𖣌02

10.1K 1.4K 311
                                    

𖡼໋᳝֘   The Anchor 𖡼໋᳝֘ 


.
..
.

Okkotsu Yuta sadar diri dia tak penting bagi (y/n). Buktinya, ketika kunci pintu kamar terbuka gadis itu langsung hengkang meninggalkannya yang masih sibuk membenahi diri.

Yuta sedikit tergugu mencoba bersabar tentang betapa dinginnya (y/n). Sangat berbanding terbalik dengan Rika yang penuh kehangatan. Yuta tahu, tak seharusnya dia menyamakan istrinya dengan mantan tunangannya. Itu salah besar.

"Mau kemana?"

Yuta mengejar gadis itu sampai ke lift. Menggenggam pergelangan tangan (y/n) dan membuat (y/n) berhenti berjalan.

Hentakan kasar (y/n) berikan, Yuta mau tidak mau harus melepaskan cekalannya.

"Tanda tangan dokumen." jawab (y/n) datar. Tangannya kembali memencet tombol lift.

"Jangan lupa nanti pulang kerumah." ucap Yuta menyerah untuk saat ini.

"Hm."

Yuta kembali kedalam kamar hotel dan mengambil barang-barang yang tertinggal. Termasuk gaun pernikahan (y/n) yang dia buang begitu saja didalam tempat sampah.

"Haah... Rika-chan, adikmu benar-benar bermasalah denganku."

.
.
.

Bertindak kasar hanyalah sebuah topeng bagi (y/n). Topeng untuk menyembunyikan kelemahannya dari setiap wajah yang menatapnya. (Y/n) tidak menginginkan adanya sebuah hubungan diantara dia dan mantan tunangan kakaknya. (Y/n) menatap arloji hitam yang membalut pergelangan kiri.

Pukul sembilan pagi, dan dia sudah terlambat kekantor.

Gadis itu sedikit menghela nafas, bekerja sebagai budak korporat diperusahaan besar, menuntutnya tampil maksimal. (Y/n) dituntut menampilkan sebuah tampilan penarik minat pelanggan dan perusahaan lain untuk mau bekerja sama.

Pakaian rapi, rok pensil, sepatu heel setinggi sepuluh senti yang jelas menyiksa tulang punggung dan tumitnya. Gadis itu mengguyar rambut pendek sebahu bergelombang miliknya. Sangat berbanding terbalik dengan Rika yang memiliki rambut hitam lurus nan panjang bak sutra.

Satu hal lain yang bisa membedakan dia dengan Rika adalah letak tahi lalat yang ada dibawah sudut mata kirinya. Menjadi nilai plus tersendiri untuknya.

Tahu keterlambatannya tidak akan ditoleransi, (y/n) berbalik menjauh menuju arah sebaliknya. Kesatu-satunya tempat yang bisa dipakai untuk merenung sendirian tanpa khawatir ada yang melihat.

Bangku besi didekat dermaga dengan pepohonan yang daunnya menguning layu. Gadis itu sama layunya dengan dedaunan diakhir musim semi.

Helaan nafas keluar dari bibir merah mudanya. Menanti seseorang yang selalu akan muncul ketika dia bersedih.

"Kau datang dengan wajah kusut lagi."

Suara maskulin yang lembut menggaung ditelinga (y/n). Mengembangkan seulas senyuman pada pemuda bermata biru yang terlihat tak lagi tersenyum padanya.

"Kau datang, Megumi. Aku sudah menunggumu."

.
.
.

Sekaleng kopi hitam yang beli dari vending mechine tak jauh dari keduanya duduk dibangku besi.

Baik Megumi maupun (y/n), tak ada yang mau berbicara satu sama lain. Kandasnya hubungan percintaan yang sudah keduanya rajut semenjak tiga setengah tahun lalu membuat atmosfir dingin diantara keduanya.

"Orimoto... Ah bukan Okkotsu-san, seharusnya kan? Kenapa kau ada disini, padahal ini adalah waktumu berbulan madu bukan?"

(Y/n) tergelak menyedihkan, "jangan mengejekku Megumi. Tolong panggil namaku saja, aku tidak nyaman dipanggil dengan nama itu."

Fushiguro menggeleng, tangannya kembali mengarahkan bibir kaleng kopi dan menyesap rasa pahit yang kentara.

"Pahit seperti hubungan kami," batin Fushiguro.

Fushiguro tersenyum masam, tangannya meremukkan kaleng dan melemparnya tepat memasuki tong sampah. "Berdamailah dengan masa lalu. Terkadang berdamai bisa melepaskan belenggu pada kakimu."

(Y/n) menatap Fushiguro datar, "murah bagimu untuk mengatakannya, Megumi."

Fushiguro berjalan mendekati gadis itu, mengelus surai malamnya dengan lembut. "Kau harus mencobanya. Kau sekarang ditakdirkan untuk bersama Okkotsu Yuta, sekarang dan selamanya. Bukan lagi denganku, (y/n)."

.
.
.

Tiga setengah tahun, lebih dari seribu hari dan lebih dari tujuh musim dilewati. Tak mudah menghilangkan kenangan mendalam seperti itu. (Y/n) mencengkram baju bagian dadanya. Memukul pelan rasa sesak yang merasuk dijantung mencoba menghapus eksistensi sang labuhan hati yang mendadak sekelam palung Mariana.

Kepergian Fushiguro meninggalkan luka tersendiri bagi (y/n). Berteriak sekeras apapun Fushiguro tak akan bisa kembali lagi bersamanya. (Y/n) memasrahkan tubuhnya dipeluk dan terbenam perlahan bersama kegelapan.

Takdir seolah membenci dan menjadikannya badut kehidupan Rika. Kenapa takdir lebih memilih Rika bahagia dari pada dia? Kenapa dia harus menyambung pernikahan Rika, kenapa dia tidak bisa mendapatkan pernikahan impiannya.

Kenapa?

Suaranya parau berteriak kearah lautan. Meninggalkan luka menganga dihati dan tak lagi tersentuh oleh rayuan perasaan.

(Y/n) telah seutuhnya membekukan sang hati.

.
.
.

T
B
C

Bikin cerita nyesek malah bikin makin stresss mana bikinnya sambil denger lagi demi lovato yg heart attack lagi, double kill rasanya 😔👌🏻

Alih dululah ke wife yg lain biar nggak nyesek 😔👌🏻

.
.
.

See you next chapter ya 😔👌🏻

5 Desember 2020

✔ ❝Wife❞ (Okkotsu Yuta X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang