“Eomma, apa Eomma mengambil banyak foto disana? Kirimkan padaku beberapa foto. Aku sangat ingin melihatnya,” ucap Saehee. Ia sedang menelpon ibunya yang sedang liburan di Eropa bersama Ayahnya. Mereka sedang ‘berbulan madu’ dan menghabiskan waktu bersama mengelilingi beberapa negara dan mengunjungi banyak tempat.
Saehee yang duduk disofa terlihat girang mendengar jawaban sang ibu, Matanya tampak berbinar, senyumnya ikut merekah. Rasanya ia juga ikut dalam perjalanan orangtuanya. Ibunya terus mengoceh di telpon hingga membuat Saehee tak sadar bahwa ada seseorang yang baru saja menerobos masuk kedalam apartemennya dan mulai mengacak-acak isi kulkasnya.
Jungkook berdiri di depan kulkas sambil memegang sebotol soda dan sebuah apel ditangannya. Ia masih mematung disana sambil memandangi Saehee yang terus menerus menyungging senyum dan rambut yang ia mainkan dengan satu tangannya.
Jungkook menggigit apelnya. Ia bersandar di kulkas sambil terus memandangi Saehee. Senyum itu, senyum yang sering ia lihat saat SMA dulu. Senyum yang kini jarang Saehee tunjukkan padanya. Gadis itu hanya mengomel sepanjang hari bahkan mengumpat jika sudah sangat kesal. Itu bukan masalah yang besar. Bahkan umpatan Saehee terdengar seperti rayuan dan pujian di telinga Jungkook.
“Eomma, aku sangat ingin pulang ke Busan. Mungkin liburan semester ini aku akan pulang. Aku rindu masakan Eomma.” Saehee mengubah posisi duduknya menjadi berbaring. Ia kembali memainkan ujung rambutnya yang tergerai bebas. Tak lupa, bibirnya yang maju beberapa senti kedepan tampak sangat menggemaskan.
“Tidaaaaaaak …! Aku bukannya malas memasak. Hanya saja, masakan Eomma berbeda. Sangat enak. Aku juga berlatih memasak di sini, tapi tidak seenak masakan Eomma. Bahkan seseorang mengatakan masakanku terasa seperti masakan kadaluarsa.” Saehee merengut kesal. Ia mengingat kembali ucapan Jungkook yang mengkritik hasil masakannya. Ia menemukan sebuah resep yang sedang ngetren di SNS dan mencobanya. Alhasil, Jungkook langsung memuntahkannya ke wastafel saat suapan pertama. Dia berteriak panik dan mengkritik habis-habisan resep masakan khas Brazil itu. Benar-benar pengalaman yang buruk. Mungkin ia tak akan pernah mencoba resep masakan dari media sosial lagi.
Jungkook tersenyum lebar. Sebenarnya rasa masakannya tidak seburuk itu. Hanya saja Jungkook sangat senang menjahili Saehee. Bahkan gadis itu tidak berani memakan hasil kreasinya sendiri akibat reaksi berlebihan dari Jungkook. Kasian Saehee.
“Apa kau ingin kado spesial untuk ulangtahun mu kali ini? Eomma sedang ada di Paris. Apa kau ingin sesuatu?”
Senyum Saehee perlahan menghilang. Apakah ini sudah dekat dengan hari ulangtahunnya?
“Ulang … tahun?” ucap Saehee ragu-ragu.
“Tentu. Apa kau ingin sesuatu? Apa kau ingin novel romantis dari Prancis? Atau kau ingin Eomma memberikan sesuatu yang mengejutkan untukmu?”
“Tanggal berapa ini? Kenapa waktunya cepat sekali?” guman Saehee. Ia dengan segera melihat kearah layar ponselnya, menemukan tanggal yang biasa tertera di atas layar ponsel. Wajah Saehee berubah sedikit kaget. Secepat itu kah waktu berlalu?
“Ti-tidak. Aku … belikan saja sesuatu yang bagus. Aku menyukai semua yang Eomma berikan untukku.”
“Baiklah. Eomma akan belikan banyak hadiah untukmu.” Suara tawa Eomma Saehee terdengar. Saehee hanya tersenyum simpul. Seperti tak tertarik dengan topik ‘hadiah ulangtahun’ barusan.
“Eomma, bersenang-senanglah. Jangan sampai sakit. Aku akan menghubungi Eomma lagi nanti.” Beberapa saat kemudian, sambungan telepon terputus. Nafas berat langsung terdengar.
“Ulangtahun? Aaah … Jungkook juga ulangtahun minggu depan. Bagaimana ini?” keluh Saehee.
“Bagaimana apanya? Tentu saja kau harus memberiku kado spesial,” sahut Jungkook yang masih setia bersandar di kulkas. Apel yang ada di tangannya hanya tersisa setengah, juga botol soda yang sudah tak penuh lagi isinya.
Saehee terkejut. Ia langsung berdiri dan menatap kearah Jungkook dengan tatapan tak percaya. “Makhluk itu, dia manusia atau hantu?” batin Saehee.
“Apa kau sudah menyiapkan kado untukku? Apakah kita akan bertukar kado seperti waktu itu?” Jungkook berjalan mendekati Saehee. Matanya terlihat intens menatap Saehee. Ia meneguk sodanya sedikit lalu menelengkan kepalanya, seperti belum terbiasa dengan rasa soda yang menyengat lidah.
“Memangnya kapan tanggal ulangtahunmu? Aku tidak ingat,” ucap Saehee cuek. Ia berpura-pura tak melihat Jungkook, menyibukkan diri dengan ponselnya.
Jungkook terkekeh pelan, “ Kau tak ingat ulangtahunku? Aaah … yang benar saja. Kau bahkan menggunakan tanggal lahirku sebagai pin apartemenmu. Masih berani bilang kalau kau lupa?” tanya Jungkook dengan mata mengintimidasi.
Saehee mengehentakkan kakinya kelantai. Wajahnya mulai terlihat kesal.
“Itu bukan ulangtahunmu!” seru Saehee dengan wajah semerah tomat.
Jungkook tertawa lebar. Gadis itu masih tidak mengakui perbuatan yang sudah sangat jelas. Ah … benar-benar menyebalkan.
“Apa kau ingin hadiah spesial dariku tahun ini? Katakan apa yang kau inginkan. Aku akan memberikan semuanya untukmu,” kata Jungkook antusias.
“Keluar!” seru Saehee sambil menunjuk kearah pintu. Matanya melotot lebar, seperti baru saja mengalami kekalahan yang memalukan dari musuhnya.
Jungkook kembali tertawa, “Kenapa kau malah kesal?” tanyanya.
“Keluar!” Saehee yang tidak sabaran langsung mendorong tubuh Jungkook kearah pintu. Jungkook tak memberikan perlawanan, hanya mengikuti perintah dari sang pemilik apartemen sambil terus cekikikan. Ia tahu bahwa Saehee sedang merasa malu karena baru saja ketahuan sedang memikirkan hari ulangtahunnya. Kiyowo!
“Jangan khawatir. Aku akan membuat perayaan yang meriah untuk kita berdua,” goda Jungkook dengan seringai nakal di wajahnya.
“Tidak usah. Lagipula ulangtahunku 2 bulan lagi. Pergilah!” tolak Saehee dengan ketus. Ia terus mendorong tubuh Jungkook hingga sampai diambang pintu. Tangannya dengan lincah langsung membuka pintu dan segera mendorong Jungkook keluar apartemen. Pria itu … masih memasang seringai nakal itu diwajahnya.
Saehee menutup pintu dengan keras. Wajahnya cemberut. Benar-benar perubahan mood yang sangat drastis.
Saehee berjalan menuju kamar. Ia merebahkan tubuhnya keatas ranjang dan menarik nafas dalam-dalam. Jantungnya seperti hampir meledak didalam. Wajahnya panas, seperti baru saja selesai berjemur di tepi pantai. Jungkook sialan!
Saehee tiba-tiba bangkit. Ia berjalan menuju meja rias, duduk dikursi berwarna putih itu dan meraih sebuah bingkai foto. Itu foto kelulusannya. Wajahnya terlihat sangat ceria dengan sebuah buket bunga berukuran sedang dan ayah-ibu yang ikut berpose dengan wajah yang tak kalah bahagia. Ia membalikkan bingkainya, membuka perlahan bagian belakang bingkai. Sebuah kertas jatuh keatas meja rias. Sebuah karikatur lucu yang memperlihatkan sepasang kekasih dengan seragam sekolahnya dan berlatarbelakang sebuah pohon di musim panas. Itu adalah karikatur Saehee dan Jungkook. Jungkook yang membuatnya, hadiah untuk ulangtahun Saehee. Hadiah sederhana yang tidak memerlukan banyak biaya namun benar-benar terlihat seperti sebuah ketulusan di mata Saehee. Saat itu, Jungkook tak ingin mengeluarkan biaya ekstra untuk ulangtahun 'pacarnya’. Sebuah karikatur sederhana sudah cukup baginya. Hanya perlu membuat Saehee tampak sedikit lebih kurus di karikatur itu dan selesai sudah kado darinya.
Saehee tersenyum getir. Gadis polos itu sangat senang saat mendapat kado spesial ini dari pacarnya, cinta pertamanya. Entah kenapa ia tak tega membuang satu-satunya pemberian Jungkook itu. Padahal hatinya kembali remuk saat melihat karikatur itu. Ada perasaan senang, lalu berubah seketika menjadi sedih, marah, kecewa dan kesal. Karikatur ini mengingatkannya pada masa-masa paling membahagiakan di SMA nya dulu. Memiliki pacar seorang siswa populer, Jeon Jungkook, cinta pertama Saehee, pemuda yang Saehee sukai selama 1 tahun lebih secara diam-diam. Namun sayang, kisah bak negeri dongeng itu segera berakhir hanya dalam tempo 30 hari.
Kisah yang mengenaskan.
Saehee menyembunyikan karikatur itu kembali kebelakang bingkai foto. Ia menyembunyikan kisah menyedihkannya dibalik salah satu momen yang paling membahagiakan di hidupnya. Senyum Kang Saehee menutup sepenggal kisah menggelikan yang mungkin tak pantas di ketahui oleh orang lain.
“Kenapa aku dan dia harus memiliki tanggal lahir yang berdekatan? Tidak bisakah tuhan memilihkan tanggal lahir yang lebih jauh untukku? Ini menyebalkan,” monolog Saehee.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
أدب الهواةDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...