Sehun berjalan ke bagian belakang sekolah sambil menyeruput minuman kaleng yang dibelinya lewat mesin penjual otomatis. Begitu air soda melintasi tenggorokannya, ia merasakan gelitikan yang merambat turun dari sana.
Ia mengangkat kaleng soda yang tinggal setengah ke depan wajahnya dengan tangan kanan. Otaknya memutar kembali kejadian kemarin ketika Kim Sejeong menghampirinya di perpustakaan dengan raut wajah seolah ingin menelannya bulat-bulat, tetapi kemudian hanya mengatakan satu patah kata dan pergi meninggalkannya begitu saja.
Di kelas, Sejeong seperti menghindari bertatapan dengannya. Gadis berambut hitam itu melakukannya dengan sengaja. Ia sangat yakin.
"Cewek aneh."
Sehun berjalan lagi. Di tangan kirinya, ia membawa sebuah buku matematika. Ia sedang tidak ingin pergi ke perpustakaan setelah gadis itu menemuinya di sana kemarin. Ia tidak mau kalau-kalau bertemu gadis itu lagi di sana. Tidak biasanya ia terganggu karena seseorang, tapi seorang gadis bisa membuatnya berpindah tempat begitu saja.
Biasanya, ia akan tetap melewati gang sempit yang banyak preman atau kedai minum yang banyak terdapat orang mabuk jika itu memang jalan paling pendek yang bisa dilaluinya agar bisa sampai ke tujuan. Ia bukan orang yang akan repot-repot memilih jalan memutar untuk menghindari sesuatu, tapi ia bingung dengan apa yang dilakukannya saat ini.
Sehun melihat ke sekeliling. Mencari tempat berteduh yang nyaman agar ia bisa belajar dengan tenang.
Di depan sana, ia melihat sebuah pohon yang cukup rindang dan di bawahnya, terdapat sepasang meja bundar dan kursi melingkar yang terbuat dari keramik. Sehun menenggak sekali lagi sodanya, lalu melemparkan kaleng soda itu di tempat sampah.
Laki-laki itu menghampiri meja dan kursi keramik, meletakkan buku matematikanya di atas meja, lalu duduk di salah satu sisi. Ini tempat yang sempurna untuknya.
Srek!
"Ya! Jangan bergerak! Tunggu! Kubilang, jangan!"
Sehun tersentak begitu mendengar suara seseorang. Ia memandang berkeliling untuk mencari sumber suara.
"Ah! Kamu yang di bawah, awas!"
Sedetik kemudian, Sehun merasakan ada benda jatuh ke atas kepanya. Benda yang lembut dan empuk, tetapi dengan ujung-ujung tajam yang bersentuhan dengan kulit kepalanya.
"Miaawwww!"
"Argh!"
Makhluk yang berwarna perpaduan antara kuning dan putih meluncur turun dari kepala Sehun. Kucing itu melompat ke atas buku matematika di hadapan Sehun, lalu melompat lagi ke tanah, dan langsung berlari pergi.
Sehun memandang kepergian kucing itu sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit. Ia berulang kali mengecek tangannya setelah meraba kulit kepala. Takut kalau-kalau kuku-kuku tajam kucing itu merobek kulit kepalanya.
Setelah memastikan tidak ada darah, Sehun mendongak ke atas. Ia terkejut ketika menemukan sesosok perempuan yang sudah tidak asing di matanya, bertengger di dahan pohon yang rindang. Pantas saja ia tak melihatnya tadi. Daun-daun pohon itu menutupinya dengan sempurna dari kejauhan.
Gadis yang dipandang hanya melempar cengiran. Mata Sehun beralih ke celana olahraga panjang yang dipakai gadis itu di balik rok pendeknya.
"Kamu tidak apa-apa?"
Usai menanyakannya, gadis itu melompat turun. Sehun refleks melindungi kepala. Sejeong mendarat tepat di samping Sehun dengan mulus.
Setelah sadar dari keterkejutannya, Sehun menoleh ke Sejeong dan berteriak, "Kamu lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]
FanficSejeong, Sehun, dan Chanyeol dipertemukan dalam sebuah insiden tak terduga di awal tahun ajaran baru. Namun, sebenarnya kehidupan telah mengikat mereka dengan sebuah benang merah tak kasat mata jauh sebelum itu. Vanila bukan hanya tentang rasa berd...