"Ooo, nnngh, Meaaan, enaak sekaliii!" suara desahan Plan terdengar dari balik kamar dan tentunya semua sudah bisa membayangkan apa yang tengah mereka lakukan saat ini.
"Baby, Plaaaan, aaaa, nnngh, berhenti mengejekku. Jangan kepit nagaku! Aah, enaaak sekaliii!" racau Mean.
"Jadi, yang mana Babe?" desah Plan sambil mengangkat satu alisnya dan lubangnya masih bermain-main dengan naga Mean dengan cara mencengkramnya.
"Baby, so goooood!" teriak Mean saat Plan menunggang Mean. Mereka berciuman dan Mean membalikkan posisinya dan mendorong naganya lebih dalam, membuat Plan mendesah lebih panjang.
Mereka masih bergumul di balik selimut, menikmati kegiatan bercintanya pada pagi buta. Hari Minggu yang indah setelah sekian lama akhirnya Plan bisa menghiasi lagi kondo Mean dengan suara lenguhannya yang khas dan semua hal yang ia bawa dalam dirinya.
Mereka menyelesaikan permainan empat babak mereka dan kemudian saling memeluk sambil berbicara dan memejamkan mata.
"Jam berapa orang tuamu akan datang hari ini?" tanya Plan memastikan. Mean line Plan sehari sebelumnya dan bilang bahwa orang tuanya akan datang ke kondo dan ingin bertemu dengan Plan. Plan mengiyakan, dan ia berpikir akan lebih baik jika ia menginap dan mempersiapkan makanan dan merapikan kondo Mean sebelum mereka datang. Kenyataannya sudah pukul sebelas, Mean tak mengizinkan dirinya turun ranjang.
"Tenang saja. Orang tuaku datang sore. Lagipula aku akan menjemput mereka di stasiun. Jadi, kau masih punya banyak waktu," ujar Mean saat Plan komplen karena Mean tak membiarkan Plan berbenah dari kegiatan mereka.
"Kau bohong padaku. Katanya kemarin, ... mmmmph," suara Plan dibungkam bibir Mean dan mereka berciuman cukup lama.
"Babe, aku kangen. Kita sama-sama sibuk. Tak bolehkah kits menikmati kebersamaan kita, uhm? Terima lamaranku, na! Kita go public! Aku sudah tak sabar untuk menikahi dirimu," ujar Mean lagi. Tanganya membekap mulut Plan lembut. Jadi, Plan masih bisa bernapas. Mean menatap Plan dengan tenang dan lembut juga.
"Kau kumaafkan. Kata-katamu manis sekali hari ini!" ujar Plan sambil memicingkan matanya. Mereka berciuman lagi dan bermain lagi.
"Meaaaan, aaah, so good!" desah Plan sambil mengelus lengan Mean dan menggelinjang. Mean menggoyang Plan dengan penuh gairah dan keduannya menikmati setiap babak dalam percintaan mereka.
Keduanya memejamkan mata dan terbangun pada pukul dua siang. Dengan cepat mereka membersihkan diri dan merapikan condo dan pergi berbelanja membeli makanan. Setelah itu, Mean mengantarkan Plan ke rumah dan menjemput orang tuanya di stasiun.
Mereka berbicara panjang lebar dengan Plan dan pembicaraan semakin serius saat orang tua Mean berpikir bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk Mean dan Plan menikah. Mereka ingin segera menimang cucu dan orang tua Mean juga ingin bertemu dengan orang tua Plan jika Plan siap dan Mean mengizinkan.
Keduanya saling menatap. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya sudah direncanakan dan orang tua mereka sepakat akan bertemu pada hari yang sudah ditentukan. Pada malamnya, Mean dan Plan mengantar orang tua Mean ke stasiun dan setelahnya mereka kembali ke kondo untuk membersihkan dan kemudian beristirahat.
"Jangan pulang, na! Temani aku lagi. Aku masih kangen," ujar Mean dengan manja. Plan hanya tersenyum. Ia kemudian menganggukkan kepalanya dan mencium kening Plan.
"Mandi sana! Bau!" ujar Plan. Mean menurut. Dengan cepat ia memasuki kamar mandi dan tak lama kembali dengan handuk menutupi bagian pinggang sampai pahanya. Plan tersenyum. Ia sendiri sudah mandi menggunakan kamar mandi yang lain. Ia memakai piyama saja dan jelas tidak menggunakan penutup lainnya pada bagian dalamnya.
Mereka saling mendekati dan Plan berjinjit mencium Mean di pipi. Mereka berciuman dan kemudian berada di ranjang bergumul dalam kenikmatan.
"Kita terlalu sering melakukannya. Aku bisa hamil," lirih Plan sambil merintih karena Mean mulai mendorong naganya masuk.
"Itu bagus. Aku ingin punya banyak anak darimu," ujar Mean sambil melenguh juga sebab ia merasa nikmat saat naganya masuk ke dalam rumah.
"Ucapanmu sama sekali tak membantu," ringis Plan saat Mean mulai menggoyang.
Mean tergelak.
"O, Babe, rak na! Love you so much," racau Mean sambil terus menggoyang dengan kencang.
"Uuunngh, aku juga," desah Plan dan mereka berciuman lama dan mesra dan menikmati percintaan mereka sampai pagi buta.
Sungguh sebuah hari yang sebenarnya terlalu baik bagi keduanya. Sangat sempurna!
Tamat