Saat ini, Hans, Irene dan juga Sheila sedang berhadapan dengan salah satu anak paling populer di akademi, yang paling dingin diantara mereka, sang tiger-kin bernama Tora."Sejak kapan dia ada di sana?"
Irene yang tidak begitu kenal dengan siapa dia bertanya, heran.
"Aku? Aku sudah disini sejak jam pelajaran terakhir berakhir."
"Apa Senpai mendengar semua percakapan kami barusan?" Sheila mengerutkan keningnya.
"Tidak semua, aku hanya mendengar apa yang bisa kudengar dari sini. Jadi tidak mungkin bagiku untuk mendengar semua ucapan kalian. Kecuali jika itu Rav."
"Tora Senpai, apa Tora Senpai tau, siapa orang yang sedang kami bicarakan?" Hans yang waspada bertanya pada Tora, yang kelihatan santai di atas sana.
"Jika yang kau maksud adalah anak laki-laki yang pernah tinggal dirumah itu, aku kenal." Tora menunjuk kearah rumah kosong diseberang jalan.
"Alexander bukan? Aku tak menyangka bahwa masih ada orang yang mengingat dirinya."
"Apakah dia bersamamu?! maksudku Alexander?!" Mendengar nama Alexander, Hans spontan berteriak menanyakan dimana dia.
""Hans tenanglah!!"" Kedua gadis disisi Hans memegang masing-masing pundaknya, menyuruh Hans untuk tenang.
"Ah... Maaf." Menyadari apa yang ia lakukan, Hans meminta maaf kepada dua temannya dan anak laki-laki dihadapannya.
"Tidak perlu meminta maaf." Tora mengibaskan tangannya pada permintaan maaf Hans.
"Tapi..."
Tora melompat turun dari dahan pohon dan berjalan kearah tiga orang ini, yang membuat ketiganya grogi.
'Dia adalah anak berhati dingin'
'Jika kau membuatnya kesal, kau pasti akan dibekukan'
Atau lebih tepatnya rumor buruk tentangnya lah yang membuat ketiganya merasa agak takut.
"Jika kau ingin mencari Alexander, aku hanya akan memberitahukan hal ini padamu Hans Zein."
"Darimana kau tahu namaku?" Hans terkejut mengetahui Tora tau namanya.
"Pertama Alexander masih hidup, juga saudara-saudaranya." Tora mengabaikan pertanyaan Hans untuk sementara dan mengangkat satu jari tangan kanannya.
"Kedua, meski dia dan seluruh saudaranya selamat, itu tidak berlaku untuk orang tua mereka. Meski begitu, dia dan saudara-saudaranya telah terpisah satu sama lain dalam jangka waktu yang lama." Tora mengangkat satu jarinya yang lain.
"Jadi ayah dan ibunya..."
"Ya. Mereka tewas dalam perang. " Tora mengatakan itu tanpa ragu, yang membuat ketiga anak didepannya terkejut.
"Terakhir tapi bukan yang paling akhir," Tora sekali lagi mengangkat satu jarinya, "dia mungkin sudah banyak berubah dari yang terakhir kau lihat."
Setelah mengatakan itu, Tora memasukkan tangan kanannya kembali ke saku jaketnya.
"Dan bahkan mungkin dia sudah menjadi seseorang yang samasekali berbeda dari Alexander yang kau kenal."
Saat itu Irene menyadari pergerakan mata Tora yang asalnya melihat lurus melewati mereka terjatuh. Menjadi melihat kebawah dengan sekilas ekspresi sedih didalamnya.
"Tora! Akhirnya ketemu!"
Teriakan tiba-tiba dari atas mereka itu memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka.
Mereka mendongak keatas dan melihat seseorang terbang dan mendarat didekat Tora.
"Hah, kenapa sih kau dan Al harus lari? Kearah yang berlawanan pula!"
"Maaf." Tora memalingkan wajahnya.
"Hans, bukankah dia itu orang itu?"
"Iya Shei, dia salah satu dari Best Beast Trio, Rave The Raven."
"Bukannya rumor mengatakan ketiga orang yang dijuluki Best Beast Trio itu tidak akur?"
Mendengar kedua temannya yang berbisik, Irene merasa tidak perlu bagi mereka berdua untuk bertingkah seperti itu. Apa gunanya berbisik jika orang lain bisa mendengar?
"Hah, padahal kalian berdua hanya berpapasan dengan mereka, tapi sebegitunya reaksi kalian. Hah."
"Tunggu! Barusan kau menghela nafas dua kali! Itu bukan salahku! Itu salah Al yang main kabur! Ah, tunggu! Jangan tarik aku!"
Melihat Tora yang biasanya bersikap dan berekspresi dingin bertingkah seperti anak manja ditangan Rave membuat ketiga anak manusia itu membeku karena terkejut.
"Kau bantu aku mencari Al sampai ketemu. Aku tidak ingin dimarahi Leader lagi. Jika kau menolak aku takkan membelamu jika kau dimarahi olehnya."
"Kenapa juga aku harus bantu! Lagipula kau sendiri selalu berdiri dibelakang nee-san dan tak pernah membelaku ketika dia memarahiku!"
Rave mengabaikan omelan Tora dan menghadap kearah ketiga orang itu.
"Sebaiknya kalian bertiga pulang juga. Matahari sudah mulai tenggelam. Tidak baik untuk pulang terlalu larut. Dan tolong rahasiakan soal kejadian ini ya" Rave mengatakan itu dengan senyum ramah dan satu jari di bibirnya.
"Y-ya. Kami akan pulang. Kami juga tidak akan mengatakan apapun soal ini."
"Bagus. Terima kasih."
Setelah mengatakan itu, Rave mengepakkan sayapnya dan terbang sambil membawa Tora dengan kedua tangannya. Dan meninggalkan tiga orang yang terpaku disana.
"Ini perasaanku saja atau memang mereka tadi bertengkar seperti saudara?"
Kata-kata Irene membuat dua orang lainnya saling menatap. Kesadaran tentang fakta itu menyerang.
"AH!" Mereka berdua berteriak bersamaan, membuat Irene terkejut dan menutup kedua telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no Kuroi Tenshi : Side Stories
FantasyCerita sampingan dari dan untuk mendampingi cerita Isekai no Kuroi Tenshi ni Naru Catatan: Timeline tidak teratur. Antara satu judul (misal Red Fox) dengan judul lainnya (bukan Red Fox) tidak berada di timeline yang sama.