09. First day in Japan

6 3 0
                                    

"I miss youuu"

"Kak Sicheeeng!"

"Iya sayang?" Jawabnya dengan tampang seperti tidak ada dosa.

"Ah udah, males aku kalo gini lagi!"

"Eh kenapa sih? Nggak ngapa-ngapain perasaan?"

"Lupain aja,"

"Yaudah nanti telpon lagi ya? Nanti aku kok yang telpon, kalo nggak lupa sih. Soalnya ini aku juga harus siap-siap balik ke Tiongkok."

"Iya kak. Semangat buat kerja ya."

"Kamu itu yang semangat! Aku yakin suatu saat kamu sukses menggapai mimpimu. Kejar ilmu yang bermanfaat itu, oke?"

"Iyaaaa kokohku sik gantenge puol tenan," Aku sudah mempelajari bahasa yang ia gunakan saat itu.

Ketika aku seperti anak nyasar, tidak mengerti apa yang ia katakan dengan bahasa ini.

"Heh. Menengo!"

"Hihihihi. Gemes tau. Yaudah bye ya!"

Kak Sicheng tersenyum dan memberikan flying kiss. Ia ingin segera memulai dunia barunya di dunia pekerjaan.

Anda telah mematikan panggilan hologram. Tekan panggilan jika ingin melakukan panggilan ulang.

"Noona!" Robot menggemaskan ini memanggilku. Ia melihat ke arahku dengan tatapan polos.

"Iya?"

"Bagaimana caranya robot sepertiku mendapat seorang pacar? Saya juga harus memiliki pacar dan sepertinya akan seru!"

"Heh?!" Aku terkejut tidak karuan. Seperti ada yang menusuk jantungku tiba-tiba. Bagaimana bisa robot ini ingin pacaran.

"Tidak, tidak. Penciptaku tidak memperbolehkanku untuk jatuh cinta dengan siapapun. Jadi memang saya harus menjalankan tugas saya saja."

"Penciptamu? Siapa?"

"Professor Naㅡ"

"Woy!" Ada seseorang yang memanggilku. Ia berlari sampai-sampai jidatnya terlihat dari kejauhan.

Kak Junkyu.

Untuk apa dia kembali?

"Hah?"

"Cepet dikit napa?!" Tegasnya saat aku terlalu lama menyusulnya, aku harap dia tidak mengomel nanti.

"Bentar, duluan aja ke taxi nya! Nanti aku nyusul kok!"

Kak Junkyu berhenti berlari dan tangannya memegang pinggangnya, dia terlihat sedikit frustasi karena harus bolak-balik.

Lalu ia kembali berbalik dan meninggalkanku.

Aku mempercepat langkahku untuk menuju ke taxi di depan sana dengan diikuti Keikyu si robot yang bagiku menggemaskan.

Warnanya taxinya memang seperti taxi pada umumnya, tetapi yang membuat kendaraan ini unggul adalah fasilitasnya.

Aku melihat di bagian bagasi bahwa ada mesin otomatis yang dapat digunakan saat kendaraannya rusak atau terkena masalah. Aku juga sedikit shock tadi melihat di pencarian web bahwa tarifnya sangat murah.

Faktanya, negara yang aku datangi ini lebih maju dibandingkan dengan negaraku sendiri. Seharusnya apapun yang disana juga lebih mahal, nyatanya tidak.

Mataku melihat ke sebrang sana, banyak kumpulan orang yang tengah membicarakan sesuatu kesana kemari. Tentu saja, di bandara memanglah ramai akan orang.

Sempiternal [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang