PROLOG

241 30 19
                                    

Rak-rak kayu tua menampung barang-barang antik, beberapa bahkan terlihat berusia ratusan tahun. Mulut Seungmin bahkan semakin terbuka lebar, banyak lampu tatami yang menggantung memberi penerangan di setiap sudut toko.

Di pojokan, Seungmin melihat boneka Barbie berdesain Jepang, mengenakan kimono merah dengan hiasan bunga sakura di rambutnya. Boneka itu tampak berbeda dari Barbie biasa, terlihat anggun, tetapi sedikit menyeramkan di bawah lampu redup toko tersebut.

Dari balik rak, muncul seorang kakek tua dengan tatapan tajam dan langkah tenang. Rambutnya putih sepenuhnya, dan wajahnya dihiasi keriput yang dalam, tetapi senyum tipis terukir di bibirnya saat melihat Seungmin.

"Kamu tertarik sama boneka itu?" tanya si kakek dengan suara serak tapi ramah, meski ada nada misterius yang membuat Seungmin sedikit merinding.

Seungmin mengangguk, berusaha tampil sopan. "Ya, kakek. Aku ingin beli boneka ini untuk seorang teman. Dia di rumah sakit, dan ulang tahunnya sebentar lagi."

Kakek itu mengamati Seungmin dengan saksama, seolah berusaha membaca isi hatinya. "Temanmu pasti sangat spesial. Kenapa memilih boneka ini? Bukannya ada hadiah lain yang lebih … biasa?"

Seungmin tersenyum kecil, menggaruk lehernya. "Aku rasa ... boneka ini unik, seperti Rumi. Desain bonekanya juga bagus. Tapi aku khawatir, apakah dia benar-benar akan menyukainya?"

Kakek itu tersenyum, matanya tampak berbinar mendengar cerita Seungmin. "Kamu tau, hadiah yang dipilih dengan hati selalu punya arti lebih dalam daripada sekadar benda. Rumi pasti suka, jika kamu memberikannya dengan tulus."

Mendengar itu, Seungmin merasa lebih yakin. "Kalau begitu, aku ingin membelinya, Kakek. Berapa harganya?"

Kakek itu menggeleng pelan. "Toko ini nggak terima uang. Cuman ada satu cara buat dapatkan barang di sini, yaitu dengan barter."

"Barter?" Seungmin terkejut. Toko ini sangat-sangat ketinggalan zaman?!

Kakek itu mengangguk. "Ya, kau harus tukar barang yang berarti bagimu dengan boneka ini."

Seungmin meraba-raba seluruh tubuhnya, mencari sesuatu yang bisa ia tukarkan. Tak mungkin kacamata? bahkan setiap saat ia selalu membutuhkannya. Namun, dia hanya membawa jam tangan mahal di pergelangan tangannya, hadiah dari Bunda saat ulang tahun.

Dia menatap jam itu dengan ragu, merasa berat untuk menyerahkannya. Namun, membayangkan wajah Rumi yang bahagia membuatnya memantapkan hati. "Baiklah, aku mau tukarkan jam ini, Kakek." Seungmin melepaskan jam tangan itu dan menyerahkannya kepada si kakek.

Kakek itu mengambilnya dengan hati-hati, lalu mengangguk puas. "Terima kasih atas keikhlasanmu, Nak."

━━━━━━ M u n e c a━━━━━━

Sekitar sepuluh menit, Seungmin keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama biru navy bermotif planet ruang angkasa. Rambut basahnya masih meneteskan air, sementara ia menyekanya perlahan dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Sepintas aroma buah-buahan dari shampo menyebar tipis di udara.

Ketenangan itu segera pecah saat matanya tertuju pada boneka antik di atas meja belajar. Boneka itu seperti mainan biasa, duduk anggun di atas tumpukan buku. Mata kacanya memantulkan cahaya lampu yang bergetar pelan, seolah-olah menatap langsung ke arah Seungmin.

"Apa sih yang bikin lo begitu menarik?" gumamnya sambil mengusap dagu, seolah bertanya pada dirinya sendiri. Ia terkekeh kecil, berusaha mencairkan keheningan.

Udara di kamar tiba-tiba berubah. Suhu dingin merayap seperti kabut yang begitu menusuk kulitnya. Lampu kamar berkelip-kelip, cahayanya meredup seperti tercekik oleh sesuatu yang tak kasatmata.

Muñeca ⋮ Kim SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang