Part 10

2.5K 250 9
                                    


~~~~~

Suara motor yang berhenti tak jauh dari dari posisi dua pasangan suami istri tersebut membuat mereka menoleh. Wajah mereka mengisyaratkan tanda bingung, sebelumnya tak pernah ada motor model cross yang lewat jalan komplek. Paling banyak motor besar milik anak tetangga mereka.

Namun, senyum wanita yang tengah menggendong anak kecil membuat Bella turun dari motor Haidar dengan kikuk. Dia takut Melvi maupun Ava akan marah karena dia pergi dengan seorang lelaki. Wajah datar Melvi tak dapat di buat patokan, apakah lelaki tersebut marah, biasa saja atau tak suka. Ekspresinya sama saja menurut Bella.

Tapi tidak untuk Ava, wanita paruh baya tersebut sudah tahu betul sisi Melvi. Dari luar maupun dalam.

"Bella, sini, Nak. Ajak teman kamu," ujar Ava dengan senyum manis.

Bella melirik takut-takut pada kakak kelasnya, perjanjiannya Haidar hanya akan mengantar Bella sampai depan gerbang.

"Kak, mau ketemu Mama?"

"Boleh," Haidar menurunkan standar motornya, dengan embusan napas panjang. Dia mulai membuka helm yang menutupi kepalanya. Saat sudah terbuka, Ava dan Melvi melotot.

Lelaki yang mengantar Bella adalah lelaki yang sama dengan yang meminjami jas pada Bella. Wajah tampan, hidung mancung, mata sedikit sipit, alis lumayan tebal, kulit putih bersih. Khas dari orang Asia.

"Ajak masuk rumah, Bel." Tukas Ava dengan senyum manis.

Bella menoleh untuk melihat respon Haidar, ternyata lelaki tersebut mengangguk. Saat akan berbalik pada motornya, Bella menggeleng dan berbisik.

"Papa gak suka ada yang naik motor saat melewatinya, biar di ambil Pak Satpam saja. Daripada bermasalah sama Boss besar!" Haidar mengangguk, dia berjalan memasuki gerbang besar dan menjulang tinggi tersebut.

Melvi dan Ava berjalan lebih dulu sebelum Bella. Dua remaja itu berjalan mengikuti langkah Tuan rumahnya, Haidar tak kagum dengan rumah Bella. Karena rumahnya juga tergolong besar. Tapi suasana rumah Bella dan Haidar jauh berbeda, jika rumah Bella penuh dengan keceriaan dan kehangatan. Rumah haidar sangatlah sepi, karena hanya ada dia dan pembantu dan pengawalnya. Tak ada yang lain.

"Anggap rumah sendiri, ya Alister." Ujar Ava dengan senyum manis. Bella dan Haidar saling pandang, darimana ibu tiga anak tersebut tahu namanya.

Padahal ini pertama kali mereka bertemu, mereka juga belum kenalan. Apakah ibunya Bella adalah cenayang? Itu yang ada di fikiran Haidar saat ini.

"Mama kok tahu nama dia?" tanya Bella yang merasa janggal dengan mamanya.

"Bel, gak ada yang di bisa di sembunyikan di depan Ava Nafiza Azzahra. Kamu mengerti, Nak?" Bella menatap papanya dengan wajah memelas, Melvi tersenyum tipis dan menggeleng. Dia juga tak bisa menjelaskan Ava dalam hal ini.

"Duduk Alis," Haidar dan Bella lagi-lagi hanya saling menatap.

"Panggil saja Haidar, Tante." Ava tersenyum sumringah dan mengangguk.

"Kamu di panggil pada nama keduamu?"

"Maksud Mama?" tanya Bella bingung.

"Namanya Alister Haidar Mahikam, kan? Anak kedua dari pasangan Argi dan Ewyn," mata Haidar menatap Ava tak percaya. Bagaimana bisa dia mengetahui silsilah keluarganya.

"Va, ke kamar. Biarkan Bella mengobrol dengan temannya." Ajak Melvi tak terbantahkan.

Ava hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki suaminya, sebelum sampai di anak tangga. Dia menoleh dan menatap Haidar dengan senyum misterius.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang