Orasi 9

155 29 55
                                    

Selamat Membaca pembaca semua

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT YAH!

******************************************************

"Keluar dari rasa takut, coba pengalaman baru atau hidup bakal lurus-lurus aja"

******************

"Dan apa?"

Elang menaikkan satu alisnya tak sabar melihat bibir perempuan berambut ponytail itu komat-kamit tak kunjung menyelesaikan ucapannya.

Saya itu Maba yang waktu Ospek nyiram Kakak pake es jeruk nipis, ingin sekali Ifa mengatakannya tapi Ifa memilih menggeleng keras.

"N-nggak pa-pa." Ifa menggeleng cepat meringis.

Pandangan Elang segera beralih mengenggam pergelangan tangan perempuan itu yang sejak tadi meringis menahan nyeri. Jelas-jelas sesi pengobatan belum selesai. Kain kasa belum terpotong itu masih menjuntai panjang.

"Kenapa lari-lari?"

"Enggak papa, Kak. Olahraga." Ifa tertawa hambar menjawab sekenanya. Matanya segera beralih melihat langit-langit dinding menutupi perasaan malu.

Elang terdiam memilih tak melanjutkan topik etensinya kembali pada luka Ifa yang lain. Aneh!

"Gara-gara kating Jagal," gumam Ifa pelan nyaris tidak terdengar.

"Hegh? Elo, bilang apa tadi?" Satu alis Elang naik melirik. Ia mendengar seripitan ucapan Ifa.

"E-nggak papa, Kak, ouh, ya." Ucapan Ifa berhenti, dahinya mengernyit. Berapa banyak kasa yang dipakai Elang? Telapak tangannya seperti memakai sarung tinju. Pasalnya lukanya tak sedalam itu sampai perlu banyak balutan kasa.

"Kenapa?"

Ifa tersenyum lebar mengangguk-angguk, "makasih Kak udah diobatin."

"Sama-sama. Nanti kaki lo ke tukang urut aja." Elang bangkit menenteng kotak P3K. "Soalnya gue nggak bisa ngurut," lanjut Elang sebelum masuk Ruang Sekret.

Ifa hanya tersenyum menanggapi. Selepas kepergian Elang papan pengumuman tak jauh dari pintu Sekret sejak tadi menarik perhatiannya. Ia berjalan menyeret satu kakinya melihat lebih dekat.

PERMIRA! PENCALONAN ANGGOTA BEM!

Sekilas bayangan isi artikel dibacanya selamam terlintas tentang tips beasiswa diterima salah satunya aktif organisasi. Ifa membaca poin persyaratan pendaftaran hingga angka terakhir.

"Ini barangkali lo minat!"

Berulangkali Ifa bertukar pandang antara formulir bertuliskan 'pendaftaran' dan penyodor formulir itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Elang.

"Gue lihat lo sejak tadi mantengin pamflet itu. Jadi gue ambilin formulir sapa tau minat."

"Ah, saya... cuma... saya nggak yakin ikutan. Dari dulu nggak pernah ikut organisasi sebelumnya. Takut aja, Kak." Suara medhok jawa kental Ifa keluar.

"Nggak ada salahnya mencoba, lo harus keluar dari rasa takut buat coba pengalaman baru atau hidup lo bakal lurus-lurus aja. Jalan tol aja nggak sepenuhnya lurus, manfaatkan selagi jadi Mahasiswa. Kalau gagal, ya, nggak papa, namanya juga mencoba."

Suara Elang terdengar lembut, sopan masuk ke telinga Ifa seperti mendapatkan kultum setelah sholat subuh. Untuk menghormati Ifa mengangguk dan tersenyum canggung menerima kertas formulir.

"Iyah, Kak. Makasih untuk sarannya nanti saya pikirin."

"Lo mau kemana? Gue anter."

"Hegh? N-nggak usah, Kak."

Sebuah Orasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang