17. Rumah Yang Terenggut

3.5K 681 41
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Saat Ayah memutuskan pergi. Aku tidak hanya kehilangan Ayah, tapi aku juga kehilangan rumah di mana aku pulang”

***

Lantunan pembacaan surah Yasin terdengar syahdu di sebuah tempat pemakaman umum. Hanya satu makam yang memiliki peziarah, membuat penjaga makam terkejut karena makam tersebut jarang mendapatkan pengunjung.

Terdengar desir angin menyapu rimbun daun pepohonan, sedang aroma rumput kering yang dibakar oleh penjaga makam menyegarkan paru-paru, bercampur dengan harum bunga melati putih yang ditabur di atas makam bernisankan kayu.

Suara Guntur yang berat memimpin pembacaan surah Yasin, diikuti merdu oleh suara Laila, Farhan, Alif, Rianti dan Alya. Sedang Daffa tidak mampu bersuara, tiba-tiba saja tenggorokannya terasa sakit, sehingga dia hanya melantunkan surah Yasin dalam gumaman, dengan suara yang tidak mampu dia lantangkan.

Mata Daffa menatap sebuah nisan yang tepat berada di depannya.

Fajar Azhar.”

Daffa mengelus nisan, mencoba mengingat kembali—walaupun hanya goresan tajam pinggiran kayu yang Daffa rasa—bagaimana hangatnya genggaman tangan ayahnya.

“Aku bermimpi Ayah…”

Daffa bersuara pelan. Mungkin hanya dirinya yang mendengar, sedang surah Yasin masih dibacakan begitu merdu oleh semua orang.

“Aku tidak tahu apa itu nyata atau tidak. Tapi aku bermimpi…”

Kedua mata Daffa memanas saat jemarinya mengelus tulisan yang mengukir nama ‘Fajar’.

“Aku kembali ke masa dulu. Kembali ke rumah itu, ke rumah sampah. Aku melihat Ayah berusaha menghiasi rumah sampah dengan menanam banyak bibit bunga matahari. Mendengar Ayah berkata bahwa kita akan membuat iri semua orang…”

“Tapi pada akhirnya, kita gagal bukan?” Daffa bertanya dan menggelengkan kepala prihatin. “Ayah gagal karena rumah sampah tergusur dan kita menjadi terbuang kembali.”

Kenangan masa kecil menghampiri Daffa secara perlahan. Dia ingat semua orang yang tinggal di TPS harus terusir saat pengembang perumahan datang bersama buldoser, mereka menghancurkan rumah-rumah tanpa belas kasih, membuat semua orang tidak punya pilihan selain pergi. Daffa juga ingat saat roda buldoser melindas bunga-bunga matahari yang Fajar tanam, bunga-bunga itu mati sebelum mereka sempat menyapa Mentari.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang