12 tahun yang lalu...
"Mamaaa," Revan menangis ketakutan. Berkali-kali ia memanggil mamanya yang keluar dari rumah dengan tatapan penuh emosi.
"Mama jangan pergiii. Revan mau mama tetep disiniiii," tangisan Revan semakin pecah.
Diana menatap mata anaknya yang penuh dengan air mata itu. Sebenarnya sangat berat meninggalkan anak satu-satunya. Tapi keegoisan Diana seakan menguasai dirinya.
Otak Diana bak dipenuhi lelaki lain, sehingga rasa tidak tega nya itu seketika lenyap begitu saja.
"Stop! Kamu bukan anak mama lagi! Ngerti?!"
Deg...
Miris. Revan, anak berusia 5 tahun sudah mengerti rasanya tersakiti.
"Sudah Van! Kamu jangan ngejar mama lagi! Masuk!" bentak Sandy, papa Revan. Sandy sudah muak dengan tingkah laku Diana yang semakin kesini makin tidak karuan.
"Masuk!" perintah Sandy sekali lagi.
Revan terdiam. Anak laki-laki itu terus menatap Diana tanpa mempedulikan Sandy.
"Kamu gak mau masuk? Yaudah pilih. Kamu mau ikut papa atau mama?" tanya papa Revan tegas.
Bimbang. Hanya satu kata itu yang ada di pikiran Revan.
"Revan gak mau milih pilihan papa."
"Revan maunya papa sama mama bareng lagi. Kalo perlu biar Revan diambil aja sama Allah, asal papa sama mama bisa bareng-bareng lagi," tangis Revan semakin pecah.
Hati Sandy begitu tertohok mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh anaknya itu. Tidak dengan Diana, Diana masih kokoh dengan keputusannya untuk bercerai dari Sandy dan lebih memilih lelaki lain.
"Sama papa aja sana!" Diana mengangkat kopernya lalu pergi begitu saja tanpa meninggalkan peluk cium untuk Revan.
"Mamaaaaa!" Revan teriak sekencang-kencangnya, namun hasilnya nihil. Diana tidak menoleh sedikit pun.
"Ayo masuk Van," lirih pelan Sandy, tangannya sembari merangkul tubuh kecil sang anak.
---
Revan berlari ke dalam rumahnya mendahului Sandy. Dengan kasar Revan mendobrak keras pintu kamarnya.
Revan menaiki tempat tidur yang nyaman itu, lalu membungkus dirinya rapat-rapat dengan selimut.
Di dalam selimut itu, Revan menangis sekencang-kencangnya. Seluruh beban ia lampiaskan pada tangisannya.
"Van, udah, jangan nangis," Sandy membuka pintu perlahan. Lalu mengelus puncak kepala Revan.
"Pa, apa mama bakal pergi selama-lamanya?" tanya Revan dengan polos.
"Nggak Van. Pasti suatu saat nanti mama bakal kembali," nada Sandy berusaha menenangkan.
"Papa boong!! Mama pasti gak mungkin balik lagi!!" Revan semakin menangis tak karuan.
"Revan, walaupun mama nanti gak balik lagi, dia tetep mama kamu. Jangan sampe rasa benci muncul di hati kecil anak papa ini," Sandy mencubit pipi Revan yang banjir dengan air mata.
Revan terdiam. Ia berusaha memikirkan kata-kata papanya barusan.
"Oh iya, Van, siap-siap ya. Besok kita pindah ke Jakarta," tambah Sandy.
"Jakarta? Apa itu?"
"Salah satu kota di Indonesia Van."
"Hm? Indonesia itu apa?" sejenak Sandy tertawa gemas. Kepolosan Revan hampir membuat Sandy lupa akan masalah yang kini sedang menimpa dirinya.
"Udah udah istirahat. Biar nanti papa yang siapin oke?"
"Oceee!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl (Completed)
Ficção AdolescenteBIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YA!! Jgn lupa vote jugaaa!!! SEQUEL DI PUBLISH JIKA TEMBUS 500K VIEWERS <><><><><><><><><><><> Kesalahan yang Revan dan Aora perbuat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam pernikahan. Tapi tunggu dulu! Saat mereka menjal...