Hari ini Kiara udah masuk sekolah dan lo tau apa yang dia perbuat? Dia mukulin jidat gue terus sambil bilang. "Lagian ngapain sok jadi jagoan, sukurin."
"Awhh. Stop!"
"Udah, Ra. Kesian temen lo." Kata Wisnu.
"Seru mukulnya, Nu."
"Emang iya?"
"Cobain deh."
Dan ya Wisnu ikut-ikutan mukul jidat gue.
"Heh sinting! Sakit!"
Mereka cuma ketawa ngeliat gue marah.
Oh iya, hari ini guru rapat jadi gini deh situasi kelas gue. Anak laki-laki pada nyusun meja sama bangku biar bisa atraksi. Alias loncat dari 3 meja yang disusun tapi tenang ada matras yang cukup tebal dibawahnya. Jangan bilang gue gak peringatin ya. mereka aja yang batu. Galang masih anteng sama komiknya sambil sesekali ngelirik kearah gue? No, dia ngelirik Kiara.
"Sabian!" Teriak gue ngeliat Sabian loncat. Dan dia kegirangan karena jatuh dengan selamat.
"Gausah teriak juga, Lun."
"Lo gila ya, Nu? Temen lo bisa aja salah jatoh."
"Biarin aja, dia ini kan yang patah tulang." Jawab Kiara.
Belum sempet gue ngejawab Kiara udah ada Galang yang ada diatas meja.
"What the fuck! What are you doing?!" Teriak gue lagi. Gue kayak lagi ngawasin anak kecil yang lagi ada di taman bermain.
"Galang!" Oke hari ini gue kebanyakan teriak.
"Wisnu! Cobain deh sini." Kata Galang.
Gue melototin Wisnu.
"Nunu..." Gue berusaha ngasih peringatan.
"Im sorry, Lun." Bisik Wisnu dan lari abis itu.
"Oh my gosh!"
"Lo gak akan ikut kan, Ra?"
"Pengen sih."
"Kiara!"
"Tapi gue kan pake rok, Lun. Ntar pada dapet tontonan gratis."
"Terus kalo lo lagi pake celana lo bakal ikutan?"
"Kenapa engga?"
"Ra..."
"Engga-engga, Lun. Santai sih."
Gue sama Kiara lagi liat Wisnu sekarang yang ada diatas meja. Wisnu dengan gaya tengilnya ngelakuin pidato singkat yang membuat anak-anak yang lain pura-pura jadi penonton. Dan setelah ngucapin salam perpisahan Wisnu loncat.
"Wisnu!"
Gue nutup mata tapi tunggu bentar. Kali ini bukan gue yang teriak. Gue buka mata dan ngeliat Kiara mulutnya kebuka dan tangannya dia julurin kedepan. Kiara yang teriak.
Kayaknya gak ada yang sadar kecuali gue. Abisnya yang lain sibuk tepuk tangan dan sorak-sorak gajelas.
"Lo kenapa, Ra?" Tanya gue bingung.
Kiara yang sadar tangannya masih melayang langsung nurunin tangannya.
"Gu-gue kaget, Lun."
"Oh..."
Gue gak terlalu peduli karena gue ngerasain dari tadi kaget waktu Sabian sama Galang loncat. Mereka masih beberapa kali nyoba loncat yang ngebuat gue selalu tutup mata.
"Lun?"
"Hmm."
"Kalo suruh pilih Galang, Sabian atau Wisnu. Lo pilih siapa?"
"Cari yang lain."
"Ih serius."
"Gue serius."
"Coba pilih."
"Ribet lo."
"Tinggal jawab, siapa?"
"Hmm... Sabian?" Jawab gue ragu.
"Nah! Lo suka ya sama Sabian?" Tembak Kiara ngebuat gue kesedek ludah.
"Maksut lo tuh apa sih, Ra?"
"Pipi lo merah, Lun."
"Hah?" Jujur, gue ngerasa pipi gue panas sih.
"Bener gak gue?"
Gue diem sebentar baru jawab. "Ya, sedikit."
Kiara ketawa kenceng dengernya. Gue muter bola mata gue males.
"Kenapa lo nanya gitu?"
"Iseng aja eh ternyata dapet informasi."
"Gantian lo pilih siapa?"
"Eh gabisa! Itu kan pertanyaan punya gue."
"Gausah curang, Ra. Cepet."
Gue denger Kiara ngehembusin napasnya berat.
"Wisnu."
Gue kesedek ludah lagi. Terus ketawa.
"Gausah ketawa deh, Lun."
"Lo suka sama cowo yang kalo jalan pantatnya geal geol?" Sindir gue sambil ketawa.
"Pantatnya itu yang bikin gue jatuh cinta."
Gue berhenti ketawa dan mandang dia aneh.
"Emang bener sih. Lo berdua sama-sama aneh."
"Hahaha, cocok kan gue sama Wisnu?"
"Cocok-cocok." Jawab gue abis itu langsung teriak. "Wisnu! Kiara suka sama lo!"
Ups.
Kiara melotot kearah gue dan semua orang diem. Gue? Ya ketawa lah.