Bab 2.1 Masa muda yang Keemasan

57 19 41
                                    

"Cie... yang sekarang udah menjabat sebagai sekertaris," sarkas Viji yang terus saja bicara berulang.

"Enak nih bisa deket-deket sama Hasbi," timpal Ima tak kalah meledek.

Aku masih diam saat itu, seakan-akan tidak menggubris ucapan sahabatku, dengan posisi kepala sedikit menelungkup aku masih sibuk dengan buku bacaanku saat itu.

Apa hebatnya jadi sekertaris.

Sampai akhirnya kedatangan cici mampu merubah pandangaku dan mendelik kearahnya, bagaimana tidak, dia datang secara tiba-tiba tanpa aba-aba pula.

"Dicari Hasbi tuh! Dia bilang ada briefing penting." Kata cici yang membuatku menaikan sebelah alis.

"Ko dadakan, sih?"

"Yah mana aku tau, Han."

"Dimana?"

"Di warung remang-remang!" Katanya yang kubalas senyuman miring ke arahnya.

Yah kali di warung remang-remang, yang bener aja.

"Warung remang-remang itu apa sih," kata Ima menyela denganmengarukan kepalanya karna bingung.

Ima dan cici sebenernya pelengkap geng ini, mereka sering kali berdebat, Ima itu cewe pinter, tapi kadang lemot, kalo mikir lama banget, dan kalo cerita harus secara mendetail. Sebenarnya bukan hanya Ima, terkadang Cici juga begitu.

"Ima...! Tar gue kasih tau yah," ka Tiara merangkul ima.

"Bener yah, tapi remang-remang bukan tempat lo nongkrong kan?" tanya Ima serius yang di balas gelengan kepala dari Tiara.

Jadi Tiara itu cewe tomboy di antara kita berlima, dia juga mempunyai agama berbeda dari Aku, Cici, Viji, dan Ima. Tapi meski begitu kita tidak pernah menyinggung masalah perbedaan itu, karna kita tau kalo perbedaan bukan masalah untuk kita berlima. Bagi kita saling menghargai adalah kunci dari sebuah pertemanan yang baik.

Dan kalo kalian tanya siapa yang pake kerudung disini, jadi di antara kami ber empat cuma Aku dan Viji saja.

"Cici...! jadi Hasbi ngajakin briefing dimana?" Kataku yang kembali bertanya.

"Di kantin katanya," jawab Cici.

"Mau briefing apa mau ngajak makan itu?" tanya Ima yang di balas oleh Tiara, Viji secar barengan. " makan kali itu mah ."

Aku tidak peduli Hasbi ngajak briefing dimana, asalkan bukan di tempat sepi, dan kantin adalah pilihan yang tepat untukku. Lagi pula ini hanya rapat kecil, bukan rapat besar yang diadakan oleh ketua OSIS, atau KEPSEK, dimasa SMA.

"Ikut aku," pintaku menarik tangan Viji begitu saja tanpa mau tau jawaban darinya.

"Lah kok aku, sih?"

"Cici ikut Han, sekalian mau ketemu ka Andre," kata Cici mengedipkan mata ke arahku yang dibalas anggukan singkat.

Alhasil akupun akhirnya di antar oleh Cici untuk menemui Hasbi, belum juga sampai ke dalam Kantin Cici malah di hampiri oleh ka Adre yang saat itu menyandang sebagai pacar barunya. Akupun hanya menghela napas pasrah saat itu.

Kalo tau endingnya begini, mending minta anter Viji tadi. Terpaksa harus nemuin Hasbi seorang diri.

"Han, sini...!"

Dari kejauhan Hasbi sudah melambaikan tangan ke arahku, dan betapa bersyukurnya  saat aku tahu kalo Hasbi tidak sendiri, dia duduk di temani sahabat dekatnya Ilham.

"Duduk Han," pinta Hasbi menarik bangku di sebelahnya.

"Yang lain mana, ko cuma bertiga?" tanyaku mencoba berbasa basi.

"Yang lain udh pada bubar Han, briefing nya dari tadi, nungguin kamu kelamaan," jawab Ilham.

"Duh... maaf banget, yah!" Pintaku karna merasa gak enak hati.

"Gak apa-apa kok Han,"jawab Hasbi dengan senyuman khasnya yang mengarah kepadaku, dan jujur saja itu membuatku kikuk dan tersipu malu. "Nanti aku kasih tau detailnya di WA." Sambungnya yang di balas pekikan geli dari Ilham.

"Kayanya gue jadi nyamuk disini. Udah ah gue mending pergi dari sini," sarkas Ilham yang membuat aku menohok.

Emang siapa yang jadi nyamuk, please jangan pergi, gue gak mau jadi bahan gosip orang.

"Am, apaan sih, udah disini aja," pinta Hasbi mencoba menghentikan Ilham yang sudah berdiri.

Awalnya aku bisa bernapas lega karna Hasbi menghalangi Ilham, tapi apa daya saat Ilham tetap bersikukuh untuk memilih pergi begitu saja. Dan kini situasinya berbeda, aku dan Hasbi malah saling berdiam diri tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Nyatanya bertatap muka secara langsung lebih kikuk ketimbang dunia chat yang yang lancar sentosa.

"Bi, aku balik juga yah, lagian rapatnya udah selesai kan?"kataku ragu yang di balas anggukan singkat ke arahku.

Jadi setelah berminggu-minggu sering ngobrol di chat, aku panggil Hasbi dengan sebutan Bi, karna bingung dengan nama Hasbi yang menurutku kepanjangan.

Jangan lihatin aku kaya gitu, please ini bikin aku grogi Bi.

Sejenak Hasbi diam setelah anggukan singkat tadi, dan itu membuat aku beranjak setelahnya.

"Han, pulang sama siapa? Bareng aku yuk!" Ajak Hasbi dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya yang sedikit memerah.

Aku terdiam bingung saat itu, antara salah dengar atau memang aku kegirangan karna mau di antar cowo populer di kelas.

"Kok diam," tanya Hasbi memecahkan lamunanku saat itu

"Kamu bilang apa tadi," tanyaku tak yakin.

Hasbi kembali melemparkan senyuman indahnya kepadaku, dan kagetnya dia malah mengambil setumpuk buku yang tadi aku letakkan di atas meja.

"Tadi aku bilang, kalo aku mau anter kamu pulang," kata Hasbi sembari berjalan melewatiku.

"Jadi dia beneran ngajak pulang? Batinku yang masih diam terpaku menatap gerakan langkahnya.

Bersambung

Jangan lupa Vote, follow, dan jadikan reading list.
❣❣❣❣

Visual Hasbi guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Hasbi guys. Kalian bisa bayangin ini buat Hasbi, dan tau gak sih, banyak Hal yang Hasbi bisa termasuk main musik sma Nyanyi.
Duh..., gimana gak jadi idola cewe-cewe kalo gitu.

❣❣❣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengejar Bunga Kampus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang