🦋Ch. 11

11.7K 794 70
                                    

———

F R I E N D S

———
⚠️can you give me 100 stars? If u like my story ❤️

"Nara, itu Mark sudah jemput kamu."

Gue menoleh dan tersenyum sama Mama. Mama udah keluar, dan gue langsung aja ngambil tas setelah sebelumnya gue sempat berkaca sebentar.

Dress merah polos yang panjangnya selutut, juga flatshoes berwarna hitam. Cukup sempurna. Gak lupa rambut gue jepit setengah dibelakang.

Ketika gue menuruni anak tangga, senyuman gue perlahan luntur karena disana juga ada Jeno.

"Kalian mau pergi kemana? Masih pagi begini." Tanya Mama.

"Aku mau ke gereja sama Mark."

Mama tersenyum mengangguk. "Jeno juga ikutan?"

Dia cuma diam waktu ditanya sama Mama. Ekspresinya juga datar bahkan itu kentara banget kalau dia mau ngajak gue pergi juga.

Jeno terus ngegeleng, "engga, aku Budha."

Gue sama Mama tentunya cengo denger itu. Dia langsung pergi gitu aja tanpa lihat kami bertiga yang mandang dia sedikit aneh.

"Budha dari kapan? Tahun kemarin aja kita natal bareng." Celetuk Mama.

"Udah lah, Ma. Aku mau berangkat."

"Tante, saya pinjam Nara sebentar." Kata Mark yang langsung salim ke Mama. Gue cuma senyum ngelihat itu.

Kami berdua keluar dari rumah. Ketika gue ingin masuk ke dalam mobil, gue lihat Jeno juga siap - siap pergi pake motornya. Gue tau dia pasti juga lihat gue dari sudut matanya. Cuma dia ga noleh sama sekali.

"Nar, kenapa diam?"

Gue tersentak dengar suara Mark. "I-iya."

Gue sempat lihat sedikit kalau muka Mark juga keliatan ga beres. Dia natap datar ke Jeno dan setelah itu masuk juga ke dalam mobil.

Selama perjalanan ke gereja, gue cuma natap jalanan. Badan gue emang disini, tapi pikirian gue kemana - mana.

Sejak dua hari yang lalu udah lewat gitu aja, gue sama Jeno malah merasa semakin menjauh. Dia dengerin gue untuk jangan pernah lagi bersikap berlebihan sama gue.

Berteman iya, gue gak keberatan. Tapi jauh didalam perasaan gue, gue malah ngerasa aneh aja kaya begini sama Jeno. Rasanya kaya ada yang kurang.

Seketika gue tersadar dari lamunan karena Mark tiba - tiba berhenti dipinggir jalan dekat halte.

Gue tentu menoleh menatap dia bingung. "Kok, berhenti? Kenapa?"

Mark diam. Dia menoleh ke gue sambil keluarin HP nya. "Nara, kamu bisa bicara jujur sama aku, kan?"

Rasa gugup tiba - tiba datang gitu aja. Gue susah payah menelan saliva dan berusaha tenang untuk membalas atensinya. "Apa?"

"Aku selalu nunggu kamu untuk jujur sama aku. Tapi sampai sekarang pun belum. Kamu ada hubungan apa sama Jeno selain teman?"

Mark nanya itu bener - bener to the poin yang langsung membuat gue gak bisa bergerak. Gue terasa kaku.

"A-apasi, kenapa tiba - tiba nanya kaya gitu?"

Dia menghela napas. Dia juga nunjukin foto gue sama Jeno yang lagi di perpustakaan. Foto dimana waktu Jeno tidur dipaha gue, dan tangan gue mengusap surainya.

[✅]FRIENDS; LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang