9

2.3K 296 31
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku menatap ke sekeliling ruang tengah setelah Tamara membawaku masuk ke dalam rumahnya. Mataku menangkap sebuah sofa yang pernah menjadi saksi bisu satu dari sekian banyaknya percintaan panas yang pernah kami lakukan dulu.

"Silakan duduk, aku akan mengambilkan obat untukmu" ucapnya. Dia pergi menuju ke kamar mandi dan aku hanya memandangi langkah kecilnya yang perlahan menjauh dariku.

Setelah Tamara menghilang di balik lorong, aku mengambil duduk di sofa itu. Kutatap buku-buku jemariku yang memar dan berdarah, yeah sakitnya tidak seberapa dibandingkan perasaanku yang terluka oleh tatapan dinginnya. Tapi aku tidak peduli, saat ini aku merasa sangat bersyukur dapat datang tepat waktu sebelum tiga orang bajingan itu membawa Tamara pergi.

Linus Clayton, aku tahu inilah maksud dari ancamannya waktu itu. Dia ingin membuktikan kalau aku masih  menginginkan anak gadisnya dan dia benar, aku memang sangat menginginkan Tamara Kelsey, putri dari Linus Clayton yang brengsek.

Tamara datang dengan kotak obat di tangannya dan juga air hangat yang ia bawa di dalam mangkuk yang besar. Ia mengambil duduk di sisiku, meletakkan barang-barang itu di atas meja, kemudian meraih tanganku yang terluka dan mulai mengobatinya.

Mataku tidak bisa berpaling dari wjaahnya yang cantik saat ia sibuk mengurus lukaku. Meskipun wajah itu begitu dingin dan kosong tapi aku tidak merasa keberatan untuk memandanginya lebih lama lagi.

"Bagaimana mereka bisa masuk?" tanyaku, membuka pembicaraan.

Gerakan Tamara yang sedang membersihkan lukaku terhenti sejenak lalu ia kembali melanjutkan, "Aku tidak tahu, aku sedang tidur dan mereka langsung menyeretku keluar dari kmar"

Fuck!

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyanya balik. Oh, aku tidak tahu harus menjawab apa, Tamara pasti tidak akan percaya bahwa aku baru saja memimpikan dirinya di tengah malam dan mendadak mencemaskan keadaannya dengan sangat buruk.

"Aku punya firasat buruk, entahlah aku mendadak mencemaskanmu" jawabku.

Gadis itu mendengus, "Kau seharusnya tidak perlu mencemaskanku, tapi terima kasih karena telah menyelamatkanku malam ini"

Batinku menggeram mendengar dia berkata seperti itu. Aku benci saat ia mencoba menciptakan jurang yang besar di antara kami dan menganggapku sebagai orang asing.

Aku mendesah pelan lalu menatap lukaku yang dengan telaten dirawat oleh Tamara namun tanpa sengaja mataku jatuh pada jemarinya yang lentik dan indah, cincin itu tidak ada lagi di jari manisnya. Mataku naik dan kembali menatap wajah Tamara yang masih sibuk membalut lukaku dengan perban, aku sialan sangat ingin bertanya di mana cincin itu berada? Apa ia telah membuangnya ataukah masih menyimpannya?

"Sudah selesai" ia memasukkan peralatan yang ia gunakan kembali ke dalam kotak obat.

"Terima kasih" kataku.

"Kau boleh pergi John" ucapnya tanpa mau menatapku sedikit pun.

Aku terdiam dengan rahang yang mengeras, apa dia sialan baru saja mengusirku? Jika dia berpikir aku akan  meninggalkannya setelah ia nyaris saja diculik maka ia salah, aku akan tetap berada di sini sampai dia aman.

"Aku akan berada di sini untuk menjagamu" kataku.

Tubuh Tamara menegang lalu ia melirikku dengan tajam, "Aku tidak butuh—mmphh"

Tidak tahan lagi menghadapi sikapnya yang dingin dan ketus aku langsung menyerang bibirnya sehingga ia bungkam. Tamara hendak protes tapi dengan lidahku aku tidak membiarkan dia berbicara sepatah kata pun sehingga ia hanya terdiam menikmati cumbuanku pada bibirnya.

Sialan, aku merindukannya dengan sangat buruk.

"John....." bisik Tamara di sela-sela pangutan bibir kami. Itu adalah perlawanannya yang terakhir karena setelah itu ia pasrah dan membiarkan aku membaringkan tubuhnya yang indah di atas sofa.

Aku mulai mengecup lembut lehernya dan menghirup dengan rakus aromanya yang sangat aku rindukan. Tamara melenguh dan meremas erat tengkukku, kedua tungkainya terbuka dengan lebar sehingga aku dapat meletakkan pinggulku di antaranya.

"Aku sangat merindukanmu, precious one" bisikku dengan parau.

Ia mendesah tepat di telingaku dan mulai bergerak gelisah di bawah kukunganku.

Aku berhenti menyerangnya lalu menatap wajahnya yang sendu. Hembusan nafas pelan lolos dari bibirku. Perlahan dahiku jatuh dan menempel di dahinya, Tamara menjadi sedikit lebih tenang dan aku mengambil kesempatan itu untuk mengecup lembut setiap bagian wajahnya.

"Aku sangat merindukanmu" bisikku, sekali lagi.

Sorot matanya melembut, "John....." ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia mengurungkan niatnya itu.

Aku mengecup bibirnya dengan ringan lalu kusapu bibir yang indah itu dengan ibu jariku, "Cincin itu, aku tidak melihatnya di jari manismu" kataku.

Bagaikan ada kilat yang menyambar di antara kami Tamara terdiam dan kembali menatapku dingin. Ia bergerak pelan sembari mendorong tubuhku untuk menjauh darinya.

"Pergi dari sini, John" ucapnya sambil bangkit dari sofa.

Segera kugapai lengannya sebelum ia benar-benar menjauh dariku, "Tamara"

Tamara berbalik lalu menghunusku dengan tatapannya yang tajam, "Aku sudah membuang cincin itu ke tempat sampah" cetusnya.

Jantungku tertohok, bagaikan ada sebilah pedang yang menghujam tepat di jantungku saat aku mendengar pengakuannya. Cincin itu tidak lagi berharga sehingga ia sampai hati membuangnya ke tempat sampah. Padahal aku ingat setelah Tamara menjadi kekasihku ia begitu bersikeras untuk terus memakai cincin itu, karena cincin itu bukan hanya sekedar cincin kepemilikan melainkan juga awal di mana hubungan kami dimulai.

Dan sekarang, semuanya telah hancur.

"Mengapa?" tanyaku dengan sendu.

Aku melihat sedikit penyesalan di balik kedua bola matanya tapi ia tidak memberikan satu pun jawaban atau alasan atas pertanyaanku. Gadis itu hanya menepis tanganku yang memegang erat lengannya kemudian berkata, "Aku ingin tidur, kumohon pergi dari sini"

Rahangku mengeras, "Aku sialan tidak akan ke mana-mana" desisku.

Tamara mendesah pelan, "Terserah kepadamu John, aku lelah aku akan meninggalkanmu di sini" ucapnya.

Ia pergi dan aku tidak bisa mencegahnya lagi. Sekarang bukanlah saat yang tepat untuk berdebat dengan Tamara, ia pasti masih terguncang setelah nyaris saja diculik oleh tiga orang pria berbadan besar di malam hari. Dia butuh istirahat  dan aku akan menjaganya di sini, mulai detik ini Tamara Kelsey sepenuhnya akan berada di bawah pengawasanku.

Aku sudah tidak lagi peduli dengan janji yang kubuat kepada diriku sendiri, aku terpaksa harus mengusik kehidupan Tamara sekali lagi demi keselamatannya. Aku yakin bajingan tua, Linus Clayton, tidak akan pernah berhenti sebelum ia mendapatkan apa yang ia mau, yaitu mengancamku dengan keselamatan anak gadisnya sendiri.

Ya, dia benar-benar bajingan yang tidak waras.

— TBC —

Vote+comment for next!

Chased by John (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang