Gracia mendengar semua ocehan kekesalan Shani.
"Nggak capek ngomel terus?" Tanya Gracia.
"Kamu itu ya, ditelpon malah ditolak mulu. Aku kan udah kangen sama kamu." Kesal Shani.
"Bucin." Komentar Gracia singkat, padat dan jelas.
"Ge, pengen peluk." Rengek Shani.
"Katanya kemarin udah nyimpen rasa pelukan gue." Kekeh Gracia.
"Udah habis Gege." Ucap Shani.
"Padahal lo peluknya udah lama banget lho, dari sore sampai pagi. Masih kurang lama apa gimana?" Tanya Gracia.
"Kurang sih Ge, harusnya 7 hari 7 malam." Kekeh Shani.
"Selesaikan dulu tuh pertempuran. Nanti boleh peluk sepuas lo." Ucap Gracia.
"Beneran lho ya? Awas aja sampai sok-sokan lupa." Ancam Shani.
"Iya sayang." Ucap Gracia.
Obrolan mereka berlanjut sampai larut malam. Sampai akhirnya Gracia menyuruh Shani untuk segera tidur untuk memulihkan staminanya. Shani langsung menurut karena itu adalah perintah dari kesayangannya.
"Good night Ge."
"Good night too Shani."
Setelah memastikan Shani tidur dengan lelap, Gracia mematikan panggilannya. Kini dia hanya rebahan sambil menatap langit-langit kamarnya.
Sejujurnya dia juga merindukan sosok Shani, rindu manjanya, rindu posesifnya, semuanya tentang Shani. Perlahan Gracia memeluk guling yang selalu menemaninya, membayangkan bahwa itu adalah Shani.
"Gue emang denialnya keterlaluan." Batin Gracia tertawa.
***
Pertempuran berlangsung selama 13 hari. Kedua belah pihak masih saja ngotot untuk melanjutkan pertempuran, tapi korban yang sudah cukup banyak memaksa untuk menghentikan pertempuran.
Ariel dan Shani akhirnya sepakat untuk berhenti dan memerintahkan anak buah mereka untuk mundur. Shani tidak bisa langsung pulang, dia harus bertanggung jawab dengan korban tewas akibat pertempuran ini.
Pengurusan dan penguburan korban tewas memakan waktu sehari penuh. Setelah selesai, tanpa basa-basi Shani langsung pamit untuk pergi ke rumah Gracia. Sampai di sana Shani mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban.
Shani mendengus kesal, dia langsung masuk saja karena kebetulan pintu tidak dikunci. Shani tanpa permisi masuk ke kamar Gracia dan merebahkan tubuhnya yang sudah sangat kelelahan. Padahal Shani sangat berharap Gracia menyambut dirinya dan memeluknya saat tidur.
Belum sempat Shani terlelap, terdengar suara pintu yang dibuka. Shani langsung turun dan melihat Gracia membawa satu cup berisi kopi dengan wajah mengantuk. Bisa ditebak jika Gracia begadang tadi malam.
"Gege!!" Teriak Shani lalu menubruk Gracia.
Gracia yang tidak siap terhuyung ke belakang, masih untung dia tidak terjatuh. Gracia memeluk balik Shani dengan tangan kirinya. Dia melepas pelukannya lalu meletakkan kopi yang dibawanya ke meja.
"Kangen." Rengek Shani.
"Hmmm." Gracia hanya menjawab dengan deheman karena tiba-tiba rasa kantuk kembali menyerangnya.
"Gege ngantuk?" Tanya Shani polos.
"Liat sendiri kan?" Kesal Gracia.
"Ayo tidur!! Aku pengen peluk kamu, kopinya biarin aja. Kamu harus meluk aku sambil tidur." Shani menarik Gracia menuju kamar.
Shani menjatuhkan dirinya ke ranjang dan Gracia menyusulnya. Shani memeluk Gracia dengan erat, dia merindukan Gracia dengan sangat. Sedangkan Gracia yang sudah mengantuk langsung terlelap setelah mendekap Shani. Begitu juga dengan Shani, dia ikut terlelap bersama Gracia.
Gracia tadi sebenarnya tidak tidur karena menunggu Shani. Tadi malam insomnia nya kambuh dan mengakibatkan Gracia mengantuk di pagi hari. Namun, Gracia mengurungkan niatnya untuk tidur karena Shani mengabari jika dia akan pulang hari ini.
Jadi, Gracia sempat membeli kopi untuk mencegah rasa kantuknya. Tapi ternyata Shani sudah sampai di rumah dan menunggunya.
***
Shani memandangi wajah kalem Gracia saat tidur. Ingin rasanya Shani menguyel-uyel pipi Gracia saat itu juga, tapi Shani tidak ingin tidur pacarnya ini terganggu karena ulahnya.
"Kangen banget." Bisik Shani pada dirinya sendiri.
Shani kembali memeluk Gracia, mendusel-dusel di lehernya. Kegiatan ini ternyata mengganggu tidur Gracia, dengan perlahan mata Gracia terbuka dan melihat Shani yang sedang tersenyum lebar. Sudut bibir Gracia ikut tertarik ke atas melihat itu.
"Udah kangen banget sama Gege. Akhirnya bisa peluk dia sekarang, aaa sayang banget sama Gege." Gumam Shani.
"Sayang Shani juga." Jawab Gracia sambil terkekeh.
"Eh?! Ge kamu udah bangun? Keganggu ya? Maaf." Cerocos Shani.
"Gemes banget sih. Nggak ganggu kok, udah waktunya bangun aja." Ucap Gracia.
"Ge, boleh ya aku peluk kamu sepuas aku?" Tanya Shani.
"Boleh dong, gue kan udah janji." Jawab Gracia.
Shani tidak peduli Gracia masih menggunakan gue-elo ketika berbicara, untuk saat ini yang paling penting adalah Shani bisa memeluk Gracia sepuas hatinya. Mengobati semua rasa rindu yang menyesakkan hatinya.
Gracia hanya bisa pasrah ketika dirinya dipeluk dengan erat oleh Shani. Pacar dadakan yang malah dicintainya sepenuh hati. Gracia berharap waktu berjalan lambat, supaya Gracia benar-benar bisa merasakan betapa nyamannya memeluk seorang Shani Indira.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA MERAH DAN BIRU [END]
FantasiAku belum pernah merasa sehancur ini. Melihat dia yang meregang nyawa di depanku hanya untuk menyelamatkan aku yang bahkan belum bisa memberinya sebuah kebahagiaan. Aku mengecewakan dia, aku membuatnya marah, aku membuat dia putus asa, dan kini aku...