018 — behind Langit's reason — Aku saja bisa, masa kamu ngga bisa.
Sekelebat pikiran negative tanpa izin berhinggap di kepala Langit, namun ketika jam sebelas malam kekasihnya memberi kabar. Rasa cemas serta kekhawatiran sirna terbang terbawa angin. Tetapi niat Langit ingin berkata perihal Davina, Langit urungkan. Selama melakukan video call, Darin tampak lelah bahkan Langit bisa melihat jelas kelopak mata Darin sedikit bengkak, ketika ditanya gadisnya tidak memberi jawaban dan meminta menyelesaikan panggilan video mereka.
Langit menatap background kunci layar ponsel, yang mulanya tidak peduli semua kenangan lama masih tersimpan pada akhirnya dihapus juga semua foto lamanya. Terganti potret aquarium hasil bidikan ketika jalan bersama Darin. Jarinya bergeser membuka kunci layar memilih ke perekam suara. Mengatur suara Langit mulai memetik gitar mulai menyanyikan lagu I Still Love You dari TheOvertunes, hanya beberapa bait lagu Langit lalu mengirim ke kontak WhatsApp sang kekasih.
°°°
Komunikasi antara Langit dan Darin tetap berjalan, namun lagi-lagi Langit masih mengurungkan niat memberitahukan Darin.
Langit sekarang berada di rumah produksi Cakrawala, di gedung studio pertama, sebab sedang tidak ada proyek apa-apa sehingga memilih membantu-bantu di sini. Kebetulan meja resgitrasi kosong karena pekerja bernama Lita itu tengah makan siang, maka Langit yang bergantian menjaga karena bosan juga. Dengan sibuk ia meletakan handphone dekat kotak penyimpanan tisue dalam posisi berdiri agar Darin tetap bisa melihatnya dalam panggilan video call.
"Sayang, kamu lagi makan apa itu?"
"Soto ayam."
"Pakai nasi?"
"Pakai, katamu kalau ndak pakai nasi belum makan namanya."
"Jadi laper, aku habis delivery ayam bakar tapi dari tadi lama banget datangnya," keluh Langit, ketika ingin tetap berlama-lama menatap Darin, baru mau membuka suara telinganya malah mendengar suara cukup lantang dari sebrang telepon.
"Darin! Kamu di dalam?"
Setelahnya Langit tidak dapat mendengar lebih jelas, gadisnya sudah menghilang. Kemudian setelah Darin kembali depan layar, ia mengernyit melihat raut Darin kurang bersahabat. "Tadi siapa yang manggil kamu?"
"Yang punya kontrakan."
Langit memajukan wajah hingga layar ponsel penuh dengan mukanya. "Kamu ngontrak? Terus datang ada apa?" Bagaimana tidak terkejut, kamar Darin nampak sangat rapih meski tidak banyak barang dindingnya terbalut wallpaper stiker berwarna biru. Makanya Langit masih mengira Darin tinggal bersama keluarga gadis itu.
Tetapi disebrang sana Darin tampak mengambil handphone dan berjalan entah ke mana Langit tidak tahu. "Nagih bayar kontrakan."
"Kamu belum bayar?"
"Iya." Singkat gadis itu menjawab. Rupanya Darin sedang mengisi gelas air minum dan kembali ke tempat semula.
"Mau aku bantu bayar?"
"Jangan.. jangan. Aku bisa bayar nanti."
"Iya oke, ngga aku bantu. Terus kamu selama ini tinggal sendiri? Kok ngga pernah bilang?"
"Untuk apa bilang?"
Langit sedikit tertegun, tiba-tiba bingung harus merespon seperti apa. "Aku pikir kamu masih tinggal sama keluarga kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Satu Minggu Jakarta
Novela JuvenilRomansa metropolitan// Langit tidak selalu menampakan cerahnya, terkadang langit memunculkan awan mendung menemani manusia penuh harap. Seperti Langit Sangkala, ia menunjukan kalau laki-laki tidak selalu kuat, sebagai laki-laki juga bisa rapuh, juga...