Sekarang kalian berdua sedang berada dimobil menuju hotel tempat kalian akan menginap. Kalian baru saja sampai Berlin beberapa saat lalu.
"Kamu mengantuk?"
"Hng?" Kamu menoleh dengan sisa kesadaranmu yang masih ada.
Sebenarnya kamu tidak terlalu mengantuk sih, tapi karena lagu yang terputar didalam mobil membuatmu mengantuk. Selama dipesawat kamu juga tidak tidur sih. Chen menepuk bahunya beberapa kali. "Sini, bersandar yang benar. Nanti lehermu sakit." Ucapnya membiarkanmu bersandar padanya.
"Memangnya kamu nggak ngantuk?"
"Aku sudah tidur dipesawat tadi. Kamu sih disuruh tidur tapi nggak mau. Kan sekarang mengantuk."
Kamu tak menanggapi ucapan kekasihmu. Kamu mengalungkan lenganmu dilengannya. Chen mengerti gelagatmu seperti ini tandanya kamu benar mengantuk. Lelaki itu tersenyum tipis dan menautkan jemari kalian, setelah Chen memberimu kecupan kecil kamu langsung terlelap.
Saat terbangun, kamu menoleh kesekitar dan mendapati sedang berada dikamar. Ah-- kamu ingat, tadi kamu tidur dimobil. Lalu bagaimana caranya Chen membawamu kesini? Apa dia menggendongmu? Tidak ada yang melihat kalian saat itu kan? Berbahaya jika seseorang mengenali Chen disini.
Semua pertanyaan itu lenyap saat kamu menyadari Chen tidak disini. Kamu mencoba mencarinya keseluruh ruang kamar yang besar ini. Sampai akhirnya kamu menemukan sebuah kertas terselip dibawah ponselmu.Dear,
aku keluar sebentar. Aku tidak akan lama. Sehabis ini segera mandi ya, kita dinner romantis berdua kekeke
Jangan lupa pakai dress yang aku belikan kemarin.Love you sayang!
-♥
Kamu tersenyum tipis setelah membacanya. Pandanganmu tersita oleh saat melihat keluar jendela. Disana pemandangan malam hari kota Berlin membuatmu terkesan. Katakan saja kamu norak, tapi kamu benar benar kagum dengan keindahan kota satu ini.
"Pemandangannya cantik ya?"
Kamu tersentak saat sebuah tangan melingkar dipinggangmu. Syukurlah itu Chen, bukan orang asing yang salah masuk kamar seperti yang kamu pikirkan.
"Iya, cantik. Aku jadi mau tinggal disini." Balasmu sambil berdecak kagum.
Chen tertawa kecil mendengar perkataanmu. Dia mengelus kepalamu dan mengusak rambutmu yang sudah mulai panjang. "Yasudah, nanti kalau kita menikah kita tinggal disini saja." Kata Chen yang langsung kamu amin-kan dalam hati.
Sebagai seorang perempuan yang sudah menjalin hubungan spesial dengannya selama satu tahun lebih dan menjadi wanita kedua yang dicintai setelah ibunya, bukankah wajar kalau kamu mengharapkan bahwa kamu akan memiliki Chen seutuhnya sebagai seorang-- suami?
Kamu juga pernah dengar kalau orang Korea jarang mengenalkan kekasihnya pada keluarga dan kerabat terdekat kecuali mereka sudah benar benar serius dalam hubungan itu. Ya meskipun banyak yang bilang kemungkinannya kecil, tapi tidak salah kan jika kamu berharap bisa mengubah kemungkinan itu dan terus berdoa agar doa kalian terkabul."Eh iya, tadikan aku menyuruhmu bersiap? Ini kenapa belum?" Chen menegurmu dengan halus. Seketika kamu teringat.
"Hehehe, maaf. Habisnya pemandangannya cantik. Aku juga baru bangun."
"Iya, iya, sana cepat siap-siap. Nanti disana kita juga akan lihat pemandangan seperti ini."
Kamu mengangguk antusias dan segera berlari untuk bersiap. Kamu menggunakan dress sesuai yang diminta Chen. Juga memoleskan sedikit make up untuk malam ini. Chen sendiri sudah siap dengan kemeja-nya, terkesan casual tapi kamu tak bisa menatap kedua mata Chen lebih lama. Ini tidak baik untuk jantungmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You | Chen (Revisi)
RandomHanya tentang kehidupan antara Kim Jongdae dan Chen diatas jalanan darah, bukan jalanan berbunga. Rangkaian naskah tentang kesehariannya. Bersama member, fans, keluarganya. Cerita tentang hari harinya bersama orang orang miliknya, termasuk kamu. [S...