0.0

16 0 0
                                    


Malam ini seperti biasa aku selalu duduk dibalkon kamarku ditemani dengan secangkir coklat hangat. Menikmati langit malam ditemani dengan secangkir coklat hangat memang menyenangkan, namun sayang malam ini sepertinya bintang-bintang tidak menampakan dirinya menghiasi langit. Udara malam ini juga tidak seperti biasanya dingin sekali.

Aku memejamkan mata menikmati angin yang berhembus. Seperti malam malam sebelumnya, rasanya seperti sepi, sendiri, hingga tidak terasa aku menangis dengan mata terpejam. Rasanya sesak sekali dada ini, hingga aku menyadari saat ini aku membutuhkan sosoknya. Aku membutuhkan dirinya, tapi sayangnya dia tidak ada disini.

"Hiks"

Tidak bisa aku tahan lagi tangis ku pecah, hatiku terasa sakit. malam yang tadinya damai seketika menjadi pilu, dan aku merindukannya, sangat merindukan dirinya.

Tanpa aku sadari Papa berada dibelakang ku melihat aku menangis dan langsung membalikan tubuh ku. Aku tersentak kaget mendongakan wajah melihat wajah Papa dan langsung memeluk dirinya erat menangs terisak dipelukannya.

"Sstt, tenanglah sayang jangan menangis lebih baik kita masuk kedalam ya. Disini udaranya sangat dingin tidak baik untuk kesehatan mu, Papa tidak mau kamu sakit"

Papa membawaku masuk kedalam kamar dengan diriku yang masih terisak dipelukannya. Kemudian mendudukan diriku dan dirinya ditepi ranjang. Papa mengelus surai dan mencium puncak kepalaku, yang membuatku semakin mengeratkan pelukannya. Ketika aku sudah mulai tenang aku melepaskan pelukan darinya.

"Sudah lebih baik?" tanya Papa. Aku balas dengan mengangguk sembari menatap wajah Papa.

"Jadi, kenapa Putri Papa ini menangis hm?" aku terdiam menatap wajah Papa. Aku tidak mau berkata yang sebenarnya dan membuat Papa khawatir. Aku pun tersenyum dan kembali memeluk Papa.

"Gapapa Pah, aku baik baik saja Papa tidak perlu khawatir" Papa menatap wajah ku lekat kemudian tersenyum tipis seolah mempercayai ucapan ku .

"Baiklah, sekarang kamu tidur ini sudah malam besok kamu harus sekolah bukan" kata Papa tersenyum sambil membaringkan tubuh ku .

"Good Night Papa" aku cium pipinya dan balas tersenyum.

"Good night to dear" Papa mencium kening ku dan berlalu dari kamar ku. Sebelum menutup pintu Papa melihat kearah ku dengan tatapan sedu dan dalam sekejap papa merubah tatapan sedu itu.

°°°

Aku menuruni anak tangga ku lihat Papa sudah duduk dimeja makan sambil memegang i-pad, sepertinya papa sedang mengecek data data perusahaan. Aku berhenti dianak tangga terakhir melihat suasana pagi seperti biasa hanya aku dan Papa yang duduk dimeja makan sebesar itu sepi sekali. Oh ayolah ini masih pagi tidak seharusnya aku bersedih jika Papa tahu dia pasti akan khawatir.

"Morning Papa" ucapku sembari mengecup pipi nya yang sudah menjadi rutinitas setiap pagi.

"Morning dear, bagaimana tidur mu apa nyenyak?" tanya Papa dan mencium keningku.

"Sangat nyenyak, Pa hari ini aku ingin pergi ke sekolah bawa mobil sendiri ya, pliss boleh ya" biasanya Papa yang selalu mengantarku ke sekolah setiap hari namun kali ini aku sedang ingin sendiri, lagian untuk apa punya mobil sendiri tapi tidak pernah dipakai kan sayang.

"Hm baiklah Papa izinkan, tapi hati hati jangan kebut kebutan" Papa memang pengertian dia tahu kalau aku butuh waktu sendiri untuk menenangkan diriku karena semalam.

"Yeay makasih Papa, oh iya pulangnya aku mau main sama Haura dan Laras Pah jadi aku pulang agak telat"

"Oke, tapi ingat jangan pulang terlalu larut" peringatan Papa dengan nada bicara tegas jika Papa sudah berkata tegas seperti itu sungguh sangat menakutkan sekali. Aku hanya menganggukan kepala sebagai jawaban dan kembali melanjutkan sarapan pagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pseudo-TreffenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang