16. Cukup Hadirmu

3.4K 674 31
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Sebuah keluarga tidak perlu untuk membayar apapun. Cukup kamu ada, itu sudah cukup sebagai bayarannya.”

***

Sinar matahari masuk dari jendela kamar yang terbuka, membangunkan Daffa yang membuka mata dan memandang ke sekeliling kamar. Duduk bersandar di tempat tidur, dia menyadari jarum infuse menusuk punggung tangannya.

“Sepertinya aku sakit,” gumam Daffa saat mengumpulkan ingatan terakhir. “Sepertinya juga sudah lewat satu hari…” sambungnya saat melihat jam di dinding.

Dia menghela napas berat. “Aku pasti sudah membuat semua orang khawatir.”

Terdengar kegaduhan di lantai bawah. Suara koper diangkat dan dibanting. Penasaran, Daffa melepas jarum infuse, mengambil jaket dan memilih untuk keluar kamar. Ketika menuruni tangga, dia melihat semua anggota keluarga Guntur bersiap untuk pulang. Bis yang mengantar rombongan keluarga Guntur telah menunggu di halaman.

“Alhamdullilah! Cucu gue sudah bangun. Gue pikir nggak bisa berpamitan sama lo.” Engkong Safrudin menghampiri Daffa yang berhenti di anak tangga terakhir, menariknya ke dalam pelukan mencekik leher. “Pamit, Engkong pamit pulang. Gue pasti kangen berat sama lo.”

“Engkong pulang?” Daffa berusaha melonggarkan pelukan Safrudin. “Cepat banget. Paman Abidin, Bibi Mawar juga?” tanyanya juga kepada dua saudara Guntur.

“Harus! Anak-anak sekolah Daffa.” Abidin beralasan dan menunjuk pada sepupu Alya yang masih remaja—mereka menunggu tidak sabar di halaman. “Mereka sebentar lagi ujian. Nggak bisa terus mengambil libur.”

“Sholeh dan Juleha juga harus pulang. Padahal Bibi ingin lebih lama di sini. Tapi mau gimana lagi. Banyak urusan di Bogor.” Mawar menarik dua anak kecil, anggota termuda di keluarga Guntur. “Sholeh, Leha, pamit dulu sama Kakak Daffa. Yuk salim,” suruhnya.

Sholeh dan Juleha mendekati Daffa.

“Kami pulang Kak Daffa.”

Mereka berucap bersamaan, membuat Daffa teringat pada Alif dan Alya. Sholeh dan Juleha adalah versi kecil dari si kembar Guntur.

“Belajar yang rajin yah.” Daffa menasihati, duduk berjongkok dan mengelus kepala si kembar. “Jangan nakal. Nurut sama kata Mamah.”

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang