1. Pertemuan

2 2 5
                                    

Nama ku Diva, Divanya Adita Pramasya, aku kelas 3 SMA, aku hidup di jakarta hanya seorang diri, orang tua dan kakak ku tinggal di amerika. Sekarang aku sedang berada di sebuah restoran bersama sahabat ku, Kaila.

"Bosen, gak tau harus buat apa," kata Kaila menghembuskan nafas gusar.

"Napa lu?" Tanya ku heran.

"Jadi gini Div, orang tua gue itu mau pindah tugas ke luar negri, tapi gue gak boleh ikut."

"Ya bagus dong."

"Apa nya yang bagus?"

"Ya jadi nya lo tetep disini, dan gue gak kesepian."

"Yalah, elu. Masalah nya itu kakak gue juga ikut, masa gue cuman tinggal sama nenek gue aja, kan gak seru."

"Eh Kai, kan nanti kita bisa bebas mau ke mana pun. Iya kan? Nanti lo bisa juga bawa pacar lo jalan² ke rumah lo, kan selama orang tua lo ada di suram lo gak pernah  tu sekali pun bawa pacar lo ke rumah. Nah bukain deh kesempatan itu buat kenalin pacar lo ke nenek lo, nenek lo kan sayang banget sama lo."

"Iya juga ya, lo bener banget tu. Makasih ya udah kasi gue IDE cemerlang ini."

"Santai aja, oya pulang yok. Gue dah ngantuk ni, besok banyak pekerjaan rumah. Hari minggu gue gak dapet banyak istirahat."

"Yaudah kuy."

Mereka berdua pulang tapi kebetulan Kaila di jemput oleh pacar nya jadi nya dengan terpaksa Diva pulang sendiri.

Sudah setengah jam Diva berdiri di trotoar jalan tapi tak ada satu pun taxsi yang lewat, akhir nya dia memutuskan untung berjalan kaki saja sambil menunggu keajaiban datang.

Entah perasaan nya saja atau bagaimana, dia  merasa ada sesuatu yang lewat begitu cepat, seperti kilat. Bahkan dia sampai taehyung ke samping karna di tetap angin.

"Waduh, angin apaan tu, gue sampe hampir jatuh. Kok gue jadi merinding sendiri sih, ihh." Ucap nya sambil memegang leher nya.

Dia pun mempercepat langkah kaki nya. Akhirnya keajaiban datang, ada satu taxi yang lewat.

"Mau ke mana neng?"

"Ke jalan Dewi Sartika no 14 ya pak."

"Baik neng."

Belum ada 5 menit taxi itu berjalan sudah mogok.

"Ada apa pak?"

"Waduh neng, kayak nya taxi nya mogok deh, saya cari montir dulu ya neng."

"Loh pak, terus saya gimana?"

"Neng nya tunggu aja dulu di dalem, jangan keluar, tapi kalau neng nya gak mau juga boleh kok cari taxi lain."

"Yaudah deh pak saya n u nggu di dalem aja."

Supir taxi itu pun berlalu mencari montir terdekat.

Diva merasa canggung, seperti akan ada sesuatu terjadi pada nya.

Tok tok tok

Kaca mobil itu di ketik n oleh seseorang, Diva yang merasa takut pun hanya terkejut.

"Si si si siapa ka kamu?" Ucap Diva terbata bata.

Entah bagai mana cara pria itu membuka pintu mobil itu, padahal Diva sudah mengunci nya.

"Siapa kamu. Jangan kurang ajar ya!" Ucap Diva dengan nada yang kesal.

"Diam lah, jangan pernah membentak ku seperti itu, atau nanti kamu akan ku makan."

"Berani sekali kau."

"Cepat katakan di mana rumah mu! CEPAT!"

"Di jalan De-Dewi Sartika no 14."

"Baiklah, pejamkan mata mu sekarang dan jangan membuka mata sebelum aku menyuruh mu"

Laki laki itu dengan tidak rasa hormat nya menggendong Diva. Hanya waktu 10 detik saja mereka sudah sampai di depan pintu rumah Diva, bahkan pagar belum di buka, tapi bagaimana bisa mereka masuk ke halaman rumah itu.

"Buka lah mata mu sekarang,"

Diva hanya melongok saja kaget, dan tanpa basa basi, Diva langsung membuka pintu dan langsung mengunci nya.

"Hufhh, untung nya orang itu gak protes, tapi dia spesies apa sih, heran deh gue."

Diva terkaget bukan main, pasal nya laki laki itu sudah ada di belakang nya.

"Aaaaa, siapa kau sebenar nya!" Ucap Diva takut.

"Aku....... akhh."

"Ehh, ada apa?"

"Dada ku sangat sakit."

"A aku harus berbuat apa?"

"Darah, a aku butuh darah."

"Da Darah?"

"Aku tidak punya Darah hewa, jadi bagaimana."

"Aku mengingini kan darah manusia, berikan sedikit darah mu."

"Hah, kau siapa, apakah kau Va Vampir?"

"Nanti saja ku jelaskan, ku mohon berikan sedikit darah mu."

"Tidak aku tidak mau."

"Pliss akhh."

"Kalau aku nanti mati gimana?"

"Tidak akan, aku tidak akan meminum habis darah mu. Ku mohon bantu aku, ini sangat sakit."

"Ba baiklah, aku akan memberikan darah ku ke pada mu. Dan ingat, jika nanti aku mati jangan kau ubah aku seperti mu."

"Baiklah."

Dengan keberanian yang kecil, Diva menyingkapkan rambut yang menutupi leher nya.

Perlahan pria itu mengeluarkan taring nya yang panjang dan langsung menancapkan taring nya itu dengan perlahan.

"Akhhh sakit," ucap Diva menangis sambil meremat kuat punggung laki laki itu.

Diva pun mulai melemah karna darah yang terus saja di hisap.

Akhirnya pria itu melepaskan taringnya. Dia melihat Diva yang lemas pun langsung menggendong Diva menuju kamar nya dan dia membuatkan ramuan untuk penawar sakit itu.

"Ini minum lah, dan aku akan menempelkan obat ini di lehermu."

"Ini apa?" Tanya Diva sambil melihat gelas yang berisi cairan berwarna biru

"Minumlah dulu nanti akan ku beritahu."

Diva pun meneguk habis, tiba-tiba saja dia langsung kehilangan kesadaran nya, bukankah pria itu memberikan nya obat, tapi kenapa Diva malah pingsan.

Oke guys, jangan lupa vote ya dan follow juga😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MIDNIGHT SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang