almost everything well

193 40 1
                                    

016 - almost everything well - Bukan cuman Taylor sama Ed Sheeran yang bilang Everything Has Changed, aku juga bisa tapi bilangnya... Everything Is a Choice.


Sudah tiga minggu Langit dan Darin kembali ke aktivitas masing-masing. Back to hard life, sebuah ungkapan yang kekasihnya ungkapkan disebuah pesan tatkala Langit bertanya apa yang sedang dilakukan Darin di waktu pukul sebelas siang.

Darin mengirimkan voice note padanya. Gadis itu bercerita, dia melakukan tugas memeriksa penyimpanan barang dalam gudang, dan membersihkan toko bersama adik iparnya Chaterine, kemudian mengerjakan tugas anaknya Chaterine lagi. Dan mba Kiki pemiliki laundry datang ke tempat kerjanya untuk membeli keset dan serbet, sekalian memberikan upah Darin yang sudah sebulan lalu belum dibagikan.

Berkat status mereka jalin, Langit kini bisa bertanya dan mengetahui kehidupan sesungguh Darin, ia bahkan mengetahui soal-soal matematika dan merangkuman materi dari sebuah buku yang sering Darin kerjakan rupanya demi anak bos, yang akan langsung dibayar oleh Chaterine.

"Kamu lagi di mana?" Suara Darin dari sebrang sana terdengar, saat Langit sedang berdiri tidak jauh dari warung tenda yang ramai pembeli menunggu sajian dari setumpuk nasi goreng hampir mirip seperti gunung.

"Lagi di tempat nasi goreng, aku lagi beli nasi goreng kambing." Langit lalu mengubah panggilan mereka dalam mode video call, walau Darin tidak menyalakan kameranya. Ia sedikit menunjukan bapak-bapak sedang memegang wajan besar mengaduk-aduk nasi goreng yang ditunggu-tunggu para pelanggan.

"Wow banyak banget itu Kala, dimasak sekaligus?"

Langit lalu menjauh dari depan wajan usai kembali pada mode panggilan. "Iya, memang begitu dimasaknya dalam porsi besar. Kamu sudah makan malam?"

"Belum, ini masih jam setengah tujuh. Tapi nanti aku mau masak udang sama sayur."

"Mau masak sayur apa?"

"Mungkin mau aku tumis sama udangnya, aku hanya ada brokoli, sawi, lalu mau aku pakai tofu yang tadi dikasih sama Chaterine. Sama aku mau goreng ikan teri. Aku belum belanja lagi ke pasar soalnya."

Langit tersenyum tipis mendengar Darin semangat memberi tahu apa yang akan dilakukannya nanti. "Kalian suka makan ikan teri?"

"Kalian siapa? Aku kalau masak jarang milih-milih."

Langit terdiam merasa salah memilih perbincangan, seperti ada sedikit kejanggalan. "Kamu masak biasanya-bukan buat kamu sendiri?"

"Untuk aku sendiri, memang maksudmu siapa?"

Sebentar, memang ada yang ganjil dari respon Darin.

Langit tak ingin membahas lanjut, ia segera mengalihkan perbincangan. "Tapi aku ingat kamu ngga suka kambing. Makanya waktu aku mau ajakin kamu ke mari, aku putar haluan ke Putri Duyung."

Suara tawa terdengar mulut Darin. "Nama resort-nya lucu, kalau ingat aku selalu ketawa. Tapi tempatnya indah, ndak akan pernah aku lupa bangun tidur disambut pemandangan laut, mana sebelum tidur diajak main UNO."

"Pilihan aku memang ngga pernah salah kan, babe?"

"Yup, harus aku akui."

"Dan aku harus akui juga, kalau bukan karena pernah diajak makan sama bule di angkringan, mungkin aku ngga pernah bisa punya pacar bule setengah pribumi."

"Apa sih kamu!"

"Lucu tau, karena kamu aku bisa punya teman selama di kampung."

Lalu, mereka berlanjut membahas pertemuan pertama mereka.

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang