"Lepas, kau pembunuh!" teriak Alea berusaha melepaskan tangannya yang sedang ditahan oleh Alex.
"Diam kau bodoh! Besok kita akan menikah!" Alex mencengkeram kuat dagu Alea.
"Aku tidak mau menikah dengan pembunuh sepertimu! Kau camkan itu!" Mata Alea menatap Alex nyalang.
Alex tersenyum remeh, serengaian kecil mulai keluar dari mulut pria itu. Dia kemudian menggendong paksa Alea menuju kamarnya. Pukulan-pukulan yang Alea berikan di punggungnya, tidak ada rasanya bagi Alex.
"Lepaskan!" teriak Alea terus menerus, tapi hanya diabaikan oleh Alex.
****
Bruk!
Tubuh Alea terhempas di atas ranjang Alex. Matanya memanas saat Alex mulai menciumi wajahnya. Ale menggelengkan kepalanya saat Alex hendak menc*um bibirnya.
Plak!
"Pembantah!" Alex menampar Alea.
"Ya, aku memang seperti itu karena kau! Kau pembunuh!" bentak Alea menunjuk wajah merah padam Alex.
Plak!
Alex kembali menampar Alea lagi, dia sudah tidak peduli lagi dengan air mata gadis itu yang mulai keluar entah sejak kapan. "Aku bukan pembunuh. Kau hanyalah sa ---"
"Apa, hah? Kau pikir aku bodoh? Bukti sudah jelas bahwa kau pembunuhnya!" Alea menatap Alex dengan tatapan sendu.
"Bunuhlah aku ... mama dan papaku sudah menungguku. Ayo, bunuh aku," lirih Alea menjambak rambutnya. Sungguh, dia lelah dengan situasi ini.
"Akhh ... diam Alea! Pokoknya besok kita akan menikah!" Alex meninggalkan Alea sendirian di kamar.
Alea menangis pilu, bibirnya bergetar hebat. Dia kemudian mengambil kalung berbentuk bintang dari sakunya. Dia memeluk kalung bintang itu sambil menangis.
"Dit, kamu di mana? Aku butuh kamu, Dit. Aku capek dengan semuanya ini," isak Alea.
Alea kemudian berjalan ke arah jendela. Dia mengangkat kalung itu agar terlihat sama dengan bintang di langit. Senyum miris terbit di bibir milik Alea.
"Lihat, bukankah ini indah? Dulu kamu bilang aku itu sama seperti bintang? Tapi, itu udah gak ada artinya kalau kamu enggak ada di sini, Dit. Kamu itu bulan aku Adit," lirih Alea, dia kemudian menutup matanya untuk menahan air matanya.
Bruk!
Tiba-tiba sebuah bata bata dengan kertas yang terdapat di batu itu menghantam jendela. Alea membuka matanya karena terkejut, dia kemudian mengambil batu itu dan membaca suratnya.
[Hai Adikku, Alex. Apa kau siap dengan permainannya? Ah, siap tidak siap kau harus siap! Matilah kau besok Alex!
Dari Kakakmu, Aditki Pratama Prasetya.]Deg!
Jantung lea kembali berdebar kencang. Orang ini kenapa kembali lagi? Oh tidak ... apa yang akan Alea lakukan? Pergi meninggalkan Alex atau tetap di sini menemani Alex?
"Adit?" monolog Alea pelan.
#Bersambung
Jangan Lupa Tinggalkan Jejak :)
Kalau Ada Tyopo, Ingatkan Ajah.
Spam Next Biar Cerita Ini Cepat Upnya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Milik Mafia
Novela Juvenil"Alexander Aditya Prasetya. Kau adalah orang yang pertama menghancurkan hidupku, tapi kau juga orang pertama yang membuatku mengerti akan apa artinya sebuah kasih sayang. Tuhan mempersatukan kita dalam suatu kejadian yang hingga akhirnya menjadi sat...