Letter 2

433 47 1
                                    

Gadis berambut coklat itu sedang membaca sepucuk surat yang dikirimkan oleh kedua sahabatnya.

Selamat malam..
Teruntuk Hermione Jean Granger.

Hei Hermione! Kapan kau akan pergi ke rumah Weasley? Kami sangat merindukanmu. Apa kabarmu di sana? Kami sangat percaya sih, bahwa keadaanmu akan selalu baik baik saja. Semoga tebakan kami benar ya. Kau sahabat yang hebat! Sama seperti Ron. Sampai bertemu kembali ya!! Kau juga dapat salam dari Ginny. Katanya ia ingin berbagi cerita denganmu. Sepertinya sih ia akan menceritakan kisahku dengan kisahnya. Hahaha maaf aku terlalu geer. Sampai jumpa Hermione! My best regard to your parents!

Salam,
Harry James Potter, Ronald Weasley dan Ginny Potter HAHAHA.

Hermione tersenyum dan sedikit tertawa ketika membaca surat dari mereka. Hermione mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Hujan turun dengan begitu derasnya. Langit mengabu. Sepertinya ia sedang berduka. Pikiran Hermione tertuju pada seorang pemuda berambut blonde itu. Siapa lagi kalau bukan Draco.

"Ah, bagaimana kabarnya ya?" Hermione bertanya tanya pada dirinya sendiri.

Hermione tahu betul bahwa sebenarnya Draco tidak ingin terlibat dalam permasalahan rumit itu. Menjadi Death Eater Followers bukanlah hal yang ia inginkan. Apalagi ia masih di bawah umur.

Meskipun Draco sering membuat Hermione merasa jengkel, sebenarnya Hermione menyimpan perasaan untuknya. Perasaan itu tumbuh pada saat tahun ke 3 mereka bersekolah di Hogwarts. Insiden memukul wajah Draco sebenarnya membuat Hermione sedikit merasa tidak enak hati. Namun apa boleh buat? Ia sudah terlalu kesal kepada Draco pada saat itu.

"Sayang, kau belum makan sedari pagi. Ayo cepat turun. Mama membuatkan makanan kesukaanmu." Ucap nyonya Granger dari lantai bawah.

Hermione langsung pergi menuju lantai bawah.

PatronousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang