Chapter 14 : Privilege

208 42 8
                                    

"Gwencanha?" tanya Beomgyu pada Yeonjun yang sedang menenangkan diri diatas brankar UKS. Ruam-ruam merah muda itu sudah pudar sejak lima menit yang lalu. Beruntung Beomgyu cepat-cepat menarik lengan Yeonjun saat itu, jadi Yeonjun tidak berubah lebih parah dari ini.

Jujur saja Beomgyu kasihan pada Yeonjun. Ia tidak bisa membayangkan hidup sebagai pemuda tersebut. Sudah merasakan di sekolah lamanya, kini harus merasakan kembali karena kedatangan rekan kelasnya dulu. Yeonjun seolah tidak memiliki tempat tenang untuk dirinya sendiri, padahal dia adalah orang baik.

Yeonjun hanya tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Beomgyu-ya."

Berbeda dengan pikiran Beomgyu, Yeonjun bersyukur berada di tempat ini. Disaat ia putus asa, orang yang pertama merangkulnya adalah Beomgyu, Yeoreum, dan Soobin. Ia punya orang yang begitu percaya padanya. Yang selalu memukul opini publik yang buruk tentangnya. Tidak peduli bagaimana akhir dari kisah hidupnya sendiri, yang penting Yeonjun sudah merasakan bagaimana rasanya dicintai.

Lihat, bagaimana Beomgyu datang membawa minum dan roti. Pemuda itu sama sekali tidak mempermasalahkan ruam-ruam menakutkan yang ada di tangan Yeonjun tadi. Betapa jahatnya kalau Yeonjun berusaha untuk merusak persahabatan pemuda itu dengan Yeoreum hanya karena Yeonjun suka pada gadis tersebut.

"Yeonjun-ah, apa tidak ada pengobatan untuk penyakitmu? Maksudku semacam terapi begitu?" tanya Beomgyu sekali lagi.

"Ada. Aku sudah mencobanya dulu, tapi sembuhnya hanya sementara. Karena aku sulit untuk mengalihkan perhatianku," jawab Yeonjun.

"Jadi, kau hanya perlu mensugesti pikiranmu?"

Yeonjun mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Yeonjun-ah, ketika kau memperkenalkan dirimu waktu itu, kau tidak berubah, 'kan?"

Yeonjun membulatkan matanya. Benar juga, hari itu dia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas, tapi tidak ada perubahan apapun dalam tubuhnya.

"Ah aku tahu!" seru Beomgyu sembari tersenyum lebar, seperti seorang striker yang berhasil membobol gawang lawan. "Perhatianmu pasti teralihkan pada sesuatu. Kau berhasil mensugesti pikiranmu!"

Ah iya, hari itu Yeonjun hanya fokus pada Yeoreum yang ternyata sekolah di sini.

"Jadi jika kau berhasil mengalihkan perhatikan atau mensugesti pikiranmu untuk fokus pada suatu hal dan tidak peduli dengan tatapan orang lain, kau bisa mengendalikan penyakitmu!" Liang mulut Beomgyu memang luar biasa, sampai UKS dibuat bergema. "Ehem! Ngomong-ngomong kau melihat ke arah siapa waktu itu? Pandangan pertamamu maksudnya," tanya Beomgyu—wajahnya berekspresi seperti pedofil. Menjijikan.

Sementara itu Yeonjun benar-benar tengah dirundung dilema. Sebabnya, ia saat ini sedang berfikir keras untuk mencari jawaban. Ya mana mungkin ia mengatakan jika saat itu ia hanya fokus pada Yeoreum, apalagi Beomgyu ini adalah sosok yang Yeoreum puja. Ia bahkan tidak tahu bagaimana soal perasaan Beomgyu pada si gadis Im tersebut.

"Ya! Kenapa melamun?" tanya Beomgyu sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajah naif Yeonjun.

"Aku melihat ke arahmu," jawab Yeonjun seadanya.

Langsung saja Beomgyu mengubah ekspresi—dahinya mengkerut, bibirnya ia tarik kedalam. Pemuda bermarga sama dengan Yeonjun itu menegak saliva dalam-dalam.

Crown || Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang