"Menyedihkan... KYOJURO ITU CUMAN ANAK YANG BODOH!!!"teriak laki-laki paruh baya itu.
"Gara-gara nekat menjadi ahli pedang tanpa bakat yang hebat. DIA JADI MATI!!!"teriaknya lagi.
Iris mata Tanjirou dan Himeko mengecil, tidak percaya apa yang telah mereka berdua dengar. Mereka berdua baru saja sampai dengan luka yang belum sembuh, tapi mereka berdua mendapatkan sambutan yang tidak mengenakan.
"What? Apa aku tidak salah dengar? bisa-bisanya ayahnya sendiri menyatakan bahwa anaknya sudah meninggal?"batin Himeko.
"Dia benar-benar sudah tidak waras."batinnya lagi.
Himeko melirik ke samping sebentar, dia melihat Senjuro yang menahan tangisannya setelah itu dia langsung melirik ke depan lagi untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh ayah Rengoku selanjutnya.
"Kekuatan seseorang sudah ditentukan semenjak dia dilahirkan. Sebagian kecil orang mempunyai bakat. Sisanya hanyalah sampah-sampah tidak berharga!"ucap Shinjuro ayahnya Rengoku sambil membuka tutup guci memakai giginya.
"Kyojuro seperti itu, tidak punya bakat yang hebat, sudah pasti dia akan mati."ucapnya lagi.
Tanjirou menggeram rendah menatap tidak percaya terhadap ayah Rengoku yang ada di hadapannya. Tangan nya mengepal kuat dan giginya saling beradu. Beda dengan Himeko, dia sekarang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, kedua tangannya kini sudah mengepal kuat-kuat, giginya saling beradu, dan matanya sudah mirip seperti orang yang ingin membunuh. Dia benar-benar ingin memukul orang yang ada di hadapannya sekarang karena menahan kata-kata hina yang ayah Rengoku ucapkan sendari tadi.
"Hei!! Kata-kata mu kejam sekali. Tolong berhenti berkata seperti itu. Dan Rengoku-san itu tidak meninggal, dia masih hidup."ucap Tanjirou menahan emosinya.
"ADA APA DENGANMU? PERGILAH! JANGAN MASUK KE PEKARANGAN KU..."teriak Shinjuro.
"Aku dari pemburu ib-"ucapan Tanjirou terpotong oleh ayahnya Rengoku karena melihat anting hanafuda yang di pakai oleh Tanjirou.
Raut wajah Rengoku senior itu makin tidak terkontrol, emosinya kini diambang batas.
"Kau.. Begitu ya, kau adalah..."ucap Shinjuro.
"!?"
"!?"
"PENGGUNA NAPAS MATAHARI KAN?"teriak Shinjuro ayahnya Rengoku.
"BENAR SEKALI!!"ucapnya lagi.
Tanjirou mengerenyitkan dahinya, karena dia tidak pernah dengar teknik pernafasan seperti yang diucapkan oleh ayahnya Rengoku.
"Napas matahari? Apa yang anda bicarakan?"ucap Tanjirou.
"Ah."ucap Himeko.
"Awas hati-hati Tanjirou-kun."teriak Himeko.
Tiba-tiba Shinjuro melayangkan sebuah tamparan pada pipi Tanjirou. Membuat Tanjirou terjatuh dan wajahnya terbentur oleh tanah.
"Wah! Gerakannya tidak seperti orang biasa...!"batin Tanjirou.
"Ayah! tolong hentikan! Lihatlah dia! Tubuhnya sedang terluka!"ucap Senjuro sambil mencoba melerai kan keduanya. Namun naasnya dia juga dipukul oleh ayahnya sendiri.
"DIAM!! TUTUP MULUT MU!!"teriak Shinjuro sambil memukul Senjuro.
Himeko benar-benar tidak percaya apa yang dilihat nya sekarang, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosinya sekarang. Dia berjalan menuju Senjuro terjatuh.
"Kau tidak apa-apa Senjuro-kun?"ucap Himeko.
"Ha-ha'i aku tidak apa-apa."ucap Senjuro.
"Sini biar ku bantu."ucap Himeko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba : Ishimoto no bōken
Fanfiction⚠️ WARNING!!! Spoiler Manga! Ishimoto Himeko adalah gadis cuek nan dingin kepada semua orang kecuali dengan keluarganya. Ia seorang anak yang hobby nya bermain katana dan bela diri. Pada saat di sekolah, Himeko mendengarkan teman-temannya yang sedan...