―1

199 40 6
                                    

"pagi ku cerah ku, matahari bersinar. Ku gendong tas merahku dipundak. Selamat pagi semua―" siaran TV yang memutar lagu itu diganti oleh Saburo.

"MMMAKSUT LO APA Y ASU?!" Teriak Jiro, kesal. Padahal masih pagi, tapi kedua saudara Yamada itu sudah memulai keributan. Saburo juga kesal, muka Jiro bukannya keren pas lagi marah malah keliatan jelek banget. Yah, emangnya yang ganteng menurut Saburo siapa sih? Ya Ichi-nii nya.

Saburo menghela nafas panjang, "masih pagi kok setel lagu itu, ga elit tcUih." Ejeknya.
"Mending ini," Saburo mengambil hp dari kamarnya dan mulai memutar lagu yang dimaksud.

"Matematika ilmu yang menyena―" belum diputar terlalu lama tapi langsung dimatikan oleh Jiro.

"Lah, ngapa Lo?"

"Otak gw panas Bur."

"CUPU BANGET ANJ*NG." Selanjutnya silahkan bayangkan sendiri bagaimana mereka bergelut.

Oh! Buat yang nanya kemana Ichi, dia lagi beli sarapan buat adiknya. Yah, Ichiro sendiri juga sudah tahu kalau Jiro dan Saburo ditinggalkan akan ada keributan. Tapi, lebih baik bertengkar didalam rumah daripada di jalanan kan?

"Mang, ini kangkung seiket berapa?"

"7.000."

"Apa ga bisa kurang bang? Biasanya juga 5.000."

"Lah, ngatur."

Oasu, kenapa abangnya mirip si kuda, anj###, batin Ichi. Ujung-ujungnya dibeli juga tuh kangkung. Jadi, Ichiro pulang sambil komat-kamit dendam ke Abang yang jualan sayur tadi. Berharap dagangannya bangkrut atau abangnya ketabrak truk.

Astagfirullah mantap, Ichiro.

Diperjalanan pulang, Ichiro mikir banyak hal. Pekerjaan, uang simpanan, rumah, Jiro, Saburo, -yanginigausahdibacaSamatokiyanginigausahdibaca-, Ikebukuro.

Ichiro menghela nafas, berharap dapat pulang cepat supaya adiknya bisa makan lebih cepat juga.

Akhirnya, sampai juga Ichiro didepan rumahnya.

Clek...
Ichiro membuka pintu rumahnya pelan, "tadaim―"

}'™%¶¢^'¶¢™¢}¢°92+!???¶~=¢∆

"Tunggu, suara haram apa ini?!!" Ia segera pergi ke dapur. Dan apakh km taw?! Kedua adiknya tersebut sedang perang melempar minyak goreng. Yang satu pakai panci nasi goreng sebagai tameng, yang satu lagi pakai T*pp*rw*r* sebagai senjata.

"Astagfirullah.," ucap Ichiro yang tidak langsung menyadarkan Jiro dan Saburo yang sedang berperang antar saudara tersebut.

"Nii-chan?!/Ichi-nii?!" Mereka berdua langsung berlari ke arah Abang kesayangan mereka.

"Jiro, Saburo, sopan kh begtu? Pakai panci dan T*pp*rw*r* sebagai alat peperangan kalian, sopan kh?" Yang ditanya hanya menunduk, merasa bersalah karena membuat Abang kEsaYangAn mereka kesal.

Saburo membuka mulut, "k-kita begini―"

"SshhuUttt, tjukup, Saburo."

"Maaf, Ichi-nii."

Terdengar Jiro yang sedang menahan tawa. Ichiro menatap tajam Jiro, yang ditatap menelan tawa yang ditahannya.

Ichiro bingung, harus ia apakan kedua adiknya ini. "Temenin Nii-chan, Ichi-nii masak, mau?" Jiro dan Saburo menatapnya dengan tatapan puppy-eyes.

"Boleh?!" Ichiro tersenyum, "boleh."

"Tapi satu syarat."

"Jangan berantem." Mereka berdua mengangguk. Dan mulailah mereka memasak sarapan bersama.

-tbc

Padahal yang ada di otak ku bukan begini.
Tapi ya sudahlah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Badut Hypmic [Long Hiatus, Sorry]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang