── 12

319 60 4
                                    

Sekarang posisinya Aruna sedang di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang posisinya Aruna sedang di kelas. Jam kosong di jam pertama sampai istirahat pertama sebab sang guru tiba-tiba berhalangan hadir hari ini. Tetap diberi tugas sih, tapi untungnya pengumpulan tugas masih bisa diundur sampai esok hari. Santai sedikit saja, tidak apa-apa, toh masih bisa mengumpulkan esok hari. Lagipula untuk apa juga mengerjakan buru-buru kalau nilainya tetap tidak akan beda dengan yang mengumpulkan besok?

Jadi yang Aruna lakukan sekarang adalah berdiam diri di kursinya sembari mendengar kebisingan kelas yang didominasi oleh para murid laki-laki yang sibuk bermain kuda tomprok di belakang. Sebagian ada juga sih yang sibuk membuat band abal-abal dengan menggunakan kursi sebagai cajon, gagang sapu sebagai microphone, dan ember pel yang beralih fungsi sebagai drum dadakan. Untungnya kelas mereka adalah salah satunya kelas yang ada di lantai 2, sementara 2 kelas lainnya digunakan sebagai lab bahasa dan lab komputer. Ada untungnya juga walau kadang jadi terlihat horror sedikit.

Para gadis di kelasnya memencar, Aruna tak tahu harus ikut kubu yang mana. Kalau ada yang mengajaknya bergabung, maka Aruna akan bergabung. Kalau tidak ada ya, ya sudah. Duduk di tempatnya sendiri juga menyenangkan kok. Soalnya tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan suara atau bahkan berekspresi lebih banyak kan? jadi mungkin opsi tidur selama 3 jam tidak akan menjadi masalah bagi dirinya atau orang lain, toh ia tidur juga tidak mengganggu siapa-siapa kan?

Maka dengan tanpa perlu berfikir panjang, yang Aruna lakukan sekarang adalah meluruskan kakinya pada sanggahan kaki yang terdapat diantara kaki meja, menyandarkan diri pada sandaran kursi dengan tas sebagai bantal dan memejamkan mata. Lalu, seperti manusia kebanyakan, Aruna akan menghitung domba di dalam otaknya atau bahkan membuat beberapa cerita fiksi karangan sendiri dengan ia sebagai lakon utama wanita dan idolanya sebagai lakon utama prianya. Duh, menyenangkan sekali sih dunia halu ini.

Andai semua cerita khayalannya itu dapat menjadi kenyataan dalam sekali tutup mata. Pasti hidupnya sudah bagai berada di negeri dongeng dengan seribu pangeran tampan yang mengantri untuk meminangnya. Indah betul menghalu.

Tapi sayang, kegiatannya untuk membangun dunia indah dalam angan-angan harus berhenti begitu saja kala sebatang UNO Stacko dilemparkan ke arah kepalanya entah dari arah mana. Sial, siapa sih ini?! Mengganggu mimpi manis saja sih!

Lantas Aruna membuka matanya dan menatap sekitar untuk mencari sang pelaku pelempar UNO Stacko. Pandangannya jatuh pada seorang gadis yang tengah tersenyum lebar padanya seperti manusia idiot. Gadis menyebalkan itu namanya Gheana, memang menyebalkan. Setelah mengetahui siapa pelakunya, kamu fikir Aruna akan diam saja? Oh tentu tidak. UNO yang tadi dilemparkan ke arah kepalanya, ia lemparkan kembali ke kepala si pelaku dengan kecepatan tinggi dan. . . HEADSHOT! Yes! Kena kepala!

"ADUH, ANARKIS BANGET SIH?!" Gerutu Gheana sembari mengusak dahinya yang baru saja terkena lemparan batang UNO dari Aruna. Aruna yakin sekali bahwa jidat Gheana sebentar lagi akan mengeluarkan api sebab terus-terusan diusak dengan kuat begitu. Ya lumayan juga kalau bisa mengeluarkan api, kan kalau ada camping, Aruna jadi tidak perlu susah-susah bawa kompor. Gunakan saja dahi Gheana sudah cukup.

"Lo duluan nyari gara-gara, udah tau gue mau tidur. Malah dilemparin UNO Stacko, ada akhlak kah begitu?" balas Aruna santai.

"Orang mah lagi pada ngumpul main UNO, lo malah tidur. Sini lah, Na. Main UNO bareng!"

"Ghea, gue mager!"

"Kalo lo menang, gue traktir cireng kantin sepuluh ribu."

"OKE"

Cireng sudah menjadi jaminan maka Aruna maju paling depan. Bahkan kalau kamu mau berpacaran dengan Reksa lalu kamu menjamin akan memberi cireng setiap hari kepada Aruna sebagai ganti waktu yang biasanya Reksa habiskan dengan Aruna, Aruna akan kasih Reksa ke kamu sampai esok hari juga nggak masalah. Asal ada Cireng.

Aruna jelas langsung memposisikan dirinya di bangku kosong yang baru saja ia pinjam dari pemiliknya. Entah kursi yang tadinya diduduki siapa, tapi yang jelas Aruna baru saja berteriak kepada seluruh penghuni kelas untuk meminjam kursi ini. Intinya sudah ijin kan? ya sudah.

"Yuk mulai!" Ujar Aruna dengan wajah berseri dan senyum manis sekali.

"Halah, disogok cireng aja baru mau main lo."

"Yaudah sih, Nda. Demi Cireng, apapun akan ku lakukan."

"Termasuk pacaran sama Reksa?" tanya Gheana.

"Kalau yang itu termasuk dalam pengecualian. Yuk ah mulai! Lama ih!"

Setelah Aruna terus-terusan protes perihal permainan yang tak kunjung mulai, Gheana langsung membagikan kartu UNO yang ia pegang. Sudah malas main Stacko katanya, jadi sekarang main kartu. Ya terserah deh, sekarang Aruna harus berfikir bagaimana caranya agar menang dan cireng sepuluh ribu akan menjadi miliknya. Hari ini, harus!

Setelah hompimpah, permainan dimulai. Kini Aruna yang mulai duluan, beberapa kartu dengan nomor yang sama ia keluarkan. Setelahnya bergiliran yang lain sampai kembali ke urutan Aruna kembali. Aruna pandangi lamat-lamat semua kartu yang ia punya sampai pandangannya terpaku pada kartu reverse berwarna hijau yang ia pegang. Kartu reverse ini kan kegunaannya untuk mengganti putaran arah permainan, kalau misalnya kartu ini ia beri ke Reksa terus gantian jadi Aruna yang ngambek bisa nggak ya? Harus bisa sih, nggak mau tahu. Pokoknya Aruna harus pinjam kartunya ke Ghea setelah ini.

Pokoknya hampir setengah jam ini, kegiatan Aruna hanya main UNO bersama lima gadis di kelasnya. Kalau ditanya berapa kali, jelas Aruna akan jawab tidak tahu. Ingat kan kalau Aruna ini main UNO hanya untuk menang dan dapat cireng sepuluh? Makanya tidak peduli juga berapa kali mereka main pokoknya Aruna harus menang.

Agak bosan sih, tapi lumayan. Mungkin sekitar percobaan ke-sepuluh, ia menang kali ini. Lantas manusia yang memang sejak awal hanya mengharapkan kemenangan ini langsung berlari kegirangan mengelilingi kelas sembari menjabat tangan kawan-kawannya yang sibuk bermain dan tak tahu apa tujuan Aruna tiba-tiba mengajak mereka untuk berjabat tangan.

Setelah berlari, Aruna kembali duduk ditempatnya seolah tak pernah terjadi apa-apa setelah ia memenangkan permainan tadi. Seolah kegilaannya lenyap begitu saja bersamaan dengan perginya angin yang sempat masuk ke hidung lalu ia buang.

"Yuk, Cireng!" 

"Yuk, Cireng!" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang