Sad Girl

1 0 0
                                    

https://youtu.be/WN74-2o-YxE (Mainkan musik ini supaya lebih nge-feel) :')

Perkiraan cuaca bilang Minggu ini akan terjadi hujan gerimis. Berbarengan dengan rasa galaumu karena ditinggal oleh seseorang yang kau cintai, juga rasa galauku karena selama ini aku berprasangka bahwa orang yang kau cintai itu adalah aku. Nyatanya bukan ya? Hehe.

Kamu bagaimana dengan hatimu yang sedang menganga luka? Ku ucapkan lekas sembuh ya. Meskipun aku seharusnya mengucapkan 'semoga cepat waras' untuk perasaanku. Aku yang begitu bodohnya menunggu kamu putus dengan kekasihmu selama dua tahun. Ku pikir kamu terlalu gegabah berpacaran dengannya setelah putus denganku selang 3 bulan. Nyatanya bukan ya? Kalian saling suka dan akan melangsungkan hubungan serius namun putus ditengah jalan pada tanggal hari jadian kalian yang kedua. Aku tidak mengerti kenapa harus melibatkanku secara tidak langsung. Kau tahu aku menyukaimu, Kenapa memberitahuku bahwa kamu ingin putus dengannya? Seolah aku sedang diberi harapan untuk menunggu cintaku terbalas.

Nyatanya?

Aku mengedikkan bahu bingung. Inikah karmaku karena menganggapmu pelarianku dari seorang lelaki yang sudah ku sukai selama 7 tahun. Cinta monyetku. Apa kamu hendak balas dendam? Jika iya tidak apa, aku pantas merasakan apa yang kamu rasakan saat itu, tapi tolong pertimbangkan bahwa aku juga jatuh cinta pada lebih kurangmu. Tolong pertimbangkan aku dan perjuangkan aku lagi. Aku sudah mencari lelaki lainnya namun tidak ku temukan seseorang yang tulus sepertimu. Aku tidak buta kan? Apa kamu masih menyisakan rasa sayangmu untukku?

Suara hujan deras turun serta petir yang menggelegar menjawabnya. Alam berkata 'Tidak!' membuatku melengkungkan bibir kebawah. Aku mengeratkan jaketku untuk menghangatkan tubuh yang dingin ini. Berteduh di sebuah ruko dengan seorang pengendara ojek online. Dia lelaki paruh baya namun masih gigih bekerja meski dinginnya malam menusuk kulitnya yang keriput. Aku berjanji akan memberinya satu strip vitamin untuknya dan berdoa berharap kebaikan juga menyertaiku.

"Neng, kita berangkatnya pas hujan agak reda ya?"

"Ya, pak.Gak papa." Aku malu dengan jas hujan yang dia pinjami untukku namun ia tak memakai jas hujan pun. Hanya jaket bertuliskan 'sedang tugas negara' membuatku sedikit tersenyum dan memandang hujan yang diam-diam menyuruhku mengingat kenangan dua tahun yang lalu.

Aku sedang di bonceng motor olehmu. Suasana sore yang mendung di selingi hujan rintik-rintik. Kamu tak bawa jas hujan saat itu. Aku juga tak membawa jaketku. Dingin rasanya menggigil. Keadaan tubuhku yang lemah yang memang punya riwayat alergi dingin mengeluh manja padamu, hanya sekedar mengatakan awalnya. "Aku kedinginan." Kamu mendadak panik dan menawarkan jaketmu. Ku bilang tidak, aku tidak ingin kamu sakit hanya karena mengantarku kehujanan sampai rumah. Tapi kamu bersihkukuh dan menepikan motor. Melepas jaketmu dan menyuruhku untuk memakainya, "Pakai, nanti kamu sakit!" Aku sungkan menerimanya. "Serius, nih? Kamu kan juga alergi dingin." Ucapku. Aku ingat dia punya riwayat asma. Aku takut dia kambuh karena kedinginan terlebih dia tak suka meminum obat otomatis tidak ada persediaan obat yang dibawa. "Tenang aja. Udah pake cepetan." Aku memakainya cepat dan kami sampai di rumahku. Aku sebenarnya ingin sekali membawa jaket ini ke rumahku. Memakainya setiap aku kedinginan. Tapi karena pacarku tak ingin berkunjung dan segera pulang aku melepaskan jaketnya. "Pakai, nanti kamu sakit!" Aku menyalin kalimatnya yang membuat dia terkekeh. Dia mengelus atas kepalaku dan pipiku yang membuatku merona juga berantakan seluruh isi otakku. Tak bisa bersuara, aku diam.

"Aku pulang ya." Ucapnya.

"Beneran? gak mau mampir dulu. Aku gak enak loh, mau hujan juga." Aku menahannya semampuku. Dia ini kenapa sih keknya gak betah banget kalau diminta main ke rumah.

"Besok lagi aja. Mau hujan, udah malam."

"Bilang aja kamu mau main game online sama temen-temenmu." Ucapku kesal mengerucutkan bibir. Dia hanya menyengir dan mencubit pipiku keras membuatku merintih sakit.

"Dah!" Aku mengangguk dan melambaikan tangan. Aku masuk ke rumah dan orang tuaku bertanya kamu kemana kenapa tak mampir? Sebegitu perhatiannya mereka ke kamu kek anak sendiri. Terlebih mereka kagum padamu atas kemandirianmu hidup sendiri di Jakarta. Apalagi aku yang sampai sekarang bingung melepasmu untuk orang lain.

Aku ingin berjuang sampai kamu berkata ya dan percaya padaku lagi. Kita mulai dari awal. Aku mau kita sama-sama belajar memahami. Kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Jangan egois lagi dan memutuskaku. Tapi jika aku tidak diberi kesempatan kedua. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin diam, dan tak tahu arah mau kemana. Merenungi kesalahanku lagi. Aku tidak tahu.

"Neng." Aku tersadar dari lamunanku. Hujan sudah berhenti begitupun lamunanku. Aku mengucapkan syukur. Aku bisa sampai ke rumah tanpa kehujanan.

"Ya, ayok pak kita berangkat."
Aku naik ke motor bapak itu. Ini malam Minggu perjalananku pergi dari sebuah mall ke arah rumah. Padahal ini belum terlalu malam. Pak Ojek menggodaku mengapa aku pulang sepagi ini? Aku hanya tertawa, tak sengaja aku curhat pada pak tua itu bahwa aku tidak punya pacar.

"Loh terus yang tadi siapa? Gebetan neng ya?"

Aku mengangguk tanpa menjawab iya. Ojek online ini memang di pesan oleh pria itu. Pria baru yang ku rencanakan untuk melupakan mantan kekasihku yang mati-matian berusaha ku lupakan tapi tetap saja ingat. Saat kencan buta dengannya pun pikiranku melayang pada kencan pertama bersama mantanku. Huft, aku menghembuskan kesal karena ku rasa aku menghancurkan kencan butaku sendiri.

"Kok gak di Anter pulang neng?"

"Hehe, iya pak, gak." Aku juga merenung kenapa aku pulang sendirian? Di saat aku berharap dia gebetanku setidaknya mengantarkanku pulang. Angin malam juga mampu membawaku mengingat kenangan lalu. Disaat aku dengan keterlambatan jam pulang kerjaku, kamu hendak mengantarku pulang dan aku lupa membawa kunci toko. Sungguh aku tak bermaksud membuat kita pulang tengah malam. Kamu pasti sangat kesal denganku namun menahannya dan berkata tidak apa. Jarak dari tempat kerja dan rumah sangat jauh. Kamu rela mengantarku pulang larut malam. Padahal lagi jaman kejahatan begal motor saat itu. Aku beneran gak tega kamu pulang. Aku pengen kamu menginap namun aku sungkan. Aku sungguh bukan pacar yang baik. Aku merutukinya sampai sekarang. Aku gak pernah berbuat paling baik buat kamu. Kerjaan ku hanya berharap padamu. Aku ingin sekali memperbaiki semuanya. Tapi apakah kamu mau dengan sabar menerima kondisiku? Si polos yang tak pernah pacaran. Kamu pacar pertamaku. Maaf, maaf, dan maaf. Jadi, kapan kamu membuka hati lagi untukku? Luka yang ku rindu.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka Yang Ku RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang