Bagian satu: Ide

380 47 0
                                    

September, 2015

Gun menghembuskan napasnya kasar, kala melihat lembar kerja microsoft office-nya tampak kosong. Sudah hampir 8 jam lamanya ia berkutat untuk menemukan ide, tetapi tak ada satupun yang berhasil ia tuangkan dalam lembar kerjanya.

"Jangan dipaksakan sayang" Gun merasakan sebuah tangan mengelus pelan pucuk kepalanya.

"Sudah pulang? Kenapa tidak kabarkan padaku? Aku belum memasak apapun" Gun membalikkan wajahnya menghadap pria dibelakangnya, mencuri sebuah ciuman, kemudian menatap manik kekasihnya.

"Sudah aku belikan makan malam. Aku tahu, kau pasti sedang pusing" Gun tersenyum mendengar ucapan sang kekasih, Off memang tidak pernah mengecewakan.

"Bersihkan dirimu, lalu kita makan" Gun mengelus pipi sang kekasih, setelah itu bergegas menyiapkan makan malam.

---

"Krist menyusahkanmu?" Off berujar sembari memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya.

"Tidak, sama sekali tidak. Dia selalu membantuku, bahkan ketika aku sedang tidak bisa berpikir jernih, dia tetap akan mendengarkan ocehanku"

"Lalu siapa? Kay?" alis Off terangkat sebelah, menunggu dengan sabar apa yang akan diceritakan oleh Gun.

Gun mengangguk lemah, membenarkan tebakan Off. Sejak bergabung dengan salah satu perusahaan penerbit naskah terkenal, Gun memang secara tidak langsung dituntut untuk setidaknya menghasilkan beberapa novel setiap tahunnya. Dan Kay, sebagai seorang penanggung jawab, tidak akan segan untuk mendesak para penulis termasuk Gun.

"Ceritakan saja tentang kita" Off berujar lagi, setelah selesai menenggak habis segelas air.

"Sudah pernah Off, sudah diterbitkan juga. Kau tidak membacanya?" Gun memicing curiga menatap sang kekasih.

"Aku membacanya sayang, mungkin aku lupa judulnya" Off beralibi.

"Kalau tidak, ceritakan tentang aku saja. Atau tentang tetangga kita yang sangat mencintai warna hijau? Atau tentang anak gadis yang setiap pagi mengantarkanmu roti? Anjing berbulu lebat yang selalu mencuri sandalmu..." Off terus berujar, mengeluarkan segala ide yang ada dikepalanya, berharap bahwa ia dapat membantu meringankan beban kekasihnya.

"Orang bilang, cerita terbaik adalah cerita yang kau alami sendiri Gun" Off mengangkat piring kosong yang ada didepan kekasihnya, membawanya ke wastafel cuci piring, dan kemudian mencucinya hingga bersih.

"Semuanya sudah kuceritakan Off, termasuk insiden dirimu salah mengenali klien" suara Gun melemah, takut-takut bahwa kekasihnya akan marah.

"Sungguh? Apakah banyak yang suka?" Gun terkejut mendengar pertanyaan sang kekasih. Bahkan ketakutannya tidak menjadi nyata, kekasihnya bahkan tidak meninggikan suaranya sama sekali.

"Hah? Oh, banyak yang suka. Mereka bilang itu lucu"

"Kalau begitu, ceritakan tentang kebodohanku yang lainnya. Tidak ada salahnya membuat orang lain bahagia" kekasihnya mendekat, menatap Gun sembari tersenyum.

"Kau tak apa?" Gun menatap sang kekasih tak percaya, dan sedetik kemudian sebuah gelengan yang singkat tetapi pasti ia dapatkan sebagai jawaban.

"Gendong" Gun tersenyum senang, sembari melebarkan tangannya.

"Aku akan tetap menjadi orang bodoh, agar kau tak pusing" Off terkekeh kemudian menggendong kekasihnya menuju kamar tidur mereka.

---

"Off apa menurutmu, peri benar-benar ada?" Gun menyenderkan kepalanya pada dada bidang sang kekasih.

"Bisa jadi ada, orang-orang menamai sesuatu karena pernah melihatnya bukan?" Off mengelus pelan lengan sang kekasih, ia paham betul kekasihnya sedang kepikiran. Sudah hampir berganti tahun, tetapi belum ada karya baru yang ia hasilkan.

Gun mendongak menatap kekasihnya, tetapi kemudian ia menggeleng mengenyahkan segala hal yang ada dipikirannya.

"Off..." Gun menggantungkan kalimatnya.

"Hm?"

"...jika aku mencoba menulis cerita misteri. Menurutmu bagaimana?" Gun berujar pelan, takut-takut bahwa kekasihnya tidak menyetujui idenya.

"Tulis apa saja yang ada dipikiranmu sayang, aku tetap mendukungmu. Sekarang mari kita tidur, agar besok aku bisa menghasilkan banyak uang" Off mengecup pucuk kepala kekasihnya.

"Apa hubungannya Off?" Gun terkekeh, ia tahu kekasihnya sudah mengantuk.

"Sepertinya tidak ada" Off juga terkekeh menyadari kebodohan dirinya.

"Ayo kita tidur. Selamat tidur sayang" Off mengeratkan pelukannya, seakan tidak ada hari esok untuk mereka.

"Selamat tidur Off"

─Death of the Main CastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang