5 - Perihal Rasa

77 12 68
                                    

Saya berjanji jika lapak ini keren saya akan memberikan vote

Happy reading

Love u 20 rebu
•••

Saya memukul dada saya untuk membela manusia yang pada akhirnya menghancurkan saya
-Alea Claudy Revalina-

Suasana SMA Barawijaya pagi ini cukup ramai. Makin ramai sejak kedatangan Geng Sakdas yang tengah bergerombol memenuhi lapangan memenuhi lapangan sekolah. Jaket jeans dengan lambang besar Sakdas mendominasi tempat itu, dari sekian banyak orang di sana Levan sang ketua yang tidak hadir.

Tidak biasanya Levan belum datang saat jam sudah menunjukkan pukul 7.00 AM. Levan mungkin bisa di katakan seseorang yang sulit di atur dalam sikap, tapi dalam waktu ia selalu tepat. Dan di depan ruang guru saat ini tengah berdiri cowok putih dengan wajah datar sedang memberikan buku kepada bu Lili.

"Ya ampun tuh cowok bikin tai kucing pun ikut meleleh," ucap Seril yang baru saja datang.

Vya mendorong kepala Seril pelan. "Ck! Apaan sih lo masih pagi juga udah jorok!" Lalu kembali berjalan menghampiri guru olahraganya. Masalah Geng Sakdas? Mereka sudah di paksa pergi oleh bu Lili dan di lapangan hanya tersisa siswa yang berkepentingan saja.

Seril dan Vya langsung mendengarkan instruksi pak Junet. Guru gak waras yang ngasi materi olahraga nganeh. Meskipun biasanya Seril malas mengikuti pelajaran olahraga, berbeda dengan hari ini. Ia sangat bersemangat ketika melihat Naufal.

"Kita bagi tim jadi dua. Seril masuk tim Pahmi dan kamu masuk tim Henri," ucap pak Junet sambil menunjuk Vya. Seril memutar bola matanya jengah, lagi dan lagi ia harus masuk tim Pahmi. Demi dewa Neptunus, Pahmi adalah manusia paling menjengkelkan di seluruh planet!

Permainan di mulai. Pak Junet membiarkan para siswanya bermain sesuka hati tanpa berniat melatih. Ia hanya duduk santai di atas kursi di temani dengan es serut serta ponsel barunya. Guru mana yang tingkahnya seperti itu selain pak Junet.

"Pahmi! Bolanya serahin ke gue! Lo gak usah ngadi-ngadi deh!" gerutu Seril sambil menghentakkan kakinya.

"Tangkap dong Ril kalo bisa. Jangan streaming aja yang lo bisa," cibir Pahmi menjauhkan bola itu dari Seril.

Seril melangkahkan kakinya kesal berusaha menggapai bola basket yang di pegang Pahmi. Seberapa keras usaha Seril menggapainya, Pahmi tetaplah Pahmi sih manusia menjengkelkan. Karena kesal melihat Pahmi, Seril melepaskan sepatu lalu melemparnya dengan keras ke arah Pahmi.

Sadar jika Seril ingin melemparnya, Pahmi segera mengelakkan kepalanya. Hal yang membuat Pahmi segera melempar bola basket setinggi mungkin agar Seril tidak bisa menggapainya. Namun, hal baik sedang berpihak pada Seril hari ini.

Dengan segera ia melempar bola itu kearah ring basket, akan tetapi bukannya masuk ke ring basket bola itu malah terlempar mengenai kepala cowok yang sedang berdiri tegak di depan ruang guru.

"Aish," ringis Naufal sambil memegang jidatnya. Tak tinggal diam segera Seril berlari untuk mengambil bola itu dan yang pasti meminta maaf kepada sang pemilik kepala.

"Eum l-lo gak papa?" tanya Seril gugup, lain halnya dengan Naufal yang masih menampilkan wajah datar. Naufal berjalan tanpa mendengarkan ucapan Seril sedikitpun, Seril yang sedang dalam keadaan gugup pun refleks menarik tangan Naufal.

Memori Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang