Sempatkan dulu pencet vote ya.
Jangan lupa koment sebanyak banyaknya, biar aku happy....
Happy reading, Guys.
Mau lanjut cepat nggak? Kalo mau aku tunggu vote dan komen yang banyak dulu yaaaa
Seolah tak memberi waktu bagi Kafin. Cal telah kembali mendekatkan wajahnya ke wajah sang adik. Saking dekatnya, Kafin sudah mampu merasakan hangatnya napas Cal yang kala itu beraroma mint. Namun ternyata niat Cal benar - benar tak direstui oleh Tuhan. Baru saja memejamkan matanya saat bibirnya nyaris mendarat pada bibir Kafin, suara dering dari ponsel Kafin terdengar. Sontak Cal membuka matanya dan menatap heran kepada Kafin karena waktu yang sudah terlaru larut untuk Kafin menerima panggilan.
"Aku angkat telpon dulu." Kafin yang juga nyaris terbuai dengan godaan Cal pun tersadar. Ia buru - buru merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang masih berdering kencang.
Keningnya mengernyit heran saat matanya berhasil membaca nama seseorang yang muncul di layar ponsel mantan kekasihnya. Tangannya tiba - tiba terkepal erat karena berbagai asumsi mengenai hubungan Cal dan Kafin.
"Gista?" Cal mengangkat wajahnya. Suaranya terdengar datar dengan tatapan tajam yang tertuju pada adiknya.
"Buat apa Gista telpon kamu selarut ini, Kaf?" Kecemburuan terdengar jelas dari suaranya. Kilatan amarah bahkan terpampang jelas pada riak wajahnya.
Memilih mengabaikan pertanyaan Cal, Kafin pun buru - buru menggulir layar ponselnya. Niat Kafin menjauh dari hadapan Cal, tetapi tangannya lebih dulu ditahan oleh Cal.
"Angkat aja!" ujar Cal dengan suara dingin. "Tapi nggak perlu menjauh juga, 'kan?"
Kafin menghela napas panjang. Mau tak mau, Kafin mengangguk. Menuruti permintaan Cal untuk tetap berada di dekat gadis itu sembari menjawab panggilan dari Gista.
"Hallo, Gis?" ucap Kafin pada sapaan pertama.
"Gis? Kenapa?" tanyanya lagi saat menyadari belum ada sahutan dari seberang.
Senyum lantas tersungging lebar di bibir Cal. Walaupun rasa kesal dan cemburu masih terlihat jelas di wajahnya, ia cukup senang melihat Kafin yang masih menuruti keinginannya. Melihat Kafin yang tampak serius dengan ponselnya, Cal mengambil kesempatan untuk memeluk tubuh Kafin hingga membuat pemuda itu tersentak.
"Cal...." bisik Kafin bermaksud memberi teguran. Ponselnya dijauhkan dari bibirnya, menghindari suaranya yang sedang berbicara kepada Cal tidak terdengar oleh Gista.
Masih dengan mendekap erat tubuh Kafin, Cal mendongak. Senyum menggoda khas miliknya sengaja ia pamerkan kepada Kafin. Aksi nekad anak gadis Fagha itu ternyata tak berhenti sampai disitu. Cal bahkan sempat melabuhkan sebuah ciuman di bibir Kafin dan berhasil membuat Kafin terkejut hingga tubuhnya nyaris terhuyung.
"Lanjutin atau aku yang bakal ngomong sama Gista kalau dia ganggu malam romantis kita, Sayang?" bisiknya pelan tepat di samping telinga Kafin. Bibirnya pun kini beralih menuju tengkuk laki - laki yang berada di dekapannya itu, sengaja memberikan godaan agar Kafin kehilangan konsentrasi ketika berbicara dengan Gista.
Sedikit erangan keluar dari bibir Kafin. Sekuat tenaga, Kafin berusaha mengendalikan diri. Jika sampai ia terbuai, bukan saja perjuangannya untuk menjauh dari hidup Cal yang gagal. Namun juga rahasianya akan terbongkar. Mengingat panggilannya dengan Gista masih tersambung.
Dengan tangan bergetar, Kafin kembali menarik ponselnya ke hadapannya. Memastikan bahwa panggilanya benar - benar masih tersambung dengan Gista. Walupun pergerakannya tak leluasa karena Cal yang masih terus memeluk dan mencium lehernya dengan kecupan basah, Kafin tetap berusaha melanjutkan obrolannya dengan Gista.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
ActionKisah cinta antara laki - laki dan perempuan, merupakan hal biasa yang memang sudah menjadi naluri bagi setiap orang untuk merasakannya. Lalu, apa yang akan terjadi jika kisah cinta itu melibatkan dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah...