Acara pertunangan Adlan dan Kak Mecca berjalan dengan hikmat. Pernikahan keduanya akan di laksanakan saat nanti keduanya lulus kuliah. Aku berdoa dengan tulus untuk keduanya agar selalu bersama dan bahagia sampai akhir hidup keduanya. Sekali lagi aku katakan, aku sudah merelakan dan mengikhlaskan Adlan untuk Kak Mecca yang memang mungkin sudah ditakdirkan bersama walaupun dengan hati yang terpaksa. Tapi aku yakin, beriring berjalannya waktu, cinta keduanya akan bahagia dan yang jelas Adlan harus mencintai Kak Mecca dengan tulus.
Selama acara Bumi tidak bicara banyak. Mungkin ia risih karena sejak awal kedatanganku dengannya, Bumi selalu di perhatikan orang. Mungkin karena ia adalah pasanganku. Yang mereka tau aku adalah gadis yang selalu bersama Adlan dan tak banyak yang menginginkan aku bersama Adlan dulu. Tetapi kenyataanya Adlan berakhir bersama Kak Mecca.
"Moon, udah belum? Gue di liatin orang mulu. Macem maling gue." Bisiknya kesal.
Aku menyiku perutnya kesal, "Jangan lebay." Sebalku.
"Ayo pulang ah." Rengeknya.
"Iya, sebentar gue pamit dulu sama Bia."
"Gue tunggu di mobil aja, nggak apa-apa kan?"
"Nggak sopan!"
"Bilang aja mau di temenin." Sindirnya tetap saja menarik tanganku menghampiri Bia yang sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.
Sesampainya aku di dekat Bia yang sedang bersama Ibun Sona, Mommy Dara dan Buti Nukha, mereka bersamaan menoleh kearahku. Aku melihat jelas Ibun Sona dan Mommy Dara terus memperhatikan penampilan Bumi. Aku mencium tangan mereka bergantian dengan sopan, begitupun dengan Bumi yang mengikutiku.
"Aku mau---"
"Ini siapa? Kok nggak di kenalin ke Mommy?" Potong Mommy pada ucapanku.
Aku melirik Bumi, "Ini Bumi, pacar aku." Ucapku bangga.
Sungguh aku sangat bangga menyebut Bumi adalah pacarku. Mungkin karena Bumi pacar pertamaku dan juga aku bangga karena sudah membuktikan aku sudah tidak menginginkan Adlan. Aku sudah memiliki pengganti Adlan yang jauh lebih baik.
"Kok Adira nggak cerita?" Tanya Mommy pada Bia.
"Hmm, biar Bulan aja yang cerita, kan itu hubungannya Bulan sama Bumi. Gue cuma dukung apa yang anak gue jalanin aja." Sahut Bia tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...