"Hari ini lo gagal buat jemput seorang arwah—bukan, lebih tepatnya ada sebuah keajaiban sama kakek itu karena seekor anjing. Dan lo ketemu sama perempuan yang minta buat di bunuh?" tanya Juyeon.Eric yang lagi duduk di sofa hanya terdiam dengan kedua mata yang memejam, pria itu sedang mengobati luka di perutnya akibat tertusuk oleh Thalia, butuh sekitar semenit akhirnya luka di perut Eric sembuh.
"Jawab pertanyaan gue, Son Eric!"
"Iya! Iya! Pokoknya gitu," sahut Eric, tangannya meraih ponsel di saku celananya karena ada sebuah panggilan, dan ternyata Junkyu yang menelponnya.
"Ric," panggil Junkyu tepat saat panggilannya di terima Eric.
"Kenapa?" Eric mengubah posisi jadi terlentang di sofa, Juyeon melepaskan sepatu dari kakinya lalu mengintip Thalia yang masih berbaring di kamarnya.
"Sena sama sekali enggak inget gue, jadi enggak lama lagi gue segera—"
"Denger ya Kim Junkyu, sampai sekarang gue belom nemu alasan kenapa lo kembali hidup, dan gue juga enggak bisa menebak dengan nasib lo ini," Eric menghelakan nafasnya yang terdengar berat, tangannya memijat keningnya karena merasa pusing memikirkan yang terjadi di hidupnya dalam akhir-akhir ini.
"Harusnya lo milih buat langsung pergi aja, biar bisa reinkarnasi, kalo udah kaya gini nyesel kan lo?" kata Eric.
"Gue sama sekali enggak nyesel," Junkyu terdiam sejenak, untuk beberapa saat gak ada satu pun yang berbicara baik Eric dan Junkyu. "Waktu gue tersisa empat puluh hari lagi..."
Eric mengkerutkan keningnya, lalu mengubah posisi jadi duduk lalu menatap jam tangan di tangan kirinya untuk melihat tanggal hari ini, dan memang benar Junkyu memiliki waktu 40 hari lagi setelah pria itu kembali hidup.
"Jun, jangan pesimis, dan seharusnya lo tuh harus lebih keras lagi usahanya biar Sena inget lo. Masih banyak waktu," kata Eric yang menyemangati Junkyu, berniat agar Junkyu gak menyerah menjalani hidupnya ini.
"Tapi—"
"Enggak ada kata tapi, Kim Junkyu—"
Tiba-tiba ada suara tembakan dan pecahan kaca yang tertangkap di pendengaran Eric, suara itu berasal dari kamar Juyeon. Eric yang mendengar suara tersebut begitu terkejut sampai ponselnya terjatuh ke lantai, pria itu segera masuk ke dalam kamar seniornya tanpa meraih ponselnya yang jatuh.
"Maju selangkah peluru ini mendarat ke dia," kata Thalia ketika Eric berhasil membuka pintu kamar Juyeon, tangan kiri perempuan itu memegang sebuah pistol yang mengarah ke Juyeon yang lagi berdiri kaku di depan cermin yang pecah.
Thalia menarik pelatuk pistolnya, dalam sekejap Eric menghilang lalu muncul di belakang Thalia dengan tangannya yang menggenggam pergelangan tangan perempuan itu. Thalia kembali menembak, pelurunya berhasil mendarat ke dada Juyeon, Eric pun mencengkram tangan Thalia dengan kuat sampai pistolnya berhasil terjatuh ke lantai.
“Lepas!” kata Thalia.
“Dapet dari mana pistolnya?” tanya Eric, masih mencengkram tangan kiri Thalia.
“Pistol itu punya aku,” perempuan itu berusaha menahan ringisannya. “LEPAS!!”
Juyeon yang sebelumnya berdiri kaku di depan cermin yang pecah jadi berpindah tempat kehadapan Thalia dalam sekejap, Thalia mengkerutkan keningnya melihat Juyeon yang terlihat baik-baik aja setelah di tembak, Juyeon menatap mata Thalia dan perempuan itu pun membalas tatapannya, dalam hitungan tiga detik Thalia hilang kesadaran karena perbuatan Juyeon.
Eric membopong Thalia, lalu kembali membaringkan perempuan itu ke kasur Juyeon. Dan hal yang terjadi selanjutnya adalah perdebatan antara kedua grim reaper tersebut.
"Gue udah hilangin ingatan dia, dan tugas lo sekarang bawa dia pergi dari sini!" jari telunjuk Juyeon menunjuk ke Thalia yang terbaring gak sadarkan diri dan kedua matanya menatap Eric.
"Sekarang?" tanya Eric.
"Enggak. Seratus tahun kemudian. Ya sekarang!"
Dan akhirnya Eric membawa pergi Thalia dari tempat tinggal Juyeon, Eric meletakkan perempuan itu ke tempat dimana perutnya di tusuk. Tapi, ketika Eric ingin segera meninggalkan Thalia, lengannya di tahan perempuan itu.
"Who are you?" tanya Thalia.
Eric memejamkan matanya lalu menoleh ke perempuan itu, "Harusnya aku yang nanya, kamu siapa?"
"Thalia."
Eric mulai melangkahkan kakinya menjauh dari Thalia, tapi baru dua langkah tiba-tiba kaki Eric terhenti karena perkataan perempuan itu.
"Tujuh puluh orang berhasil aku bunuh, termasuk kedua orang tua aku sendiri," katanya membuat Eric membalikkan tubuh menghadapnya.
Eric mengkerutkan keningnya ketika Thalia beranjak dari posisinya, lalu meraih sebuah batu, dan betapa terkejutnya Eric ketika perempuan itu memukul tangan kirinya dengan batu tersebut. Tangan yang membunuh tujuh puluh orang.
Thalia meringis kesakitan, lengannya menjadi memar akibat ulahnya sendiri. Eric yang melihatnya jadi bingung, dia ingin menghampiri perempuan itu pun ragu, pasalnya banyak hal yang tak terduga yang di lakukan Thalia. Dalam hati Eric menebak bahwa Thalia adalah seorang psikopat.
Dan tanpa Eric sadar, ingatan Thalia sama sekali gak menghilang, mulai dari pertama kali mereka bertemu, kejadian yang terjadi di tempat tinggal Juyeon pun gak ada satu pun yang menghilang dari ingatan perempuan itu.
Thalia adalah seseorang yang mengalami Hyperthymesia Syndrome atau sindrom mengingat superior, sering disebut juga sebagai highly superior autobiographical memory, yang adalah kondisi dimana seseorang memiliki kemampuan untuk dapat mengingat kembali segala kejadian dan pengalaman yang pernah dia lewati dalam hidupnya secara detail.
Thalia terdiam ketika Eric dengan tiba-tiba menghampirinya dan meraih tangan kirinya, Eric menyentuh lengan Thalia yang sebelumnya perempuan itu pukul dengan batu, dan gak lama rasa sakit yang ada di tangan kiri Thalia memudar secara perlahan.
"Who are you?!" tanya Thalia untuk kedua kalinya.
Untuk beberapa kejadian memang terlihat mustahil bagi Thalia, mulai dari Eric yang tiba-tiba menghilang dan berpindah tempat dalam sekejap, Eric yang masih hidup padahal sebelumnya Thalia menusuk perutnya, dan rasa sakit yang perempuan itu rasakan dengan perlahan menghilang hanya karena disentuh oleh Eric.
"Son Eric, S O N E R I C."
"Bukan itu maksud aku!" Thalia jadi sedikit geram. "Dari awal pertama kita ketemu sampai saat ini banyak kejadian yang janggal..."
Thalia melangkahkan kakinya menghampiri Eric, dengan tiba-tiba Thalia menonjok perut Eric yang sebelumnya perempuan itu tusuk dengan pisau. Melihat respon Eric yang hanya terdiam tanpa merasa kesakitan membuat Thalia mengkerutkan keningnya.
Thalia menatap Eric dengan tajam, "Kamu bukan manusia normal kan?"
Dan sekarang, giliran Eric yang mengkerutkan keningnya karena merasa aneh dengan perkataan Thalia, kenapa bisa ingatan perempuan itu masih tersimpan full, ya seingat Eric sebelumnya Juyeon menghapus ingatan Thalia.
"Kenapa kamu masih hidup, padahal sebelumnya perut kamu udah aku tusuk sampai dalem? Dan temen kamu terlihat baik-baik aja setelah aku tembak?"
Eric terkejut mendengar perkataan Thalia. Jadi, ingatan perempuan itu belum menghilang. Eric menatap Thalia berniat menghilangkan semua ingatan perempuan itu, tapi sama sekali gak berhasil, dan Eric menjadi kebingungan mendengarkan semua perkataan yang keluar dari mulut Thalia.
"Kamu siapa??!!" tanya Eric.
Langit yang sebelumnya cerah menjadi mendung, bahkan langit memunculkan sebuah thunder, dan ada suara pecahan kaca yang bersumber dari botol minuman. Semua itu tercipta bersamaan dengan Eric yang bertanya ke Thalia.
grim reaper
KAMU SEDANG MEMBACA
GRIM REAPER - Eric
Fantasy❝𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘰𝘯𝘭𝘺 𝘳𝘦𝘢𝘭𝘪𝘻𝘦𝘥 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘵𝘦𝘳𝘴 𝘪𝘯 𝘭𝘪𝘧𝘦 𝘢𝘧𝘵𝘦𝘳 𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘥𝘪𝘦𝘥.❞ Kehidupan Son Eric tak jauh dari kata kematian. Menjemput dan mengantar orang yang telah tiada ke akhirat adalah tugasnya. Copyrights 2O2O ©lum...