[] 1 []

25 4 0
                                    

ib : the conspiratoin of Katty Perry .  

pure from my mind.

[] 𝖘𝖊𝖓𝖘𝖚𝖒 []

Dinginnya malam tak menghentikan dua orang gadis yang tengah berjalan terburu buru di jalan sepi. Padahal mereka hanya memakai gaun dan jaket tipis, serta masker. Daisha, gadis yang terlihat lebih kecil itu mendelik sebal pada perempuan di sampingnya.

"ck, berenti dulu kek. Capek tau. Mending kita tadi naik mobil aja tadi."

Perempuan yang menjadi lawan bicaranya mendecak malas.

"kita ini kabur, Daisha. Kalo naik mobil ketauan. Berhenti merengek!"

Daisha tetap melanjutkan perjalanan mereka dengan setengah hati. Hey, siapa juga yang ingin berjalan santai di jalan malam yang sepi dan dingin dengan hanya mengenakan gaun pendek yang sama sekali tak menghangatkan tubuh. Kalau saja perempuan di sampingnya ini bukan maniak film adventure yang sangat ingin merasakannya di dunia nyata, pastinnya sekarang ia berada di taxi dengan nyaman menunggu sampai ke destinasi. Dasar Moria. Oh, nama teman menyebalkannya ini Moria.

Mereka sampai di mini market yang terlihat sepi. Hanya beberapa orang yang tampaknya hanya membeli botol mineral kecil dan menumpang duduk. sepertinya mereka hanya mencari internet gratis.

"ayo kita hangatkan tubuh dulu." 

Daisha mengangguk saja mengikuti Moria. Fyi, Moria ini sayang sekali pada Daisha seperti adiknya sendiri.

Mereka memilih minuman dan makanan untuk kemudian dikonsumsi sembari istirahat sebentar.

"menurut kamu, apa mereka nyariin kita ya?" tanya Daisha setelah makanannya habis. Tapi ia belum kenyang.

Moria mengendikkan bahunya. "gatau sih. Paling mereka sadar pas acara pemasangan cincin. Kan wanitanya ga ada."

Daisha menghela napas. Alasan dia mengajak Moria kabur, karna ia tidak ingin perjodohan ini. Acara itu adalah acara pertunangannya dengan Vit. Lelaki yang hanya memikirkan harta tahta dan wanita. Dengan sedikit kebodohan.

"mereka bakal nemuin kita disini ga ya?"

"engga lah. Mereka pasti langsung ke apartment kita. Atau paling nyari di sekitar sana. Gak ada yang bisa nebak kita di sini." Moria terlihat begitu percaya diri.

"emang ini di mana?"

"ga tau." Rasa ingin menampol sahabatnya ini melonjak tinggi. Apa katanya? Tidak tahu dimana tempat ini? Yang benar saja.

"DIH KO GITU!" reflex Moria membekap mulut Daisha.

"diem sih dieeem." Moria menunduk sebagai permintaan maaf ke meja sebrang, tempat seorang lelaki yang sedang menatapnya. Sepertinya dia terganggu?

"ish, masa kamu gak tau sih dasar gak waras. Kalo kita mau balik gimana? Makanya gak usah sok petualangan deh. Segala ngide gak usah bawa hape. Kan repot." Daisha memukul pelan bahu Moria. Tak berani kencang, Moria galak.

Moria hanya terkekeh.

"yaudah, kita tanya aja jalan sama abang abang itu," Moria berbisik sambil menunjuk lelaki yang tadi merasa terganggu. Memang hanya dia orang selain mereka dan penjaga mini market ini.

"hm, yauda ayo. Tapi aku ga mau pulang." Kata Daisha. Moria melotot kaget.

"tadi kata kamu mau pulang? Jadinya bagaimana ya tuan putri?" Moria gemas sendiri pada sahabatnya ini.

"kita tanya aja hotel terdekat dari sini. Aku bawa kartu rahasia kok." Kalo Daisha udah senyum manis, Moria mana bisa menolak. Fyi, kartu rahasia itu adalah kartu debit yang menggunakan identitas rahasia. Moria yang memberinya, entah untuk apa. Keluarga Daisha pun tak mengetahuinya, jadi aman saja mereka menggunakan kartu tersebut untuk membayar kamar. Agar tak meninggalkan jejak.

Dengan segala keberanian dan harapan yang melingkupi Moria  –tentu saja Daisha adalah seorang penakut-  mereka mendekati lelaki itu.

"uhm, halo?" sapa Moria. sungguh ia benar benar bingung bagaimana memintanya.

Lelaki itu menoleh dan melepas sebelah airpods nya. Sepertinya ia adalah salah satu dari sekian banyak orang orang yang hanya menumpang internet di mini market ini. Kasihan, kalau semua orang seperti ini, mini market ini bisa bangkrut.

"ya?" Moria menyenggol Daisha dan berbisik pelan, "suaranya ganteng." Daisha mencubit kecil lengan Moria. sempat-sempatnya anak ini.

"boleh bertanya?" Moria tersenyum manis. Berusaha membujuk lawan bicaranya ini dengan senyumnya. Sekalian tebar pesona.

"ya." Lalu lelaki itu membuka maskernya. Membuat Moria membeku sebentar di tempat.

"gila, udah suaranya ganteng, mukanya ga kalah gantengnya loh? Mana ngomongnya irit banget kaya cowo dingin gitu" Moria semakin heboh berbisik pada Daisha. Lagi – lagi Daisha mencubit kecil lengannya.

"bisa anterin kita ke hotel terdekat ga? kita butuh banget bantuan." Lagi lagi Daisha melotot mendengarnya. Hey, perjanjian mereka hanya untuk bertanya letaknya, bukan meminta jasa pengantar.

Baru lelaki itu ingin menjawab, Daisha menyelak. "kalau keberatan,tidak juga tak apa."

Lelaki itu tersenyum tipis. "sama sekali tak keberatan. Dan kebetulan, saya sedang menginap di hotel Laurent's. Kita bisa kesana bersama."

Hampir saja Daisha berteriak girang. Langsung saja dia mengangguk meng-iyakan ajakan tersebut. Mengabaikan raut bingung di wajah Moria.

Kenapa? Apa yang Moria lihat barusan, bukanlah senyum tipis yang tampan. Lebih terlihat seperti, seringaian?

Sekarang mereka mengikuti lelaki yang memperkenalkan diri sebagai Austin. Daisha sempat salah mendengar dan mengira namanya adalah Autis.

Sampai di Laurent's mereka check in dengan cepat dan berjalan menuju lift. Hotelnya tampak sepi. Yah mungkin karna sekarang bukan hari libur.

Mereka hanya bertiga di dalam lift. Dengan posisi Moria dan Daisha di depan pintu membelakangi Austin. Mereka tak sadar, apa yang Austin lakukan dibelakang mereka.

ting! 

Mereka sampai di lantai tempat kamar mereka berada. Dengan santai tanpa kecurigaan dan kehati-hatian, mereka melangkah dan mencari letak kamar mereka. Serta membuang masker medis mereka setelah di robek.

Sampai di depan kamar mereka, mereka menoleh dan mendapati Austin masih di belakang mereka. Berdiri tegap dengan membawa sebuah botol yang mengeluarkan asap. dan mereka melihat dengan jelas sebuah seringaian yang tercetak di bibir Austin.

Tidak. Itu bukan seringai tipis seperti senyuman yang dilihat Moria di mini market tadi. Tapi itu adalah 

seringaian nyata.



[] 𝖘𝖊𝖓𝖘𝖚𝖒 []

[] interesting? hope you enjoy it. 

- S E R A L U V

🦉🦉🦉 



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang